BAB 11

1.9K 158 26
                                    

Dina benar-benar menjauhi Gavin hingga sampai saat ini. Padahal mereka sudah hampir naik ke kelas 3 dan mereka tidak pernah terlibat percakapan dan hanya bertegur sapa seperti layaknya orang yang baru saja saling mengenal.

Meskipun banyak yang menyatakan cinta pada Dina, tetapi anehnya Dina tidak pernah mau menerima mereka. Karena hati Dina masih selalu milik Gavin.

Pernah Dina ingin membuka hatinya untuk cowok lain, tetapi saat cowok itu menyatakan perasaannya, bahkan Dina tidak pernah membutuhkan waktu yang lama untuk menolaknya.

Alasannya tentu saja karena Dina akan merasa sangat bersalah karena akan membohongi perasaannya sendiri dan akan memberikan harapan palsu pada cowok itu. Dina yakin biarpun ia bersama cowok lain, hati dan pikirannya masih saja akan bersama Gavin.

Tapi dibalik semua itu, Dina tidak sendirian merasakan perasaan itu. Gavin selama ini masih diam-diam melindungi Dina dari para cowok yang mendekati Dina karena punya maksud lain.

"BRAK!!" Teman sekelas Dina yang bernama Eqy, memasuki kelas dengan tergesa dan tidak sengaja membentur pintu kelasnya. Dina dan yang lain yang berada didalam kelas saat jam istirahat terkejut dengan ulah Eqy.

"Eqy, lo kenapa?" Tanya Nabila salah satu teman sekelas Dina.

Eqy tidak memperdulikan pertanyaan Nabila, tetapi malah bergegas menghampiri Dina.
"Dina! Dina, Gavin berantem!" Ucap Eqy kemudian.

Dina memang terkejut dan khawatir, tetapi bagi Dina, urusan Gavin sudah bukan urusannya lagi.
"Kenapa ngasih tau aku?" Tanya Dina.

"Gavin berantem kan gara-gara...." Ucapan Eqy terputus saat Gavin memasuki kelas.

"EQY, TUTUP MULUT LO!" Teriak Gavin.

Dina langsung menatap kesumber suara, dan merasa lega saat dilihatnya Gavin ternyata baik-baik saja.

"Gavin?" Ucap Eqy membeo.

"Ngomong dikit aja lo mampus! Keluar lo!" Ancam Gavin.

Eqy mengangguk dengan sangat cepat, kemudian menuruti permintaan Gavin untuk keluar dari dalam kelas.

Gavin menatap sekilas Dina yang juga sedang menatapnya kemudian mengalihkan tatapannya dan berjalan ke arah bangkunya.

Gavin duduk lalu mengambil tasnya, kemudian meletakkannya diatas meja untuk dijadikan bantalan kepalanya. Dan Gavin tertidur setelah itu.

Dina menatap Gavin dengan tatapan sendunya. Dan Bunga melihat itu.
"Udah, ntar lo gagal move on kalo masih liatin Gavin muluk!" Ucap Bunga lirih.

"Kok rasanya lebih sakit ya Nga dari patah hati?" Ucap Dina.

"Maksudnya?" Tanya Bunga.

"Gavin dekat tetapi aku nggak bisa raih dia. Apa aku pindah sekolah aja ya?" Ucap Dina dengan mata berkaca-kaca.

"Apaan sih Din, masak gara-gara cowok doang lo sampe harus pindah sekolah?" Omel Bunga.

"Habisnya aku susah banget mau move on-nya. Padahal udah hampir setahun, tapi ada aja yang bikin aku selalu inget dan mikirin Gavin. Contohnya kayak tadi. Eqy tiba-tiba dateng nyariin aku cuman buat bilang kalo Gavin lagi berantem." Ucap Dina kemudian meneteskan air matanya.

"Jangan nangis dong Din, ntar si Gavin kepedean noh liat lo nangis!" Ucap Bunga.

Dina mengusap air matanya. "Bener juga kata Bunga." Pikirnya.

Tak lama Dito pun masuk ke kelas.
"VIN!" Teriaknya begitu melihat Gavin dibangkunya.

"Brengsek!" Umpat Gavin karena kaget. Kemudian Gavin mendongak menatap Dito yang kini berjalan menghampirinya.
"Apa lagi?" Tanyanya tidak sabar.

Be Mine (TAMAT)Where stories live. Discover now