P A R T - 40

1.3K 68 2
                                    


IU ~ A Story Only I Didn't Know



" Kita di pertemukan dengan yang namanya kebetulan, tapi pada akhirnya kita juga di pisahkan dengan yang namanya keadaan. "

Banyak yang berubah pada satu minggu ini. Tapi di saat semua hal berubah, keadaan Garda tak menunjukkan perubahan sedikit pun. Tak ada tanda-tanda jika Garda akan terbangun dari tidur lelapnya. Entah apa yang sedang di mimpikan pria itu hingga teramat betah dalam tidur nya. Seakan pria itu tak ingin terbangun dari mimpi indahnya.

Segala upaya sudah Inggrid usahakan, mengajaknya mengobrol layaknya biasanya ataupun Inggrid bercerita tanpa henti. Semua itu seakan tak mengusik Garda sedikit pun. Memang kondisinya membaik perlahan-lahan, tapi entah matanya seakan tak mau terbuka. Hal itu pun tak membuat semangat Inggrid berkurang. Inggrid tak pernah merasa lelah mengajak Garda berbicara walupun tahu Garda tak akan menjawabnya. Semua itu dilakukan semata-mata agar Garda terbangun dari tidurnya. Karena melihat Garda seperti ini sungguh sangat menyiksa batin Inggrid.

" Kapan Mas Garda mau bangun, gak capek apa tidur terus, hmm?? " Tanya Inggrid pada Garda yang masih betah memejamkan mata.

" Harusnya Mas Garda sendiri yang kasih cincinnya, bukan lewat ayah Mas Garda. Terus harus Mas Garda juga yang pasangin cincin nya. " Ucap Inggrid.

" Mas tuh betah banget sih tidur kayak gini, mimpiin apa sih kok betah banget. Udah seminggu lo mas tidur terus. Gak kangen sama Inggrid tah??" Inggrid tanpa lelah mengajak Garda berbicara.

" Di sini semua pada nungguin mas sadar loh, tadi Mama sama Papa juga sempet jenguk, Mas. Tapi Mas betah banget tidur nya." Bahkan Inggrid terus mengajak Garda berbicara.

" Mas, ing kangen sama Mas Garda, apa Mas gak kangen Inggrid juga?? " Bisik Inggrid pada Garda. Dan benar saja saat itu Garda merespon dengan gerakan pelan pada telunjuknya. Inggrid yang melihat langsung memanggil dokter yang menangani Garda.

Langsung tanpa perlu lama-lama Inggrid memanggil dokter melalui tombol darurat. Tak berselang lama dokter dan perawat pun datang ke ruangan Mas Garda nya. Dari jauh Inggrid melihat sang dokter memeriksa keadaan Mas Garda. Beberapa pemeriksaan inti dilakukan dokter itu pada Mas Garda. Lalu setelah nya dokter itu pun keluar dan Inggrid langsung menghampiri dokter itu.

" Dok, bagaimana keadaan Mas Garda? Apa sudah ada kemajuan?? " Tanya Inggrid dengan antusias.

" Kondisi nya saat ini sudah mulai stabil, tapi kita juga tidak dapat memastikan kapan Bapak Garda akan sadar. Di sini kami akan berusaha membantu semaksimal mungkin, tapi tetap kuasa Tuhan lah yang menentukan semuanya. Ibu harus tetap bersabar dan jangan lupa terus meminta pada yang di atas. " Ucapan dokter itu pun membuat Inggrid menghela nafas kecil.

" Kalau begitu trimakasih banyak dok." Ucap Inggrid pada dokter itu.

" Sudah menjadi tugas saya untuk membantu pasien. Kalau begitu saya permisi dulu. " Balas dokter itu sebelum pergi meninggalkan ruangan Garda.

Dalam ruangan itu Inggrid menghela nafas kecil. Semuanya pasti akan baik-baik saja, Inggrid yakin akan hal itu. Kemudian Inggrid kembali ke ruangan Garda lagi. Inggrid kembali mengajak Garda bercerita walaupun tetap tanpa ada nya respon. Hingga kedatangan ayah Garda membuat Inggrid menghentikan cerita nya. Inggrid tahu kini saat nya dia pulang. Karena sudah ada Ayah Garda yang datang untuk menjaga sang Putra.

" Pulang lah nak, istirahat kan tubuh mu, jangan sampai kau juga ikutan sakit nantinya. " Ucap ayah Garda pada Inggrid.

" Iya Om, kalau gitu saya pulang dulu." Pamit Inggrid pada ayah Garda.

" Hati-hati, Nak. " Balas Ayah Garda.

" Baik Om, kalau begitu saya permisi." Pria paruh baya itu pun hanya membalasnya dengan anggukan.

