Bab 39 : Semesta keikhlasan

21.8K 2.8K 1.1K
                                    

Sang pemilik takdir tak akan meleset dalam memilih tokoh untuk skenario-Nya. Sang pencipta alam semesta tak akan salah dalam memilih pemeran terbaik.

*MUTIARA DALAM CANGKANG*

***

Di depan ruangan Dokter Natasya, di tengah ramainya orang-orang berlalu lalang, sepasang kekasih halal itu duduk di ruang tunggu aula rawat jalan. Hari ini jadwal Kayla memeriksakan rahimnya, sekaligus menanyakan kapan operasi pengangkatan rahim itu bisa dilaksanakan. 

Keduanya banyak terdiam sejak datang ke tempat itu. Bukan Amir tidak ingin berbicara, lelaki pemilik mata elang itu hanya ingin memahami perasaan istrinya saat ini. Sudah berkali-kali dirinya tadi menanyakan sesuatu untuk Kayla, dari menanyakan keadaan sampai menawari ingin liburan ke mana untuk menghiburnya. 

Namun respon singkat istrinya sudah membuat Amir paham apa yang wanita itu rasakan saat ini, di tempat ini. 

Manik mata perempuan itu tak lepas dari pintu ruangan dengan nama "POLI KANDUNGAN" di sana. Kemungkinan beberapa menit lagi perawat keluar untuk memanggil namanya. Bayang-bayang ingatan tiga bulan yang lalu berputar di benaknya. Kala itu dirinya duduk di ruang tunggu bersama suaminya dengan perasaan bahagia, menyaksikan usapan lembut sang suami di perutnya yang berisi malaikat kecil mereka. 

Kini itu semua sudah berlalu, dan hanya akan menjadi kenangan saja. 

Pada kenyataannya keduanya justru dihadapkan pada suasana menyakitkan di tempat yang sama. 

Mereka sudah bukanlah lagi sepasang suami istri yang menunggu panggilan dari ruangan, kemudian tampak gembira saat menyaksikan janin kecil mereka bergerak di layar monitor. 

Sudah bukanlah lagi. 

Kini sepasang suami istri itu hadir di tempat yang sama, duduk di tempat yang sama, dengan keadaan yang berbeda. Bukanlah lagi memeriksakan bayi dalam kandungan istrinya, melainkan memeriksakan rahim untuk diangkat secepatnya. 

Kayla terkesiap saat sentuhan tangan Amir mendarat di tangan kirinya, meraih lembut tangan mulus itu untuk memberikan ketenangan. 

"Kay." Panggilan itu menelusup indera pendengaran Kayla begitu pelan. 

Kayla mengangguk menanggapi, "Iya, Mas Amir." 

"Ada yang sakit?"

Kayla tersenyum tipis, mulai menyadari sorot khawatir dari wajah suaminya, "Jangan khawatir, Mas. Aku nggak papa."

Keheningan lagi-lagi dapat mereka rasakan untuk yang kesekian kalinya. Tidak ada topik pembicaraan ataupun selainnya. Kayla melepas pelan tangannya dari genggaman Amir. 

Suara tawa renyah seorang perempuan yang duduk di kursi tak jauh dari keberadaannya, membuat Kayla terpancing menoleh. Sorotan matanya melesat pada perut membuncit di sana. Dapat ia saksikan bagaimana sang suami dari perempuan itu tiada henti mengusap perut berisi buah hati mereka dengan senyuman kebahagiaan. 

"Bentar lagi mampir ke Indomaret, ya? Anak kita pengen es krim nih." Sang istri mengelus-elus perutnya begitu manja di depan suaminya. 

"Siap, sayangku!" 

Rasa sesak di dada Kayla membuncah, rasanya seperti tergores kaca hingga dalam. Buliran air yang sedari tadi ia tahan kini membendung di kelopak matanya. 

Mengerti apa yang sedang dijadikan pusat perhatian oleh Kayla, Amir menarik lengan perempuan itu 'tuk menghadapnya. Hanya dalam waktu hitungan dua detik, tangan Amir bergerak kembali menarik tubuh Kayla ke dalam pelukannya. 

Mutiara Dalam CangkangWhere stories live. Discover now