P A R T - 21

1.4K 92 4
                                    


Ost VERYVERY - My Beauty


" Beberapa orang takut terlalu bahagia, karena mereka percaya hal-hal tragis akan terjadi setelahnya. "

Seperti janjinya pada Inggrid, pagi ini Garda sudah bersiap untuk menjemput Inggrid. Meliburkan diri sejenak dari padatnya aktivitas harian mereka. Tujuan utama mereka adalah Taman Safari sama seperti yang Inggrid minta. Sudah lama Garda tidak menyenangkan dirinya sendiri. Kali ini bukan hanya kesenangannya saja, tapi kesenangan Inggrid juga termasuk dalam skala prioritas nya.

Bersama Inggrid, Garda lebih mengedepankan perasaannya. Jika selama ini dirinya selalu menutup diri, berbeda setelah mengenal Inggrid. Garda lebih banyak bersuara di banding kan dengan memendam perasaannya. Kadang memang akan terasa canggung di awal, namun lama kelamaan Garda sudah terbiasa akan hal itu. Toh yang Garda sampaikan tidak akan melukai perasaan orang lain.

Sambil menunggu Inggrid bersiap, Garda terlibat perbincangan singkat dengan Gilang yang selalu abang dari Inggrid. Sama seperti kebanyakan kakak laki-laki, Gilang juga bertindak kalau berurusan dengan pria yang dekat dengan adiknya. Di beberapa kesempatan, Inggrid bercerita tentang Abang nya. Tentang kejahilan yang dilakukan nya, sampai cara menghibur Inggrid. Kedekatan Inggrid dengan Abang nya itu, kadang membuat Garda sedikit merasa iri. Bagaimana Garda merasa tidak iri, jika hubungan persaudaraan di antara mereka sangat lah harmonis, jauh berbanding terbalik dengan dirinya.

Tapi perasaan iri itu lenyap ketika melihat tawa Inggrid yang begitu lepas ketika sedang bercengkrama dengan keluarga nya. Ya memang benar apa pun yang berhubungan dengan Inggrid itu selalu menjadi hal yang utama bagi Garda. Bagaimana tidak demikian, Garda saja menjadikan Inggrid sebagai porosnya. Memang masih terlalu awal untuk Garda memasukkan Inggrid ke dalam dunia nya, tapi tidak ada salahnya jika Garda mencobanya. Mulai dari meminta restu dari kakak lelakinya.

" Gue gak nyangka kalau yang lagi deket sama Inggrid ternyata lo, Gar. " Gilang berseru keterangan di hadapan Garda yang kini duduk tenang di kursi teras rumah ini.

" Jadi kalau yang deket sama Inggrid gue, dikasih restu gak nih?? " Pertanyaan tak terduga yang diajukan Garda sungguh membuat Gilang tersedak kopi yang kini sedang diminum nya.

" Lo emang paling bisa bikin orang kena sedang jantung kok, jangan ngada-ngada lo jadi orang. " Gilang kini mulai tersungut-sungut pada Garda. Mana bisa kayak gitu, ngajak perang terbuka namanya.

" Kalau semua yang gue omongin ini serius lo bisa apa, Gil, masih mau nolak?? " Todong Garda pada Gilang yang kini menatapnya dengan tajam. Bukannya merasa takut, Garda malah merasa itu sangat lucu, karena Gilang sama sekali tidak menyeramkan.

" Gar, lo kan udah tau kan kisah Inggrid sebelumnya, dari situ gue belajar gak mau ngambil keputusan terburu-buru kayak dulu. Cukup sekali gue ngeliat Inggrid terburuk kayak gitu gak untuk diulang lagi. Dan ketika lo datang dengan keyakinan lo itu bikin gue was-was, gue takut ngambil langkah yang salah lagi untuk kedua kalinya. " Sebagai kakak laki-laki yang baik Gilang terlebih dahulu memperingatkan pria yang akan dekat dengan adiknya. Karena bukan hanya adiknya saja yang harus selektif, tapi dirinya juga harus ikut andil di dalamnya.

" Gue tau tentang semua kekhawatiran yang ada pada diri lo, Gil, tapi lo gak boleh nutup semua akses. Beri gue kesempatan buat ngebuktiin kalau gue pantas buat Inggrid. Gue tau kok, gue bukan laki-laki yang sempurna. Tapi gue bisa buktiin kalo gue pantes buat bersanding dengan Inggrid. Tau kok resikonya emang gak mudah, tapi beri gue waktu buat ngebuktiin omongan gue ini. " Ucapan Garda dengan penuh keyakinan. Hal itu pun sedikit menyentil lubuk hati Gilang.

" Lo emang beda ya, Gar, kalau orang lain gue giniin pasti bakal mundur langsung. Tapi lo malah ngeyakinin gue buat percaya. Gue hargain usaha lo itu, tapi jangan sekali-kali buat Inggrid terluka. Kalau hal itu sampai kejadian, urusan lo bukan lagi sama Inggrid tapi sama gue. " Dengan gak langsung Gilang sudah memberikan ijin untuk Garda menjalin hubungan dengan Inggrid.

