Bab 4 : Hadirnya benih rasa

35.9K 3.5K 268
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Budayakan vote sebelum membaca ya, dan perbanyak komentar untuk mengapresiasi penulis 🥰

*Happy reading*

***



Bukan rupa menawannya yang menjadi alasan dari ketertarikanku, bukan pula cara bicaranya yang mengundang perasaan kagum. Tetapi pertemuan antara aku dan dia yang sedikit demi sedikit mulai bertahta dalam qalbu.

***

"KAYLA!"

Sudah berapa kali gadis berjilbab kuning langsat itu berteriak heboh dikarenakan melihat video romantis sepasang kekasih di ponselnya. Setiap kali aku menatapnya seketika ia langsung tersenyum cengengesan karena merasa bersalah telah teriak-teriak seperti tadi, untung saja keadaan apotek masih sepi. Dan semoga saja gadis ini cepat menikah.

Aku menutup kedua telinga, "Udah tiga kali lho ya kamu teriak-teriak."

Namanya Shofia, seorang karyawan di apotek milik Om Hilman yang dekat dengan klinik. Keberadaanku disini menggantikan posisi Fitri yang bertugas di kasir karena dia tidak bisa bekerja dua hari ke depan, oleh karena itu Om Hilman menyuruhku untuk menggantikan posisinya sekarang.

Dia terkekeh, "Iya, iya maaf ...." ucapnya, "Jomblo mah bisa apa. Nggak ngotak banget sih nih video, romantis banget tau nggak."

"Udah nikah apa belum itu ceritanya?" tanyaku sembari melirik ke ponselnya.

"Belum Kay, ini tuh masih pacaran. Dan tau nggak, pacarannya ini udah sepuluh tahun lebih. Gilaaa langgeng banget," balas Shofia seperti takjub.

Aku menghembuskan napas dengan pelan, "Belum halal kok udah dipengenin. Romantis apanya kalo yang dijalanin itu semuanya maksiat," tukasku yang membuat Shofia mengerutkan keningnya, "Pegang-pegangan tangan, peluk-pelukan terus sampai cium-cium segala, gitu kan?"

Shofia mengangguk, "Ya, yang namanya pacaran itu ya gitu."

"Terus apa bedanya sama zina coba?" tanyaku yang seketika Shofia tampak menatap lebih serius, "Di dalam agama kita, Allah memberikan larangan tentang jangan mendekati zina. Mendekati aja nggak boleh apalagi udah terjerumus. Dan pacaran itu hukumnya haram, kalo mau halal dan berpahala ya nikah."

Shofia masih terdiam terlihat serius mendengarkan perkataanku.

"Allah memberikan syariat sebab untuk kebaikan manusia sendiri. Coba ya kalo dipikir-pikir, misal ada orang yang berpacaran, mungkin awalnya cuma pegang-pegangan tangan aja, atau mungkin masih peluk-pelukan. Tapi yang namanya godaan syaitan itu memang ada, syaitan itu licik. Dia ingin membuat manusia terjerumus dalam tipu dayanya hingga sampai melakukan hal yang sangat dibenci oleh Allah."

"Terjadilah hubungan diluar nikah, terus bahagiakah? Yang ada hanyalah cemoohan semua orang, kehormatannya telah dirampas oleh laki-laki yang bukan halalnya. Masih mending jika laki-lakinya tanggung jawab, tapi kalau justru kabur? Siapa yang mau menikah dengannya? Hidupnya sudah hancur dikarenakan dirinya sendiri. Dosa kepada Allah dan hina di mata manusia. Maka dari itu kenapa Allah melarang kita pacaran? Karena Allah sebenarnya ingin melindungi kita dari hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi."

"Iya sih Kay ... Gue jadi merinding sendiri nih," jawab Shofia dengan sendu.

Aku sedikit terkekeh melihat wajahnya yang berubah menjadi seperti itu tetapi aku juga senang karena dirinya terlihat mengerti apa yang sudah aku jelaskan tadi. Terkadang seseorang memang meremehkan sesuatu yang besar, contohnya berniat pacaran tapi tanpa bersentuhan atau mungkin berpacaran dengan jarak jauh padahal kebanyakan itu hanya angan-angan karena yang ada mereka lupa akan larangan agama.

Mutiara Dalam CangkangOn viuen les histories. Descobreix ara