P A R T - 26

1.2K 86 2
                                    

" Kau yang menghancurkan hidup ku, maka aku akan membuat neraka di sisa kehidupanmu. "


Semua terasa lebih plong ketika Inggrid mengeluarkan ganjalan di hatinya. Dengan Garda yang masih setia menjadi tempat Inggrid bersandar dan membagikan semua hal yang dirasakannya. Inggrid pun perlahan sudah melepaskan amarah yang selama ini bersarang di hatinya. Tentang lukanya itu biarkan waktu yang menghapus nya, karena kini Inggrid hanya akan menjalani hidup nya tanpa harus mengingat bayang-bayang masa lalu.

Kini giliran Garda yang akan bertindak. Garda selalu punya cara  untuk mengembalikan suasana hati Inggrid. Kali ini cara Garda mengembalikan suasana hati Inggrid adalah dengan cara mengajaknya berkeliling kota. Inggrid sangat suka jika dirinya mengajak nya berkeliling kota. Katanya mengunjungi tempat baru dapat membuat suasana hatinya membaik. Jadi lah di sini Garda berada, mengunjungi tempat-tempat baru yang tak pernah Inggrid duga keberadaan nya.

" Sudah lebih baik, Ing?? " Tanya Garda pada Inggrid yang masih menikmati hembusan angin sore yang sepoi-sepoi.

" Yaa rasanya jauh lebih baik, Mas. " Inggrid pun yang masih fokus menikmati hawa di sini pun menjawab pertanyaan Garda itu dengan gumanan pelan.

" Saya lega kalau kamu sudah merasa baikan, artinya saya tidak salah mengajak mu ke tempat ini. " Ucap Garda sambil menatap langit senja di pinggir danau buatan ini. Tempat yang pas untuk memperbaiki suasana hati yang memburuk.

" Makasih ya Mas untuk semuanya. " Ucapan terimakasih itu Inggrid ucapkan dengan setulus hatinya. Tanpa dukungan Garda mungkin kini Inggrid hanya meringkuk meratapi kesedihan nya.

" Kamu gak perlu berterimakasih, Ing. Karena kita ini adalah dua orang yang saling menyembuhkan luka dengan cara berbeda. " Ucapan Garda itu membuat Inggrid tersenyum kecil. Ya mereka adalah dua orang yang sama-sama terluka oleh keadaan.

" Hahaha benar Mas, nyatanya takdir itu memang selucu ini. Kita di pertemukan oleh keadaan yang tidak terduga, untuk menghapus sisa-sisa kenangan. " Garda pun menganggukkan kepala menyetujui kalimat Inggrid barusan.

" Iya memang takdir selucu itu, namun bertemu dengan kamu adalah hal yang paling saya syukuri. Karena dengan kehadiran mu mampu menghapus sedikit jejak masa lalu. " Mendengar ucapan Garda barusan itu membuat Inggrid bersemu kemerahan. Detak jantung pun kini sudah tak berirama, berdetak dengan kencangnya.