Dengan langkah berat Inggrid pun meninggalkan ruang rawat inap Garda. Rasanya begitu berat meninggal kan Garda di sana, walaupun Inggrid tahu ada Ayah nya yang terus menjaga. Tapi tetap saja perasaan Inggrid selalu tidak pernah tenang. Ada perasaan yang begitu mengganjal. Seakan Inggrid tahu waktu nya bersama Garda itu tidak akan lama lagi. Entah itu hanya perasaan Inggrid saja atau mungkin suatu hal yang tak pernah bisa Inggrid bayangkan. Tidak ada yang tahu bukan, karena hidup adalah sebuah serangkaian kebetulan.

~~~

Gilang mendapatkan kabar kalau Garda sempat sadar setelah terbaring koma selama seminggu. Namun bukan itu inti dari hal yang di sampaikan. Nyatanya kondisi pria itu tak pernah baik-baik saja. Garda kembali kehilangan kesadarannya setelah beberapa saat. Mungkin pria itu bangun hanya untuk menitipkan pesan singkat pada sang pujaan hati. Entah apa maksud dari yang di sampaikan pria itu, Gilang tak mengerti jelasnya.

Kabar sadar nya Garda pun tak sampai di telinga Inggrid. Semua orang sengaja menyembunyikan perihal ini dari Inggrid. Tidak ingin memberikan Inggrid harapan di tengah ke tidak pastian ini. Biarkan saat Inggrid hanya tahu kalau Garda masih terbaring koma, bukan kondisi Garda yang lain.

" Apa tidak ada cara lain untuk membuat nya seperti semula, Om?? " Tanya Gilang pada Ayah Garda yang habis menemui dokter yang menangani Garda.

" Kondisi nya terlalu parah, namun dari penjelasan dokter tadi mungkin Garda memiliki sedikit harapan. Namun sayangnya di sini fasilitas tidak menunjang untuk perawatan Garda lebih lanjut... " Penjelasan ayah Garda itu terhenti sejenak. Pria paruh baya itu mengehela nafas sejenak.

" Jadi masih ada sedikit harapan untuk Garda kembali pulih, Om?? Lalu di mana rekomendasi rumah sakit yang bagus untuk pengobatan Garda?? " Tanya Gilang dengan penuh harap.

" Kondisi Garda memang akan pulih, namun tidak akan seratus persen kembali seperti sedia kala. Namun tidak ada salahnya Om mencoba untuk kesembuhan Garda. Sesuai dengan rekomendasi dokter, Om akan membawa Garda ke Singapura setelah kondisi nya stabil. " Penjelasan yang ayah Garda berikan itu terdengar sangat berat bagi Gilang.

" Itu artinya Garda akan di rawat di sana Om, sampai kapan?? " Ini akan menjadi suatu hal yang berat bagi Inggrid dan Gilang tak sanggup untuk membayangkan nya.

" Kemungkinan besar nya sampai kondisinya benar-benar pulih. " Dengan berat hati ayah Garda menyampaikan hal itu.

" Apa itu memerlukan waktu yang sangat lama?? " Gilanh masih memastikan seberapa lama hal ini akan berlangsung.

" Tidak ada yang tahu mengenai hal itu, semua tergantung kondisi Garda. Jika Garda bisa melaluinya dengan baik mungkin tidak akan berlangsung lama, namun akan terjadi jika sebalik nya. " Jelas pria paruh baya itu dengan nada getir.

Helaan nafas kecil pun keluar dari mulut Gilang. " Mungkin akan berat bagi Inggrid nantinya, namun pasti dia bisa menerima hal ini. " Ujar Gilang dengan pelan.

" Ya mungkin akan terasa berat untuk nya, apalagi memang mereka harus di pisahkan dengan keadaan yang seperti ini. Mungkin ini adalah ujian awal yang harus mereka hadapi. " Ucap pria paruh baya itu.

" Mungkin saja memang seperti itu jalan untuk mereka bisa bersama. Semoga saja mereka mampu melewati semua nya. " Balas Gilang dengan sendu.

Pria paruh baya itu hanya mengangguk pelan. Sungguh berat ujian yang harus mereka hadapi. Perpisahan tanpa ada nya kalimat perpisahan itu sungguh sangat menyesakkan. Bahkan ada hal yang belum sempat mereka selesai kan sebelumnya. Ada kalimat yang belum sempat untuk diutarakan. Lalu kini mereka harus di pisahkan dengan yang namanya keadaan. Sungguh teramat berat beban yang mereka pikul untuk lukanya. Mungkin saja ini jalan Tuhan untuk mereka bisa bersama, tapi memang sangat menyakitkan untuk dijalaninya di waktu kemudian.

Tidak Bersama ✔Where stories live. Discover now