BAB 23

1.6K 123 13
                                    

"Aduh duh mom, sakit mom." Gavin mengaduh kesakitan saat telinganya dijewer oleh Bianca. Hal itu membuat Gavin terpaksa menyingkir dari atas tubuh Dina.

"Kamu mau apain si Dina hah?" Omel Bianca setelah Gavin turun dari ranjangnya tanpa melepaskan tangannya dari telinga Gavin.

"Mom lepasin mom, sakit mom!" Keluh Gavin.

Melihat apa yang terjadi pada Gavin, sontak membuat Dina langsung melompat turun dari ranjang. Dina panik dan juga takut. Dina bingung harus melakukan apa sekarang. Bagi Dina kesan pertama itu penting. Ia tidak mau di pertemuan pertamanya dengan keluarga Gavin, ia mendapatkan kesan buruk dari mereka.

Tetapi ternyata apa yang di takutkan oleh Dina tidaklah terjadi. Bianca malah menanyakan keadaan Dina. Dan Bianca malah yang merasa tidak enak kepadanya karena ulah Gavin.

"Sayang, kamu nggak apa-apa?" Tanya Bianca khawatir.

"Hah?"
"I..iya tante. Dina baik-baik aja." Jawab Dina lega.

"Bilang tante ya kalo Gavin mesumin kamu lagi!" Ucap Bianca.

"I...iya tante."

"Ada apa sih yank? Kok teriak-teriak gitu?" Tanya Rey yang bergegas masuk kedalam kamar Gavin setelah mendengar teriakan dari Bianca.

Bianca menoleh lalu melepas telinga Gavin.
"Ini anak kamu, masih SMA udah berani main tindih-tindih anak gadis orang!" Omel Bianca.

"Maklum yank, namanya juga anak muda. Kita dulu juga gitu!" Ucap Rey membela Gavin.

"Kamu aja ya, aku enggak! SMA aku nggak pernah punya pacar, itukan karena kamu juga yang bikin aku nggak pernah punya pacar. Trus yang pas kamu mesumin aku itu aku udah kuliah. Aku udah gede. Itu juga kamu yang suka maksa sama suka maen ancem kalo akunya nggak mau!" Omel Bianca pada Rey. Tanpa sadar Bianca masuk ke dalam jebakan Rey. Dan Bianca dengan polosnya menceritakan pengalaman mereka saat mereka masih pacaran dulu.

Dina syok. Karena Gavin ternyata sama persis dengan daddynya.
"Kok anak sama bapak bisa sama?" Batin Dina.

Berbeda dengan Gavin yang malah ingin tertawa. Sebenarnya karakter Dina mirip sekali dengan mommynya. Mereka sama-sama polos dan berhati lembut. Alasan itulah mengapa Gavin langsung suka pada Dina saat awal perjumpaan mereka.

Rey tertawa.
"Sama aja yank, pacaran kita dulu mirip sama mereka. Malah kita lebih....." Bianca membungkam mulut Rey menggunakan telapak tangannya.

"Sstttt! Kok kamu malah dukung Gavin sih, bukannya ikut marahin dan ngasih tau yang bener?" Omel Bianca.

"Iya yank, iya." Ucap Rey lalu menatap Gavin dengan tatapan seriusnya saat akan memarahinya.
"Gavin, daddy nggak suka ya kalo kamu maksa-maksa gitu. Kalau Dinanya mau itu baru nggak apa-apa. Nanti daddy kasih tau deh caranya gimana bujuk Dina biar Dina mau dan nggak bisa nolak." Ucap Rey.

"SAYANG!!!" Protes Bianca.

Gavin tertawa kali ini. Sedangkan Dina specless mendengar ucapan dari Rey. Dina hanya diam kaku tidak tau harus merespon apa ucapan dari daddynya Gavin ini.

"Becanda yank. Becanda Dina" Ucap Rey dengan menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya di depan Bianca dan Dina.
"Udah yuk yank kita keluar aja, jangan gangguin orang lagi pacaran yank! Dulu kita nggak ada yang gangguin loh yank pas kita juga sembunyi-sembunyi gini dikamar."

"SAYANG! Astaga!" Bianca mulai lelah.
"Udah! Dina turun yuk sama tante. Dina bantuin tante aja ya nyiapin camilan buat tamunya om Rey."

"Iya tante." Jawab Dina menyetujui permintaan Bianca. Dina tidak akan menyia-nyiakan kesempatan agar bisa lolos dari kemesuman Gavin. Apalagi sekarang Dina tau, daddynya mendukung kelakuan Gavin yang seperti itu.

Be Mine (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang