Tiga puluh dua

24 6 0
                                    

Happy reading!

"Dan untuk kesekian kalinya, dia kembali mengecewakanku."

°°°°


Haura berjalan sendirian menuju kantin, kali ini ia tidak ditemani Arsya apalagi Dehan dan Karen. Sebenarnya Huara sangat enggan pergi ke kantin, tapi cacing di perutnya dari tadi sudah demo meminta haknya untuk dipenuhi. Maka, mau tak mau Haura harus ke kantin.

Setibanya di kantin, suasana begitu ramai. Hampir seluruh kursi dipenuhi oleh siswa-siswi.

Merasa malas untuk makan sendirian, Haura pun hanya membeli roti dan air mineral untuk dimakan di kelas saja. Setidaknya itu bisa mengganjal perutnya yang kelaparan.

Saat sedang membayar rotinya, seseorang lagi-lagi datang menghampiri Haura.

"Eh ada Haura," ucapnya dengan nada mengejek.

Haura pun mengalihkan pandangannya ke arah orang itu, didapatinya Tenia yang sedang berdiri di dekatnya.

Huara menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya ada apa.

"Guys, ini nih orang yang udah celakain Lisa sampe Lisa masuk rumah sakit," koar Tenia yang membuat Haura membulatkan matanya.

"Parah banget nggak sih guys," lanjutnya.

Seketika suasana kantin menjadi ricuh, murid-murid mulai berbisik-bisik dengan temannya. Tenia yang melihat aksinya berhasil pun tersenyum penuh kemenangan.

"Lo kalau nggak tau masalahnya jangan sok tau, ya!" tegur Haura yang masih bisa mengontrol emosinya.

Tenia bertepuk tangan. "Wah-wah, maling mana ada yang ngaku. Lo kalau salah, ya bilang aja salah. Nggak usah pakai pembelaan segala."

"Gue nggak salah! Dan lo jangan sok tau!" balas Haura dengan berapi-api.

"Lihat guys, dia nggak ngaku." Tenia lagi-lagi berkoar. "Miris banget ya hidup lo. Udah nggak punya temen, selalu jadi biang masalah, trus apa kabar dengan keluarga Lo?"

Haura membukatkan matanya saat Tenia menyinggung soal keluarga.

"Oh iya, lo 'kan anak yang nggak dianggap. Upss." Tenia menutup mulutnya seolah keceplosan, padahal dia memang sengaja berbicara akan hal itu.

Cukup!
Haura sudah tidak bisa lagi menahan gejolak emosinya. Dengan cepat, Haura menarik kerah baju Tenia lalu mengangkatnya.

"Udah gue peringatin sama lo jangan pernah bawa-bawa keluarga gue kalau lo nggak tau apa-apa soal itu!"

"Lo cuma cewek miris yang selalu cari kesalahan orang lain!"

"Dan lo tau sendiri apa akibatnya kalau berhadapan dengan gue!" tekan Haura dengan tatapan mata seolah membunuh.

"PAHAM?!" bentak Haura lalu mendorong keras bahu Tenia hingga cewek itu tersungkur ke belakang.

Suasana di kantin seketika hening, semua pasang mata menatap ke arah mereka. Dan Haura tidak lagi peduli akan hal itu.

Saat Haura mendorong Tenia ke lantai, saat itu juga seseorang datang meneriaki namanya.

"Haura!" Ya, orang itu adalah Arsya. Cowok itu datang menghampiri dengan ekspresi yang sulit diartikan, apalagi saat melihat Tenia tersungkur sembari meringis kesakitan.

"Lo keterlaluan, Ra!" bentak Arsya tepat di depan Haura.

Haura tercengang, ini kali pertama Arsya membentaknya hanya untuk membela Tenia. Haura tidak menyangka akan hal itu.

Arsya pun membantu Tenia untuk berdiri. "Lo nggak apa-apa?"

Tenia hanya menggeleng sembari meringis kesakitan.

"Setelah lo celakai Lisa, trus sekarang lo juga mau celakai Tenia?" bentak Arsya.

"Nggak gitu, Ar. Lo nggak tau apa yang sebenarnya terjadi!" Haura masih berusaha melakukan pembelaan.

"Gue nggak nyangka sama lo, Ra!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Arsya membawa Tenia keluar dari kantin. Meninggalkan Haura yang terdiam membisu dengan siswa-siswi yang sedari tadi menonton pertunjukan dengan khidmat.

Sepersekian detik kemudian, Haura tersenyum miris. Lagi-lagi ia yang disalahkan.


****

Selepas dari kantin, Haura berjalan sendirian menuju toilet. Sepanjang perjalanan, siswa-siswi menatap sembari berbisik-bisik. Sebisa mungkin Haura menulikan telinganya, bersikap seolah biasa saja.

Saat akan belok ke toilet, seseorang menabrak Haura. Untung Haura masih bisa menjaga keseimbangannya sehingga ia hanya terhuyung sedikit ke belakang.

"Sorry-sorry gue nggak sengaja," ucap orang itu spontan. Saat mata keduanya bertemu, keduanya sama-sama terkejut.

Orang itu adalah Dehan, seketika raut wajah Dehan berubah saat melihat siapa yang ia tabrak.

Dehan pun bersiap untuk pergi meninggalkan Haura. Tapi suara Haura mengehentikan langkahnya.

"Dehan!"

"Gue mau jelasin. Itu semua nggak seperti yang ada dipikiran lo," ucap Haura.

"Apa lagi Ra? Lo mau lakuin pembelaan apa lagi?"

"Gue nggak salah, Han!" Haura masih tetap dengan pendiriannya.

Dehan tersenyum miris. "Ternyata Lo masih sama ya, Ra. Selalu menganggap kalau lo itu selalu bener dan tidak akan pernah minta maaf duluan."

Haura terdiam mencerna ucapan Dehan. Cewek pencinta coklat dan es krim itu menatap Dehan dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue kecewa, Ra!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Dehan pergi meninggalkan Haura yang diam membisu.

"Dan gue jauh lebih kecewa sama lo, Han." Sayangnya, kalimat itu hanya diucapkan Haura dalam hatinya saja, tidak tersampaikan pada orangnya.

Untuk kesekian kalinya, Haura kecewa pada cowok yang selama ini selalu ia banggakan.

°°°°

Aku padamu, Ra.
Yang sabar ya:)

Btw, makasiii buat yang masih bertahan baca sampai sini
Lope sekebon buat kalian💛

Bintangnya ada dipojok bawah, ya:)

'Jadikan Al Qur'an sebagai bacaan utama.'

Salam jauh,
Fuji

HAURA (COMPLETED)Where stories live. Discover now