P A R T - 25

1.3K 91 0
                                    


Ost Davichi - Falling in Love


" Terkadang ada hal yang perlu dibicarakan ulang, agar tak terjadi kesalahpahaman. "


Hubungan di antara Inggrid dan Garda semakin dekat dan intens. Perlahan di antara mereka mulai menerima nasib buruk yang pernah terjadi dengan lapang dada. Menerima nya dengan penuh keikhlasan tanpa ada amarah atau dendam. Baik Inggrid maupun Garda kini jauh lebih terbuka akan apa yang mereka rasakan. Tak menutup-nutupi perasaan yang membuat mereka risau.

Lalu tepat di hari ini, Inggrid memberanikan diri untuk bertemu ayah kandungnya. Butuh banyak usaha untuk Inggrid mampu bertatap muka dengan pria yang ternyata Ayah kandungnya. Karena selama ini kehidupan nya begitu dinamis, lalu kini harus berjalan tak sesuai jalur. Jelas saja Inggrid merasakan syok akan hal ini. Namun kini dia sudah sampai di tahap ini. Dia harus menyelesaikan semuanya, agar dia dapat hidup tenang.

Garda sendiri akan selalu ada untuk membantu Inggrid. Sama hal nya seperti hari ini. Garda ikut hadir dalam pertemuan antara Inggrid dengan Ayah-nya. Sebenarnya Garda tidak terlalu suka ikut campur dalam permasalahan orang lain, namun berbeda dengan yang satu ini. Garda tak bisa menutup mata dengan permasalahan yang sedang Inggrid hadapi, karena sejatinya Inggrid adalah orang yang sangat rapuh. Jadilah di sini Garda berada, di samping Inggrid yang sedang berhadapan dengan ayah kandungnya.

" Untuk apa anda meminta bertemu dengan saya. " Inggrid pun akhirnya memecahkan kesunyian di antara mereka. Namun bukan sapaan hangat yang Inggrid lontarkan, melainkan kalimat yang sangat sarkas.

" Ayah hanya ingin melihat bagaimana rupa putri Ayah. " Ucap pria tua itu dengan nada getir. Bahkan tatapan mata pria tua itu sangat lah sendu. Terlihat jelas raut wajah penuh penyesalan.

" Sebenarnya apa tujuan anda, saya tidak bisa berlama-lama di sini. " Jawaban yang Inggrid berikan itu  membuat pria tua itu tahu, jika putrinya tidak akan menerima kehadirannya.

" Nak, ayah hanya ingin melihat mu, itu saja tidak ada yang lain. Ternyata kau tumbuh dengan baik. " Pria tua ini merasa miris dengan diri-Nya, apakah dia pantas di sebut ayah. Dia sudah banyak melewatkan banyak hal tentang putrinya ini.

" Sekarang anda sudah melihat saya kan, dan ya saya tumbuh dengan baik. Yang pasti saya tidak pernah kekurangan dalam hal apa pun. " Kali ini perkataan jujur yang Inggrid lontar kan, membuat pria tua itu merasa sesak.

" Kalau begitu Ayah lega, maaf kan Ayah mu ini, Nak. Walaupun Ayah tau kesalahan Ayah tak pernah bisa termaafkan. Namun biarkan pria tua ini menebus dosanya. " Bahkan pria tua itu kini tak mampu menatap wajah Inggrid. Rasanya jantung Inggrid seperti di remas hingga membuat detak nya tak beraturan.

Inggrid sudah tak mampu lagi untuk sekedar bersuara. Kali ini perasaan benar-benar campur aduk, marah, kecewa, sedih menjadi satu. Bahkan genggaman tangan Garda pun tak bisa menghentikan perasaan gundah ini. Lalu Inggrid pun memilih untuk segera mengakhiri pertemuan ini. Inggrid butuh ketenangan agar mampu memahami apa yang terjadi saat ini. Dengan sigap Garda pun langsung mengajak Inggrid untuk berpamitan dan pergi dari tempat ini.

Pria tua itu tak menahan putrinya agar lebih lama bertahan di sini. Karena dia tahu jika Putri nya masih sulit untuk menerima kehadirannya. Membiarkan putrinya pergi dengan pemuda yang sedari tadi berada di samping Inggrid. Meninggal kan dirinya seorang diri di tempat ini. Tak masalah akan hal itu, karena baginya melihat Putri nya dari dekat saja itu sudah seperti keajaiban. Walaupun disambut dengan kata-kata sarkastik.

Rasanya sungguh menyesakkan bagi pria tua itu, bagaimana tidak jika putrinya saja menatap nya dengan penuh kebencian. Penyesalan itu selalu terjadi di akhir, sama dengan yang sedang dirasakan pria tua ini. Di tempat lain, Inggrid menangis dalam dekapan Garda. Inggrid tak pernah benar-benar membenci Ayah kandungnya. Namun entah kenapa mereka di pertemukan yang keluar dari mulut Inggrid hanya kalimat-kalimat kejam. Inggrid tak mengerti akan semua ini, rasa nya sungguh menyesakkan.

" Menangis lah, lepas kan semua beban itu, Ing. " Cara Garda menenangkan Inggrid adalah dengan membiarkan nya melepaskan semua unek-unek nya. Karena itu jauh lebih baik ketimbang gadis di dalam dekapan nya ini memendam nya sorang diri.

" Aku jahat Mas, harus nya aku gak ngomong kayak gitu ke ayah. Harus nya aku gak kayak gini. Harus nya aku... " Dalam isak tangis nya Inggrid meluapkan semua emosi yang sedang dirasakan nya.

" Ing, dengarkan saya, terlepas dari pertemuan tadi. Kamu udah hebat mau menemui Ayah mu, walaupun tau itu adalah hal yang berat buat kamu tapi kamu mampu melakukan hal itu. " Kalimat penghiburan dari Garda itu mampu membuat isak tangis Inggrid perlahan berhenti.

" Aku gak tau lagi kalau gak ada kamu, mungkin aku akan tetap menjadi pengecut. " Dengan suara pelan Inggrid melontarkan kalimat itu.

" Itu bukan karena saya, Ing, tapi karena dirimu sendiri. Kamu sudah berani mengambil langkah maju walaupun lintasan nya terjal. Tapi kamu tetap maju, hingga mencapai pada fase ini. " Garda menolak argumentasi yang Inggrid berikan. Karena nyatanya Garda maupun Inggrid mengambil lintasan berbeda dari sebelumnya karena ingin merubah keadaan.

Inggrid pun hanya mengangguk membenarkan kalimat dari Garda barusan. Saat ini dia sudah ada  di titik ini, sebisa mungkin dirinya tak menyerah pada keadaan. Apalagi dengan hadirnya Garda yang sudah seperti obat penyembuh luka. Namun bukan hanya Inggrid saja yang menganggap Garda sebagai obat penyembuh luka, Garda pun juga beranggapan sama. Nyatanya mereka berdua adalah orang yang sama-sama memiliki luka yang saling membantu menyembuhkan satu sama  lain.

~~~

Sepandai-pandai nya Deana menutupi kejahatannya, pasti akan terbongkar juga. Skema jahat yanng sudah dirancangnya dengan ibu mertuanya itu kini terendus Reiner. Bukan hanya terendus, namun kini terbongkar sudah rencana busuk yang pernah dirinya buat. Semuanya kini sudah terlambat untuk sekedar di perbaiki. Reiner marah besar atas perbuatan yang dilakukan oleh wanita yang menjadi istrinya ini. Sungguh tak menyangka di balik kehancuran hidupnya adalah campur tangan dari dua wanita ini. Sialan lagi-lagi Reiner menyesal dengan apa yang di pilih.

" Mas, aku bisa jelasin semuanya." tahan Deana ketika Reiner akan pergi meninggalkan rumah. 

" Apa yang mau kamu jelasin, mau jelasin tentang kamu yang merancanakan semua ini dengan Mami, atau kamu mau jelasin tentang foto yang kamu kirim ke Inggrid. JANGAN DIAM SAJA, BRENGSEK!!!" kemarahan Reiner sudah sampai di puncaknya. Bagaimana Reiner tidak marah atas tindakan jahat yang dilakukan istri dan ibunya.

" Aku minta maaf, Mas. Aku gak maksud buat ngehancurin hubungan kamu sama Inggrid. Aku ngelakuin semua ini, karena aku cinta sama Mas." dengan isak tangis Deana mencoba menjawab amukan Reiner dengan sejelas mungkin.

" PERSETAN SAMA PERASAAN LO ITU, KARENA LO EMANG WANITA GAK TAU DIRI." teriak Reiner tepat di depan muka Deana. Jelas saja wanita itu terkejut dengan teriakan yang serupa bentakan itu.

" Semua ini aku lakuin karena aku gak mau kehilangan mas, itu aja. Aku gak pernah berniat untuk nyakiti Inggrid." Deana masih kukuh pada pendiriannya, walau pun sudah mendapatkan bentakan dari Reiner.

Reiner tak menggubris ucapan yang keluar dari mulut Deana, karena ucapan yang dikeluarkannya adalah bualan. Dia sudah begitu muak mendengarkan omong kosong ini. Dengan sekali sentakan Reiner melepaskan tangan Deana yang sedari tadi mencoba menahannya agar tidak pergi. Tapi kekuatan Deana tak sebanding dengan Reiner yang membuat Wanita itu tak mampu menahan Reiner agar tidak pergi. Kini semuanya sudah berakhir, kehidupan bahagianya sudah berakhir sekarang. Bahkan Reiner pergi tanpa menoleh sekalipun ke arah Deana. Sedangkan Deana sendiri menangis tergugu menatap bayangan punggung suaminya yang kian menjauh.

Tidak Bersama ✔Where stories live. Discover now