BAB 6

2.1K 163 57
                                    

"Apa yang lo bicarain sama Olla?" Tanya Gavin penasaran. Pasalnya setelah Dina bicara dengan Olla, sikap Olla berubah. Olla terlihat lebih menjaga sikapnya.

Dina tersenyum.
"Itu urusan cewek, kamu nggak perlu tau!"

Gavin menatap Dina serius. Yang ditatap jadi salah tingkah.

"A..aku mau diluar aja!" Ucap Dina kemudian berdiri.

Gavin menangkap pergelangan tangan Dina lalu menariknya. Dina tersentak dan membuatnya limbung. Akhirnya Dina jatuh menimpa tubuh Gavin. Sehingga Gavin kini berada dibawah tubuh Dina.

"KYAAAAA!" Teriak Dina karena terkejut.

Dina berusaha bangun, tapi lengan Gavin memeluk pinggang Dina dengan erat sehingga Dina susah untuk bergerak.

"Gavin?" Ucap Dina lirih.
"Akh!" Dina terpekik kaget saat Gavin membalikkan tubuhnya. Kini posisi Dina yang berada dibawah tubuh Gavin.

Gavin mendekatkan bibirnya ke bibir Dina. Jantung Dina berdegup dengan kencang. Lagi-lagi ia sampai lupa bernafas.

"Lo, bakalan habis sama gue kalo ternyata yang lo bicarain  sama Olla bakalan ngerugiin gue!" Ucap Gavin diatas bibir Dina. Kemudian Gavin melepas kungkungannya pada tubuh Dina. Gavin bangkit, lalu ia duduk. Kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Dina bangun.

Dina baru saja menghembuskan nafasnya setelah Gavin beranjak dari atas tubuhnya. Kemudian, Dina menerima uluran tangan Gavin dengan tangannya yang gemetar.

"Sekarang lo makan, gue nggak akan pergi sebelum lo habisin makanannya!" Ucap Gavin dingin.

Dina langsung mengangguk dan mengambil kantong plastik yang berisi makanan yang tadi sudah dibeliin Gavin.

Dina makan dalam Diam tanpa berani menatap wajah Gavin. Dina gelisah karena merasa takut dengan reaksi Gavin saat Gavin tau apa yang sudah ia bicarakan dengan Olla tadi.

Gavin melihat Dina gelisah. Melihat sikap Dina seperti itu malah semakib membuatnya curiga. Gavin berfikir mungkin ia akan menanyakannya pada Olla nanti.

Setelah Dina menyelesaikan makannya, Gavin memaksa Dina untuk tidur kembali. Pasalnya tubuh Dina masih lemah dan wajahnya masih terlihat pucat.

Pada sore harinya. Setelah Dina terbangun dari tidurnya. Dina meminta Gavin untuk mengantarnya ke kantor mamanya. Karena tidak mungkin Dina membiarkan Gavin mengantarnya pulang, disaat rumahnya berada jauh dari tempatnya sekarang berada. Dina belum siap menjawab pertanyaan Gavin tentang alasan mengapa Dina sekolah di tempat yang jauh dari rumahnya.

-----

Setelah membujuk mamanya dengan susah payah, akhirnya mamanya setuju untuk menetap di Jakarta, paling enggak sampai Dina lulus SMA.

Dengan semangat baru, saat bel istirahat pertama berbunyi, Dina langsung mengajak Bunga untuk ke kantin. Pasalnya Dito memberi kabar Dina lewat chat WA kalau sang pujaan hati sedang berada di kantin sekarang.

"Gue heran deh sama lo Din, masih aja ngejar-ngejar Gavin yang dinginnya udah ngalahin gunung es." Ucap Bunga saat mereka berjalan menuju kantin.

Dina tersenyum. "Nggak tau deh Nga. Aku pernah sih mau menyerah, tapi kadang ada sesuatu dari sikap Gavin yang bikin aku nggak rela buat ngejauhinnya. Aku yakin kok aku bakalan bisa dapetin Gavin suatu saat nanti. Kuncinya hanya sabaaaaar." Ucap Dina lalu tertawa, melihat Dina tertawa Bunga pun ikut tertawa.

Bunga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan Dina yang menurutnya itu adalah sesuatu yang bodoh. Untuk apa coba ngejar-ngejar satu cowok yang nggak suka sama dia padahal di sekolahan ini banyak cowok yang sedang bersaing memperebutkan hatinya?

Be Mine (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang