BAB 16

1.7K 145 19
                                    

Dina menyilangkan tangannya di depan dadanya.
"Ka...kamu jangan aneh-aneh deh!" Ucap Dina setelahnya.

Gavin hanya tertawa. Dan Gavin tidak memperdulikan ucapan Dina. Malah, Gavin bergerak semakin mendekat kearah tempat Dina duduk.

Dina semakin terpojok. Dina sudah tidak bisa menghindar lagi karena punggungnya sudah mentok menempel pada punggung kursi.

"Me...menjauh Gavin!" Perintah Dina tergagap dengan jantung yang berdetak semakin kencang seiring mendekatnya Gavin kearahnya.

"A...aku bakalan teriak k.....k...kalo kamu masih deketin aku!" Ancam Dina dengan mata melotot.

"Teriak aja! Gue mau tau, seberapa tega elo ngeliat gue digebukin sama tetangga lo!" Ucap Gavin santai.

"Y...ya udah a...aku beneran teriak nih!" Ucap Dina mulai panik.

"Buruan teriak!" Ucap Gavin sambil menyeringai.

Tapi bukannya teriak, Dina malah terdiam kaku. Lidahnya kelu, bibirnya hanya bisa terkatup rapat dengan mata melebar.

Gavin, setelah menyuruh Dina berteriak, bibir Gavin dengan lancang bersarang dibibir Dina. Melumatnya lembut dengan mata tertutup.

"Deg deg.... deg deg.... deg deg!" Debar jantung Dina berdegup dengan sangat cepat sampai membuatnya sesak nafas.

Gavin melepas pangutan bibirnya, melihat Dina masih dengan ekspresi syoknya, Gavin lalu tersenyum.

Mata Dina mengerjap-ngerjap dengan cepat ketika kesadaran mulai menghinggapinya. Dina menggerakkan tangannya bertujuan untuk mendorong dada Gavin agar tubuh Gavin sedikit menjauh dari tubuhnya.

"Eits.... inget perut gue lagi sakit, jangan lo dorong lagi!" Ucap Gavin ketika melihat tangan Dina bergerak seperti akan mendorongnya.

Dina menggigit bibirnya.
"Makanya kamu jangan macem-macem! Y...ya kamu a...agak munduran dikit! Jangan terlalu deket banget gini! A..aku nggak nyaman." Ucap Dina salah tingkah.

"Jadi lo nggak nyaman berada di deket gue?" Jawab Gavin pura-pura tersinggung.

"Bukan gitu." Ucap Dina lirih dengan wajah tertunduk.

"Trus apa?" Tanya Gavin lagi.

"Aku... umm... kamu jangan cium-cium aku dulu!" Pinta Dina.

Gavin merubah ekspresinya, dari jahil lalu mengerutkan alisnya terlihat kesal.
"Jadi, lo nggak mau deket-deket sama gue? Lo nggak mau gue cium? Ngapain lo minta gue jadi cowok lo kalo gitu?" Tanya Gavin marah.

Dina mendongak lalu menatap wajah Gavin karena marah mendengar ucapan Gavin.
"Kita belum jadian! Aku masih belum jadi pacar kamu! Kamu kira aku cewek apaan? Kamu pikir semua cewek kayak Ol...." Dina langsung menghentikan ucapannya. Dina hampir saja menyebut nama Olla. Bukan apa-apa, tetapi Dina tidak bermaksud mengatakan Olla adalah cewek gampangan. Hanya saja nama Olla yang tiba-tiba muncul dikepalanya. Kemudian Dina melanjutkan lagi kata-katanya.
"Kayak... kayak... pokoknya cewek yang mau diapain aja tanpa ada hubungan yang jelas! Aku bukan cewek seperti itu Gavin!" Ucap Dina kemudian.

Gavin terdiam. Yang diucapkan Dina memang benar. Gavin memperlakukan Dina seolah-olah Dina sudah menjadi pacarnya, padahal nyatanya mereka memang belum berpacaran.

"Haaaah....!" Gavin menghela nafasnya.
"Ya udah kita pacaran aja mulai sekarang!" Ucap Gavin santai.

Dina menatap Gavin dengan bibir cemberut.
"Katanya kamu mau nyelesein urusan kamu dulu? Kamu ngajak aku pacaran sekarang bukan karena pengen mesumin aku aja kan?" Tanya Dina curiga.

Be Mine (TAMAT)Where stories live. Discover now