Bab 2 - Lain Kali

Start from the beginning
                                    

Namun, Mia juga masih belum siap melihat reaksi sang ayah jika suatu saat nanti ia mengungkapkan hubungannya dengan Fredy. Pasti bukan sambutan hangat diiringi pelukan serta ciuman. Jelas yang didapat adalah cacian, makian, amukan, bahkan mungkin hukuman. Membayangkan saja sudah cukup membuat gadis itu ngeri.

"Aku juga tak tahu," sahut Fredy. Sekilas menengok ke samping disertai gelengan.

"Tak usah lah kau pikirkan itu ... yang penting kita jalani dulu sambil happy-happy." Dengan tangan kiri, Fredy memberikan usapan lembut pada lengan yang melingkari perutnya.

Walau sebenarnya ia pun merasakan hal yang sama, tapi Fredy memilih membiarkan semua berjalan apa adanya. Biarlah waktu yang akan menjawab kelak.

Melepasmu ... adalah mimpi buruk yang senantiasa menghantuiku. Mempertahankanmu ... merupakan harapan yang mencemaskan bagiku. Apakah salah kamu mencinta? Ataukah aku yang salah dicinta?


Tuhan sedang mempermainkan kita. Bermain rasa dari agama yang berbeda. Kenapa hati harus bertaut, jika tak satu pun dari kami yang akan larut?

Seringkali rasa lelah dan cemas akan masa depan hubungan mereka, mengganggu pikiran Mia. Gadis itu berusaha menahan. Semua ketakutan seketika sirna tiap kali ia memandang wajah tampan yang senantiasa mengurai senyuman.

Mereka berdua pun larut dalam obrolan disertai tawa ringan kala membahas hal-hal menggelikan. Tawa tiada henti sepanjang perjalanan. Sesekali Fredy melepaskan tangan kiri dari setir motor, mengusap lutut gadis itu dengan penuh rasa sayang.

Senandung cinta di atas roda dua. Kau tunggulah abang, bidadari jawaku. Aku bawa nanti dirimu dengan roda empat, atau delapan sekalian setelah sukses.

Berdua terus berkelakar, tak peduli belok kiri lampu sign kanan. Dunia memang milik berdua, yang lain cuma sewa. Fredy berkali-kali menoleh ke arah Mia, sampai-sampai tak sadar ada lampu merah tengah menghadang.

Cit!

Fredy menghentikan laju motornya mendadak.

"Haiissh ... mundur, mundur," titah Fredy saat tubuh Mia mendesaknya maju ke depan.

Mia mencibir sembari membenahi posisi, bergeser ke belakang.

"Coba kau tengok itu ... punggungku bolong apa tidak," Lanjut Fredy.

Kening Mia berkerut. "Bolong kenapa?" tanya dia bingung setelah memastikan apa yang diperintahkan. Aneh.

"Kan barusan kena serangan bom mendadak."

Mia mendaratkan satu pukulan di helm Fredy. "Bilang aja tadi sengaja!"

Fredy terbahak, membuat pengendara lain sontak menatap ke arah mereka. Bukannya berhenti tertawa, pemuda itu cuek saja.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah tiba di tempat kos Mia. Fredy duduk sebentar di teras.

"Setelah ujian akhir nanti, Abang langsung balik ke Medan. Mamak sudah rindu berat. Besok kau temani Abang beli skin care, ya. Biar Abang pulang dengan wajah tampan. Biar senang keluargaku di kampung nanti."

"Ya salam. Ganjen amat sih. Mas Fredy itu sudah nggak butuh skin care, kan sudah ada Mia yang selalu care," goda gadis itu.

"Ah, apa pula kau ini. Abang ingin Mamak bahagia lihat anak kesayangannya hidup dengan baik di Malang. Nanti bisa promo, bahwa kau lah yang merawat Abang. Begitu bidadariku," rayu Fredy.

"Emang berani?" Mia bertanya menyelidik.

Setahu Mia, belum pernah satu kali pun Fredy berani bercerita tentang gadis berhijab yang sekarang dikencaninya. Hal yang sama ia lakukan. Tak pernah menyebutkan sosok pemuda Batak pemikat jiwa, pada keluarga besar di Jombang.

Fredy langsung terdiam diserang pertanyaan dadakan, walau bentuknya tidaklah bulat, juga nggak perlu digoreng lebih dahulu.

"Tuh, kan. Pasti diem kalau bahas keluarga," ucap Mia sambil tertunduk lesu.

Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, hingga dua bulir air mata mulai mengalir. Segera diusapnya agar tidak semakin membanjir.

"Kita bahas lain kali ya, bidadariku. Jangan kau bersedih begitu. Tak kuat hati Abang ini melihatnya."

Ini bukan kali pertama untuk Fredy dan Mia terjebak dalam situasi seperti sekarang. Ujungnya juga masih selalu sama. 'Kita bahas lain kali'. Kejadian berulang selama lebih dari tiga tahun jalinan kasih mereka.

 Kejadian berulang selama lebih dari tiga tahun jalinan kasih mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Huhui. Masih berlanjut kolabnya. Susah susah gampang karena memiliki gaya dan bahasa yang berbeda. Mencoba untuk dipadukan dengan serasi, seperti hatiku dan hatinya. Eaaaaa.....

Elegi Dua HatiWhere stories live. Discover now