Sambil menetralkan debaran jantung nya Inggrid pun melihat hamparan taman luas ini. Ucapan Garda itu membuat hati Inggrid kalang kabut. Mungkin ini terlalu cepat untuk di ambil kesimpulan nya. Walaupun dalam beberapa waktu ini Inggrid dan Garda menghabiskan waktu bersama. Namun gelenyar rasa asing ini seakan menghantui Inggrid. Inggrid bukan lah anak kemarin sore yang baru tau soal debaran jantung ketika bersama lawan jenis. Tapi entah mengapa semua itu terasa berbeda jika bersama Garda. Apakah perasaannya sungguh sudah berpaling pada Garda, Inggrid tidak mengetahui nya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Garda. Jantung nya selalu berdetak tak beraturan jika berdekatan dengan Inggrid. Garda tak pernah menyangkal perasaan nya, namun sebisa mungkin Garda menahan perasaan itu agar tak muncul di permukaan. Semua ini terlalu cepat untuk disimpulkan dengan kata-kata. Baik Garda maupun Inggrid saling menyembunyikan debaran ini dengan begitu rapinya. Hingga mereka berdua pun tak menyadari jika perasaan yang mereka rasakan itu saling berbalas.

~~~

Kehancuran itu datang begitu cepat meluluh lantakan kehidupan Deana. Semua hal yang baru saja dia dapatkan kini terenggut paksa oleh yang namanya keadaan. Reiner bukan hanya kembali mengacuhkan Deana, kini ada kebencian mendalam yang dirasakan Reiner pada istrinya. Bahkan sifat buruk Reiner kini kembali lagi membuat perasaan Deana hancur berkeping-keping. Nyatanya bahagia yang dia cecap tak bertahan lama.

Reiner dan sifat buruk nya itu dulu tak begitu menyiksa Deana. Kini bukan hanya sifat buruk saja, Reiner menjadi orang yang gampang marah. Bukan cuma berkata kasar dan menyakitkan saja, kini Reiner bahkan tak segan untuk menghancurkan barang. Namun di balik itu semua Reiner tak pernah ringan tangan pada Deana di ujung amarahnya. Reiner masih bisa menahan diri agar tak melayangkan tangannya pada wanita yang berstatus istrinya ini.

Hubungan yang kian merenggang ini pun juga berdampak pada kandungan Deana. Beberapa kali Reiner mendapatkan amukan dari Mami nya karena lalai menjaga sang istri. Namun Reiner bukannya menyesal malah semakin menjadi. Omongan dari Mami nya itu bahkan dianggap nya angin lalu saja. Bukan tanpa sebab Reiner bersikap seapatis itu pada Mami nya dan juga sang istri. Karena mereka berdua lah yang membuat Reiner tersiksa dalam hubungan tanpa ujung ini.

" Reiner, kamu tuh bisa gak perhatian dikit sama isterimu, jangan jadi seperti Papi mu. " Baru menginjakan kaki nya di rumah Reiner sudah mendapatkan sambutan tak mengenak kan dari sang Mami.

" Reiner bukan Papi, dan Mami gak bisa sama-sama in Reiner sama Papi. " Reiner benar-benar lelah kali ini, selalu saja Mami nya berkata sesuka dirinya tanpa memikirkan perasaan sang anak.

" Jika kamu gak mau disama kan dengan Papi mu itu, jadilah suami yang bertanggung jawab. Jangan jadi pengecut. " Kalimat tajam itu sungguh melukai harga diri Reiner. Benar kata orang-orang jika yang membuatmu hancur adalah orang terdekat mu sendiri, dan kini sedang Reiner rasakan.

" Mau tanggung jawab seperti apa lagi, Mam. Selama ini Reiner sudah memenuhi kewajiban sebagai suami. Apa itu masih kurang untuk nya?? " Reiner kesal selalu menjadi pihak yang di salah kan tanpa mau mendengarkan pembelaan nya.

" Yang kamu penuhi hanya kewajiban materi tapi tidak dengan yang lain. Mau hidup seperti apa kamu ?? Mau menjadi pria tidak setia seperti yang dilakukan Papi mu?? " Lagi-lagi Mami nya menyinggung perbuatan Papi nya di masa lalu. Kesalahan yang Papi nya terlalu besar untuk sekedar dilupakan, namun apa Mami nya tidak bisa sekali saja mengerti dirinya.

" Sekali lagi Reiner tekan kan pada Mami, kalau Reiner bukan Papi. Harusnya Mami itu ngerti dengan penjelasan Reiner. Mami gak bisa seenaknya seperti ini, Reiner udah bisa nentuin mau gimana hidup Reiner. Gak semuanya yang baik menurut Mami itu baik juga untuk Reiner. " Perasaan muak itu membuat Reiner berani mengeluarkan semua ganjalan di hatinya.

" Mami melakukan ini untuk kebaikan mu. Kamu tidak bisa menggadaikan Tuhan mu untuk cinta konyol mu itu. Makanya Mami melakukan ini. Karena cukup Mami saja yang merasakan hidup penuh luka tapi tidak dengan anak Mami. "  Mami nya yang biasanya tegar itu kini berucap dengan nada sendu yang jarang keluar dari mulut nya.

" Reiner tak pernah menggadaikan Tuhan untuk bisa bersama Inggrid. Harusnya Mami ngerti itu dan gak membuat kekacauan seperti ini. Reiner bukan hanya kehilangan orang yang Reiner cintai saja mam, tapi Reiner juga di benci oleh nya. Semua itu karena apa, karena dendam yang tertanam di hati Mami. Mami terlalu larut sama perasaan sakit itu sampai Mami lupa dengan kebahagiaan yang Reiner punya. Mami terlalu egois. " Selama ini Reiner hanya mampu mengalah untuk kebahagiaan Mami nya, namun rupanya sang Mami belum puas saja.

Tanpa menunggu balasan dari sang Mami, Reiner pun meninggalkan ibu nya itu sendiri. Reiner terlalu lelah dengan semua ini. Rasa nya sungguh muak menjalani hidup dengan bayang-bayang orang lain. Tindakan yang dilakukan nya seakan tak pernah benar. Hidup nya selalu dikontrol tanpa tau apa yang sebenar nya Reiner mau. Sungguh menyedihkan sekali kehidupan yang dia jalani. Hidup dalam bayangan keluarga sempurna, namun nyatanya itu semua hanyalah kepalsuan semata. Memang ya manusia paling bisa menipu perasaannya sendiri.

Tidak Bersama ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang