Dua belas

66 11 9
                                    

Happy reading^^

"Kita bukan siapa-siapa. Jadi tolong, bersikaplah sewajarnya saja."

-Fuji Rahayu Ningtia-


****

Pagi ini, seperti biasa Haura berangkat sekolah bersama kedua bodyguard-nya, Dehan dan Karen.

Dari tadi, suasana dalam mobil hening. Tidak ada satu orang pun yang memulai pembicaraan. Hingga mobil berhenti mendadak, membuat mereka yang di dalam mobil jadi terdorong ke depan.

"Ya ampun Han, kalau mau rem bilang-bilang dong," omel Karen sembari mengusap keningnya.

"Woi, bawa mobil hati-hati dong," bentak sang pengendara motor.

Ternyata, Dehan hampir saja menabrak pengendara motor. Dehan mengusap kasar wajahnya setelah meminta maaf kepada sang pengendara motor.

"Lo bawa mobil jangan sambil melamun dong. Ingat, ada orang ganteng di sini," ucap Karen.

Dehan hanya diam tak menanggapi Dehan. Entah apa yang ia pikirkan. Dehan pun memutar tubuhnya ke belakang, menghadap Haura. Lalu menatap Haura teduh.

"Gue nggak akan tenang kalau lo diamin gue terus, Ra." Dehan berkata lembut, matanya yang teduh menatap Haura, mengunci pergerakan mata Haura.

"Oh ini masalahnya," guman Karen sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Dehan mengalihkan pandangannya, menatap Karen tajam. Sedangkan Karen mengangkat kedua telapak tangannya sambil terkekeh.

"Ra!" panggil Dehan lagi.

"Buruan jalan, bentar lagi bel bunyi," perintah Haura tanpa memedulikan ucapan Dehan.

Dehan menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengubah posisi duduknya mengahadap depan. Mulai menjalankan mobil menuju sekolah. Sama seperti tadi, suasana dalam mobil tetap hening sampai ke sekolah.

Mereka bertiga pun turun dari mobil setelah Dehan memarkirkan mobilnya di halaman parkir sekolah. Haura berjalan lebih dulu menuju kelas, meninggalkan kedua bodyguard-nya.

Dengan gerakan cepat Dehan mengejar Haura, lalu menahan tangan Haura. Membuat Haura menghentikan langkahnya.

"Kita perlu bicara!" tekan Dehan sambil menatap dalam Haura.

"Selesain masalah rumah tangga kalian, gue ke kelas dulu," ucap Karen sambil menepuk bahu Dehan. Lalu pergi meninggalkan Dehan dan Haura.

Dehan menarik tangan Haura, membawanya menuju taman belakang sekolah.

Sepanjang perjalanan ke sana, Dehan dan Haura menjadi pusat parhatian murid-murid. Terutama murid cewek yang menatapnya tak suka, sambil berbisik-bisik dengan temannya.

Sudah Haura duga, inilah resiko jika kita dekat dengan sosok famous di sekolah ini. Harus siap mental untuk menghadapi para heaters.

"Duduk!" Haura pun menuruti perintah Dehan. Dari tadi Haura hanya diam, enggan untuk bersuara.

Dehan berjongkok di hadapan Haura. Entahlah, Haura tidak bisa memdeskripsikan ekspresi Dehan saat ini. Haura kesal, tapi dia juga takut.

Dehan menghela nafasnya, lalu menatap Haura lekat-lekat. "Lo kenapa?"

Haura membalas tatapan Dehan. "Emang gue kenapa?"

"Gue tau gimana lo Ra, gue udah paham sifat lo. Kalau lo diamin gue begini, berarti ada apa-apa."

"Lo tau kan, gue nggak akan tenang kalau lo terus-terusan diamin gue."

Dehan meraih tangan Haura, lalu mengenggamnya erat.

HAURA (COMPLETED)Where stories live. Discover now