" Thanks lo udah mau beri gue kesempatan, gue pasti bakal buktiin omongan gue. " Garda benar-benar bahagia, selangkah lagi dia akan mencapai kebahagiaan nya.

" Gue pegang janji lo itu. " Ucap Gilang sambil menepuk pundak Garda, tidak terlalu keras tapi cukup membuat Garda meringis.

Obrolan kedua pria dewasa itu terhenti ketika Inggrid berjalan menghampiri mereka. Gilang bisa melihat wajah Inggrid yang berseri-seri itu. Sudah lama hal itu hilang dari Inggrid. Kini Gilang memberikan Garda kesempatan untuk membahagiakan adiknya. Dirinya memang tak perlu ikut campur terlalu banyak dalam hubungan yang Inggrid jalani. Tapi cukup mengawasi mereka bagaimana kedepannya, jika dia rasa tidak lagi memungkinkan Gilang akan mengambil tindakan.

" Bang, gue sama Mas Garda berangkat dulu. " Pamit Inggrid pada Gilang, tak lupa dia juga menyalimi tangan abangnya.

" Ya hati-hati di jalan, jangan bikin ulah lo, Ing, bisa kaget nanti Garda. " Gilang bukan hanya mengingat kan Inggrid tentang keselamatan saja, tapi Gilang tak lupa mengingatkan Inggrid agar tak membuat ulah.

" Dih dikira gue anak kecil apa. " Balas Inggrid tak terima.

" Dah sana, katanya mau berangkat. " Usir Gilang pada adiknya, kalau tidak begitu bisa terus mengoceh itu Inggrid.

Dengan cekatan Garda pun memberikan helm yang sudah sering Inggrid gunakan. Tidak hanya itu, Garda juga membantu Inggrid menaiki motor besarnya seperti biasanya. Hal itu juga tidak luput dari penglihatan Gilang. Rasanya Gilang cukup lega membiarkan Inggrid pergi dengan orang yang perhatian seperti Garda. Jarang sekali Gilang melihat pria modelan Garda ini, sungguh sangat langka. Dan Inggrid cukup beruntung bisa bertemu dengan yang seperti itu. Semoga saja ini adalah jawaban nya.

~~~

Memang wanita hamil dengan ngidamnya itu cukup merepotkan. Sama halnya dengan yang dialami Reiner saat ini. Sudah cukup lelah dengan beban pekerjaan yang makin lama makin menumpuk. Kini harus bertambah lagi dengan ngidamnya sang istri. Memang hal itu tugas yang harus Reiner emban, tapi setidaknya Deana harus mengerti juga dengan kondisi Reiner. Bukan tidak mau menuruti apa mau sang istri, tapi wanita itu malah bertingkah semakin seenak nya saja.

Bukan cuma lelah fisik, Reiner juga lelah mental. Tekanan dari berbagai pihak itu benar-benar membuat nya frustasi. Jangankan dukungan, kata-kata motivasi saja mana pernah Reiner dapat kan dari orang yang dia sebut keluarga. Bahkan istri yang seharusnya mendukungnya pun ikut membuat nya tertekan. Beban pikiran Reiner semakin bertambah. Andai saja dia memilih mempertahankan Inggrid, mungkin cerita nya tidak akan demikian.

Penyesalan itu selalu ada di belakang memang. Berandai-andai pun dirinya sudah tidak pantas. Inggrid harus mendapatkan orang yang jauh lebih baik ketimbang dirinya. Reiner cukup tau diri dengan tidak mengusik kehidupan Inggrid. Toh dirinya juga yang sudah memilih melepaskan nya, lalu untuk apa Reiner mengusiknya. Yang perlu Reiner urus sekarang adalah caranya memperbaiki hubungan nya dengan sang istri. Tidak lah mungkin mereka terus berseteru di hadapan anak mereka nanti. Karena hal itu bukanlah hal baik untuk masa depan anaknya. Cukup dirinya saja yang menjadi korban dari keegoisan orang tuanya, jangan sampai anaknya merasakan hal yang sama.

" Dea, saya tau ini sudah sangat terlambat, tapi ijinkan saya untuk memperbaiki semuanya. " Pintar Reiner pada istrinya yang sedang ada di hadapan nya ini.

Mendengar apa yang Reiner ucapkan, Deana benar-benar merasa terkejut. Dengan wajah tercengang nya itu Deana pun mengangguk sebagai jawabannya. Melihat Deana yang memberikan nya ijin itu membuat Reiner bernafas lega. Dengan gerakan spontan, Reiner pun membawa Deana ke dalam pelukan nya. Sedangkan Deana pun langsung membalas pelukan suaminya itu dengan erat seakan takut Reiner melepaskan pelukan nya itu.

Tidak Bersama ✔Where stories live. Discover now