P A R T - 14

1.6K 115 24
                                    

" Lo lupa satu hal, kalau secinta apa pun dia sama lo, Yesus tetap Tuhannya. "

Sidang malam ini dari sang Papa begitu terasa menegangkan bagi Inggrid maupun Gilang. Andai tadi Gilang tak nekat mengadu pada orang tua mereka, pastinya Gilang sudah dapat tertidur. Rasa gak terima dan kesal kayak udah jadi satu. Gimana gak merasa kesal, yang buat salah Inggrid, eh dirinya juga yang kena getahnya. Ya gini nih resiko punya adik yang bandel nya minta ampun.

" Kalian berdua mau diam sampai kapan, gak ada yang mau jelasin ke Papa?? " Nada datar Papa nya itu benar-benar membuat bulu kudu merinding.

" Inggrid ngaku salah, Pa. " Gilang sedikit merasa lega ketika adiknya itu mengakui kesalahannya.

" Papa gak tanya soal itu, kalau itu emang kamu salah. Yang Papa tanya di sini kenapa kamu buat kekacauan kayak gitu, gak mikir resikonya apa kamu ini, Ing?? " Suara berat Papa nya itu benar-benar menakutkan. Rasa-rasa nya Inggrid ingin kabur aja dari sini.

" Inggrid ngelakuin itu semua spontan, Pa, ya intinya Inggrid masih belum terima kalau Reiner mutusin Inggrid buat nikah sama cewe lain. " Kali ini tidak ada nada ngotot dari Inggrid, bahkan suaranya saja terdengar seperti sayup-sayup.

" Kamu ini lupa apa gak tau sih, Ing, secinta apa pun Reiner sama kamu, Yesus tetap Tuhan dia. Hal itu gak akan bisa berubah mau selama apa pun kalian jalani berdua. " Fakta baru itu benar-benar menampar Inggrid. Begitu pula dengan Gilang yang sama terkejut nya dengan Inggrid.

" Jadi selama ini Papa tau kalau mereka bakal kayak gini?? " Tanya Gilang dengan penuh keheranan, bagaimana Papa nya hanya diam saja selama ini.

" Kalau ini Papa tidak pernah tau tapi sudah dapat di tebak bukan. Kalau mereka bersama pun harus salah satu yang mengalah bukan?? Dan Papa tidak pernah suka orang menggadaikan nama Tuhan atas nama cinta. " Ucapan Papa nya itu sungguh teramat menohok Inggrid.

" Tapi kenapa Papa selama ini diam, kenapa gak bilang ke Inggrid?? " Kini air mata pun turut hadir menghiasi wajah Inggrid.

" Ing, bukannya Papa tidak mau bilang, tapi karena Papa tau kalian udah dewasa dan sudah sepantasnya menyelesaikan masalah sendiri tanpa Papa ikut campur. Tapi satu hal yang Papa heran kan disini, kamu tidak pernah bertanya hal sekrusial itu pada Reiner?? "

" Inggrid gak tau, Pa.... " Hanya itu jawaban yang dapat keluar dari mulut Inggrid. Diri nya benar-benar syok mengetahui fakta baru itu.

Inggrid terduduk lemas di sofa tempat nya bersandar. Merasa seperti telah ditipu selama bertahun-tahun. Semua ini jelas lebih menyakitkan dari yang sebelumnya. Kenapa selama ini diri nya terlalu naif, selalu saja menyimpulkan tanpa mau bertanya. Kata bodoh yang kini terngiang-ngiang di benak Inggrid. Jadi inilah alasan hubungan mereka tak pernah ada kemajuan dan berakhir seperti ini. Lalu kini Inggrid tau kenapa ibu Reiner kemarin menatap nya dengan tajam, jadi inilah alasan nya.

Tanpa mau mendengarkan kelanjutan cerita yang keluar dari mulut Papa nya, Inggrid pun langsung memilih pergi. Mengunci diri di kamar adalah pilihan yang paling tepat. Di tambah dengan menangis semalaman, mungkin akan memperbaiki perasaannya yang kini sangat kacau. Bahkan dirinya tak peduli lagi dengan gedoran yang dilakukan abangnya. Kali ini dirinya perlu waktu sendiri untuk mencerna semua ini.

~~~

Gilang yang melihat Inggrid keluar dari ruangan Papa nya itu langsung menatap nya khawatir. Bahkan dirinya pun terkejut dengan fakta baru itu. Apalagi Inggrid, jalan lima tahun tapi gak tau apa-apa tentang pasangan nya. Ya jelas lah merasa seperti di bohongin. Belum lagi dia tahu nya juga bukan dari mulut orang yang bersangkutan.

Perginya Inggrid pun membuat Gilang bisa leluasa bertanya pada Papa nya. Yang paling pertama Gilang ajukan adalah protesan. Bagaimana Papa nya bisa sesantai itu menyangkut adiknya. Dirinya tau mereka sudah sama-sama dewasa, tapi setidaknya mengingatkan juga gak ada salahnya bukan. Kini Gilang benar-benar kecewa dengan sikap yang Papa nya ambil. Bahkan Gilang seperti gak habis pikir dengan jalan pikiran sang Papa.

" Papa gak mau jelasin ini ke Gilang??" Mencoba menahan emosinya yang hampir muncul di permukaan.

" Emang apa yang perlu Papa jelasin di sini, bukan nya sudah jelas. " Kalau menabok mulut orang tua gak dosa, udah ditabok itu mulut Papa nya.

" Apa sih yang ada di pikiran Papa, harusnya Papa ngelarang hal ini bukannya diam. Kalau gini cerita nya Inggrid gak salah, Pa, kalau ngelakuin hal itu. " Kali ini Gilang tak peduli lagi jika akan di habisi Papa nya. Perasaan Gilang kini sama hancur nya dengan Inggrid.

" Kalian udah dewasa, jadi apa yang kalian pilih itu ya resiko kalian. " Kalimat itu yang terakhir Papa ucapkan sebelum meninggalkan Gilang sendiri di ruang kerjanya ini.

Sikap seperti ini lah yang sangat Gilang benci dari Papa nya. Selalu menganggap sepele semua masalah yang di hadapi anak-anaknya. Gilang mengambil jeda sebentar untuk berpikir tenang. Selanjutnya dirinya harus menghampiri adiknya. Kini akan benar-benar sulit untuk membuat Inggrid sepenuhnya pulih. Kalau sebelumnya mungkin Gilang akan kembali menyodorkan beberapa pria, tapi kini hak itu sangat mustahil. Kecewanya seseorang itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilupakan buat pulih.

Bayangan Inggrid menangis mampir di benakmu Gilang. Bahkan kini dirinya merasa gagal menjadi seorang Abang. Dirinya sudah gagal melindungi adiknya. Memang dirinya berhasil melindungi dalam hal menjaga diri, namun tidak dengan rasa percaya adiknya. Kini dirinya menatap sendu pintu kamar adiknya yang telah di kunci dari dalam oleh pemiliknya. Ketukan pelan hingga gedoran pun rupanya tak Inggrid hiraukan. Bahkan teriakan Gilang juga tak di respon olehnya. Tapi Gilang pun juga gak bisa maksa Inggrid kali ini. Mungkin adiknya itu butuh waktu sendiri, dengan rasa tak rela dirinya pun kembali ke kamar nya dengan langkah lesu.

Tidak Bersama ✔Where stories live. Discover now