Sebelas

73 11 4
                                    

Happy reading :)

"Langkah kaki kita seirama dan semoga hati kita bisa bersama."

-Fuji Rahayu ningtia-

***

"Lo mau ikut?" tanya Arsya mengalihkan pembicaraan. Bukan menjawab pertanyaan Haura, Arsya malah balik bertanya.

"Alihkan aja terus!" gerutu Haura dengan kesal.

"Lo mau ikut nggak?" ulang Arsya lagi.

"Ke mana?"

"Ke suatu tempat."

"Iya, tapi ke mana?"

"Nanti lo tau juga. Jangan banyak tanya dulu!" peringat Arsya.

Haura menghembuskan nafasnya kasar.
Arsya kembali mengenggam tangan Haura, seakan tak ingin Haura lepas darinya. Mereka kembali menyisiri jalanan kota.

"Kenapa lo tadi nggak nyamperin mereka?" tanya Arsya membelah kebisingan kota.

"Mereka siapa?"

"Tadi yang lo lihat di cafe, lagi makan berdua."

"Oh."

"Oh doang?"

"Ya terus gue harus bilang apa?"

"Lo marah atau cemburu?" selidik Arsya.

"Udah gue bilang bukan urusan lo!" Haura melepas genggaman mereka. Lalu, berjalan mendahului Arsya.

Arsya mengejar Haura, kembali menyejajarkan langkah mereka.

"Hei, jangan marah," ucap Arsya lembut.

"Enggak!"

"Masa?" Arsya terkekeh melihat raut wajah Haura yang telihat menggemaskan.

Haura berhenti, mengalihakan pandangannya ke Arsya.
"Lo siapa sebenarnya?" tanya Haura serius.

"Gue manusia kok, sama kayak lo," jawab Arsya santai.

"Gue serius!"

"Yakin mau serius sama gue?" tanya Arsya dengan senyum jahilnya. Arsya pun tertawa karena berhasil mengerjai Haura.

***

"Akhirnya sampai juga," ucap Arsya lega setelah sekian lama berjalan kaki besama Haura.

"Kita ngapain di sini?" tanya Haura saat menyadari bahwa sekarang ia berada di depan panti jompo.

"Mau jenguk nenek-nenek." Arsya berkata santai. Lalu Arsya melangkahkan kaki ke halaman panti, meninggalkan Haura yang masih melongo kebingungan.

Haura pun menyusul Arsya, dilihatnya Arsya sedang duduk bersama seorang nenek yang usianya mungkin sudah lebih dari setengah abad.

Haura hanya diam melihat aksi Arsya yang asik ngobrol dengan sang nenek seakan sudah akrab lama.
Apa itu nenek Arsya ya?
Tapi kok ....

"Kenapa bengong?" tanya Arsya.

"Itu nenek lo?"

Arsya mengangguk. "Iya, semua yang ada di sini itu kakek nenek gue."

Lagi-lagi Haura melongo dibuatnya. Apa maksud cowok di depannya ini?

Arsya terkekeh. "Biasa aja kali mukanya."

"Dari dulu gue udah anggap semua yang ada di sini itu kakek nenek gue," ucap Arsya yang dibalas anggukan oleh Haura.

HAURA (COMPLETED)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon