P A R T - 3

3.3K 187 2
                                    

" Selagi nama mu masih terlintas dipikiran ku, maka tak akan semudah arang menjadi abu melupakanmu. "

Rupanya Gilang datang sedikit lebih lama dari dugaannya Inggrid. Walaupun jarak dari tempat Gilang berasa ke daerah tempat Inggrid nonton memang tidak terlalu jauh, tapi kalau sudah macet ya bakalan lama. Inggrid sudah nampak sangat kesal, bisa-bisa nya keadaan tidak mendukungnya. Hari ini benar-benar menguras emosi Inggrid.

Inggrid langsung masuk mobil ketika Gilang baru saja berhenti di depannya. Tak ada sapaan apalagi basa-basi seperti biasanya, kali ini Inggrid hanya diam dengan wajah yang sangat muram. Gilang yang melihat kelakuan aneh adiknya itu hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Bukan hal baru lagi bagi Gilang, adiknya itu sering berlaku seperti ini  setiap kali ada hal yang mengganggu ataupun tidak berkenan di hati.

" Duh tuh muka napa kok lecek, kagak di setrika?? " tanya Gilang basa-basi, padahal sebenarnya dia sudah tau tapi cuma pingin tau aja gimana respon sang adik itu.

" Lo bisa diem gak si Bang, gue tuh lagi sumpek jangan tambah bikin sumpek." Inggrid menjawab dengan sinisnya, kali ini dia tak ingin mendapatkan godaan dari abang nya itu.

" Lah napa lo, tadi pagi juga masih ketawa-ketawa, sekarang muram kek banyak utang. Heran gue ama lo. " Gilang berujar heran karena tingkah adiknya itu. Kelakuan Inggrid ini sungguh tidak terduga.

" Ya gimana kagak sumpek, tadi di kantor kena ceramah si bapak Ali. Eh pas mau nonton ketemu sama si kadal. Kan bikin sebel ajaa. " Jelas Inggrid dengan berapi-api. Mendengar hal itu Gilang pun langsung tertawa terpingkal-pingkal.

" Lah gimana bisa lo kena semprot si Ali, padahal dia tuh orangnya baik lo setau gue dan untuk lo ketemu ama si kadal mah salah lo sendiri. Lagian ngapain lo nonton sampe daerah sini, kayak kagak ada kerjaan aja. " Gilang pun menjawab dengan jawaban yang pasti membuat Inggrid tambah emosi.

" Lo mah kagak tau kelakuannya temen lo itu, sukanya marah-marah kalau gak perintah-perintah mulu. Lo kan cuma tau baiknya aja, Bang. Terus yaa gue bukan gak ada kerjaan tapi gak tau ajaa pingin nonton di sini. " Inggrid pun balas menjawab ucapan abangnya itu dengan fakta lapangan.

" Bilang aja belum move on dari mantan, gitu kok ribet. " Gilang rupanya ingin memancing keributan kali ini.

" Siapa emang yang bilang move on itu gampang dan singkat. Lah lo pikir aja deh, pacaran lima tahun itu bukan waktu yang singkat kali, Bang. Terus sekarang putus langsung nikah, apa kagak sakit ati gue. Lo kan mana tau, pacaran paling lama juga tiga bulan. " Jawaban Inggrid itu begitu menohok dan langsung membuat Gilang terdiam. Apalagi yang dikatakan oleh adiknya ini benar.

Kali ini Gilang pun tak lagi menanggapi ucapan adiknya itu. Dia lebih memilih diam di bandingkan adiknya akan terus menyindir tentang dirinya. Sedangkan Inggrid pun juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua pun kini sama-sama terdiam di dalam perjalanan. Bahkan radio pun tak bisa membuat suasana mobil menjadi ramai.

~~~

S

emakin malam suasana cafe ini malah semakin ramai. Bahkan kini meja-meja pun sudah nampak penuh. Bahkan para pekerja cafe ini nampak kualahan dengan banyaknya pengunjung. Setiap ada yang keluar berikutnya pasti bakal ada pelanggan yang masuk. Siklus itu masih terus berlanjut tiada henti.

" Bang, mas Edgar kayaknya kualahan deh. Soalnya hari ini rame banget pengunjungnya. " Salah satu karyawan nya memberi laporan padanya.

" Bentar lagi gue ke sana. " Balas sang atasan pada karyawan nya itu.

" Siap Bang, kalau gitu gue balik dulu." Ucap karyawan nya itu sebelum meninggalkan nya seorang diri di ruangannya.

Tak butuh waktu lama untuk Wira, menyelesaikan pekerjaannya ini. Setelah itu dia pun langsung turut membantu barista nya untuk membuat minuman pesanan para pelanggan. Ya ini bukanlah hal asing baginya, karena ini adalah separuh hidup nya. Dengan cekatan Wira meracik beberapa minuman milik pelanggan. Dia begitu lihai hingga membuat para mata wanita menatapnya dengan kagum. Sedangkan Wira sendiri nampak tak menggubris tatapan-tatapan dari para wanita-wanita itu.

" Lo baru dateng langsung jadi magnet para wanita ya, Wir. " Ucap Edgar yang berada di sebelahnya.

" Biarin aja, asal gak ganggu kerjaan gue aja. " Balas Wira dengan singkat.

" Pantes aja lo masih jomblo, kelakuan lo kek begini. " Edgar dengan tidak tau dirinya menghina sang atasan.

" Gue bukannya jomblo, tapi jodoh gue masih di jagain orang. " Sangkal Wira yang tak Terima dikati jomblo oleh barista nya ini.

" Iyain aja dah, suka-suka lo. " Edgar pun hanya mengiyakan saja ucapan bos nya itu.

Kini mereka berdua kembali fokus membuat minuman para pengunjung cafe ini. Hingga ada suatu yang membuat pandangan Wira tak teralihkan. Kali ini benar-benar membuat fokus Wira terpecah. Bahkan Wira seakan tak rela jika hal itu jauh dari pandangannya. Melihat gelagat aneh dari si bos, Edgar pun langsung menepuk keras bahu si bos nya itu.

" Lihat apa sih, wir?? " Tanya Edgar dengan pandangan meneliti.

" Kagak, salah lihat lo. " Lagi-lagi Wira menyangkal. Mendengar sangkalan dari Wira Edgar pun hanya mendengus saja.

Tidak Bersama ✔Where stories live. Discover now