BAB 45

1.6K 115 3
                                    

Dina melirik Gavin yang sedang menyetir disebelahnya yang dari tadi hanya diam saja sejak mereka keluar dari kampus UGM.

Sebenarnya Dina penasaran kemana Gavin akan membawanya pergi, melihat jalan yang ditempuh Gavin bukanlah jalan menuju ke kost-annya dan bukan juga jalan menuju ke apartemen milik Gavin. Tetapi Dina takut jika harus menanyakannya langsung kepada Gavin.

Karena sudah tidak tahan dengan suasana hening yang membuatnya cemas, akhirnya Dina memberanikan diri untuk bertanya kepada Gavin.

"Gavin!" Panggilnya.

Gavin menoleh kearah Dina, lalu tak lama Gavin kembali fokus kearah depan.
"Hm?" Jawabnya.

"Umm... kita sebenarnya mau kemana?" Tanya Dina dengan hati-hati.

Gavin menghela nafasnya pelan. Sebenarnya Gavin juga tidak tau akan pergi kemana. Setelah keluar fari kampus tadi, Gavin memang mengendarai mobilnya dengan tanpa tujuan.
"Maaf!" Ucap Gavin kemudian.

Dina tersenyum. Mendengar Gavin meminta maaf menandakan Gavin kini sudah baik-baik saja.

"Mau kepantai nggak?" Tanya Dina.

Gavin kembali menoleh ke arah Dina.
"Pantai?" Tanyanya kemudian.

"Iya." Jawab Dina sambil mengangguk.
"Mau jalan-jalan kepantai nggak?" Ajak Dina lagi.

"Tapi elo kan...."

"Aku udah nggak pa-pa kok. Kesana yuk!"

Gavin tersenyum, lalu mengangguk.
"Oke!"

Setelah itu Gavin langsung mengemudikan mobilnya menuju ke pantai Parangtritis.

-----

Gavin dan Dina berjalan menyusuri pantai dengan bergandengan tangan dan bertelanjang kaki karena mereka meninggalkan sepatu mereka di dalam mobil.

"Gavin?" Panggil Dina.

Gavin menoleh.
"Hm?" Jawabnya sambil menatap Dina lembut.

"Kamu udah nggak apa-apa kan? Umm... apa kamu masih marah?" Tanya Dina karena Gavin dari tadi masih terlihat diam saja.

Gavin menghela nafas panjang.
"Udah enggak. Tapi nggak tau nanti kalau ketemu tuh curut lagi." Jawab Gavin.

Dina tertawa yang membuat Gavin menoleh dan menatap Dina dengan heran.
"Apanya yang lucu?" Tanyanya.

"Itu... lucu aja."
"Denger kata curut kenapa jadi pas banget buat panggilannya si Dimas." Ucap Dina lalu tertawa lagi.

Gavin akhirnya ikut tertawa.

Tiba-tiba Gavin berhenti tertawa dan berhenti melangkah. Hal itu membuat Dina pun juga akhirnya menghentikan langkahnya, lalu menghadap kearah Gavin.

"Ada apa?" Tanya Dina mulai kembali diliputi perasaan cemas ketika melihat ekspresi wajah Gavin yang berubah menjadi serius.

Gavin menggenggam kedua tangan Dina, lalu membawanya kemulutnya, kemudian Gavin mencium kedua punggung tangan Dina.

"Dulu gue sempet mau nyerah sama perasaan gue tentang elo."
"Tapi nggak tau kenapa, hati gue berat dan nolak buat ngelakuin itu."
"Perasaan yang gue punya buat elo seolah nggak mau pergi walau sekeras apapun gue coba buat ngusir elo dari hati dan pikiran gue."

Be Mine (TAMAT)Where stories live. Discover now