Bab 25 : Anugerah terindah

31.4K 2.8K 872
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Haiii mana suaranya yg seneng bgt MDC update? 🙌

Kalian baca jam berapa ini? 

Sudah siap bertemu pasutri gemezzz? 🥰

Jangan lupa vote dan perbanyak komentar yaa, untuk part ini targetnya naik. Vote 1,3k dan komennya 700+ 

*HAPPY READING*

***


Allah tahu dengan cara apa untuk membahagiakan hamba-Nya, sesungguhnya dia-Lah satu-satunya dzat perencana terbaik, dzat pemilik takdir terindah. 

***

"Aakh! Romantis bangeeeet, pengen saya banting nih ponsel!"

Pergerakan tanganku menata tumpukan kartu berisi daftar kue berhenti begitu saja saat suara lengkingan Anisa terdengar, dirinya jingkrak-jingkrak heboh sambil menatap layar ponselku. Lantas aku bergegas lari untuk merampas benda pipih itu darinya, sudah bisa dipastikan dia tengah melihat foto-fotoku dengan Mas Amir. 

"Ih, jangan diliat Anisa! Aku maluuu! Sini ponselnya." Aku merebut benda itu darinya. 

Gadis berhijab segitiga itu justru memejamkan mata sembari memegangi dadanya, tak lupa dengan senyum-senyum tiada henti, "Sumpah, hatiku kejedar-kejedur, kejedar, kejedurr! AAAKH BAPEEER!" Lalu tangannya menggoyangkan kedua pundakku dengan tingkah hebohnya.  

Dahiku mengernyit heran, lalu jeda beberapa detik kubisikkan sesuatu di telinganya, "Obatnya nikah." 

"Hadeeh! Mau sih mau, masalahnya kenapa sampai detik ini nggak ada tanda-tanda cowok yang mau ngedeketin. Kesel banget ngerasain drama kehidupan!"

"Nggak boleh pesimis, In Syaa Allah dalam waktu dekat jodohmu datang." Detik selanjutnya aku memiringkan kepala hanya untuk mengedipkan mata penuh goda, "Sama Narendra, mau?" 

Terlihat jelas dirinya salah tingkah, "Ih, apasih Kay! Nggak, aku nggak mau!"

"Bilang nggak mau tapi senyum-senyum. Ciee ketauan cieee," godaku mencubit-cubit lengannya. 

"APAAN SIH, KAY! MALES AH!" Anisa memekik sekaligus menggerakkan tubuhnya geli, membuatku tertawa dibuatnya.

"Kay!" Zahra tampak berjalan cepat menghampiriku. 

"Kenapa, Ra?"

"Ada orang yang mau melamar pekerjaan disini." 

Hari ini aku menyibukan diri di Toko Bakery Mutiara yang baru saja opening. Tepatnya setelah kepulanganku dari Turki. Sungguh, momen liburan kemarin adalah liburan terindah di hidupku, betapa dimanjanya aku oleh pangeran tampan itu, betapa diratukannya aku seperti permaisuri yang penuh kebahagiaan. 

Sebelum liburan, Mas Amir sudah memberikan target waktu hanya sampai dua minggu. Dan saat aku dirawat di rumah sakit kemarin itu, aku sudah cemas, merasa masa sakitku akan menyita waktu liburan kami. Namun dugaanku salah, Mas Amir memperpanjang waktu liburan sampai seminggu lagi dengan alasan ingin memuaskan kebahagiaanku di negara itu. 

Kata terima kasih mungkin tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan-kebaikannya, bahkan aku bisa berdiri di tempat ini, mengelola bisnis impianku ini, semuanya bisa terwujud berkat Allah melalui perantaranya. 

Mutiara Dalam CangkangWhere stories live. Discover now