Bab 2 : Pertemuan kedua

48.4K 4K 292
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Budayakan vote sebelum membaca yaa, perbanyak komentar untuk mengapresiasi penulis 🥰

*Happy reading*

***


Kisahku mulai muncul tokoh baru, halaman baru, dan komplikasi baru. 

~Kayla Nisrina Humaira

***


TUAN AMIR? Jadi Om Hilman sudah mengenalnya? Eits! Kenapa tuan? Sungguh aku tidak mengerti. Aku kira dia adalah orang yang mau berobat, udah su'udzan, salah paham lagi. Kenapa sih dari tadi aku malu terus, sepertinya aku harus memperingati bahwa tanggal ini adalah peringatan hari malu nasional!

Om Hilman berjalan menghampirinya, bersalaman hingga memeluk pria itu sembari tertawa riang.

"Hilangkan kata tuan, dokter Hilman. Kedudukanmu bagiku jauh lebih tinggi," ucapnya sembari membalas pelukan Om Hilman, sepertinya mereka ini ada hubungan khusus.

"Kedudukanmu yang jauh lebih tinggi dariku," jawab Om Hilman menepuk-nepuk punggung pria tampan itu.

"Aku lebih senang jika Dokter Hilman memperlakukanku seperti putramu."

"Baiklah. Kau apa kabar Amir?"

"Alhamdulillah baik. Dokter Hilman bagaimana?

"Alhamdulillah baik juga."

Aku hanya bisa memalingkan wajah sambil menatap keramik dibawah. Malu lagi, malu lagi.

"Kalian udah saling kenal, ya?" celetuk Om Hilman tiba-tiba.

Aku terperanjat saat Om Hilman bertanya pada kami berdua. Dengan berbarengan aku menggeleng sedangkan pria itu justru menganggukkan kepalanya. 

"Jadi yang benar mana?" tanya Om Hilman keheranan.

"Bukan kenal, tapi sempat bertemu tadi," sahut pria itu.

"Ooh ... apa jangan-jangan ini yang kamu ceritakan tadi, Kay?"

Aakhh jangan bilang Om! Please. 

"Yang salah masuk mobil, iya?"

Ih, kesel! Ya Allah. 

Aku melirik keberadaan itu yang katanya bernama Amir. Dia kini tersenyum tipis lagi seolah meledekku. Salah masuk mobil, salah dikira pasien yang berobat. Oke, baiklah, Kayla. Hari ini kamu harus full senyum. 

Sambil menunggu Om Hilman dan makhluk itu berbincang-bincang di dalam, aku memilih bersandar di kursi tunggu yang ditemani suara tadarus Alquran dari musholla sebelah. Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu, bulan yang penuh keberkahan di dalamnya, suasana menyenangkan dari sahur, tarawih, buka puasa hingga tadarus Al-Qur'an.

Aku juga merindukan masa Ramadhan bersama Ummi, Bang Rafa dan juga Kak Amanda, istri Bang Rafa yang baru saja dikabarkan hamil. Tidak sabar rasanya aku menoel-noel pipinya. 

Selang beberapa menit pandanganku beralih pada sesorang yang baru saja keluar ruangan. Seseorang berperawakan tinggi, berbadan tegap, dengan pakaian begitu rapi. Mulai menyadari dia melewatiku, sontak aku memalingkan muka ke lain arah berpura-pura tidak mengerti.  

Mutiara Dalam CangkangWhere stories live. Discover now