Bab 37 : Aku, kesabaran dan sang illahi

24.5K 2.8K 1.3K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Se-kuat apapun pasti merasakan lemah, se-tinggi apapun pasti merasakan jatuh, se-bahagia apapun pasti merasakan sedih. Hidup memang seperti itu, semua akan mendapatkan porsinya masing-masing. 

*MUTIARA DALAM CANGKANG*

***

"Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا ۖ مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ "Dan Kami pecahkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)."[Al-A'raaf/7:168]"

Di aula pondokan pesantren ini aku duduk mendengar tausiyah dari Ustadzah Arifah yang tiada hentinya membuat air mata terasa perih, tak sanggup menahan ribuan bulir bening yang masih mengumpul di telaga mata. Aku menunduk mencoba kuat menghadapi ujian hidupku.

"Ketika Allah terlanjur mencintai hamba-Nya, Dia akan membuat hamba itu semakin mendekat dengan ketaqwaan, mengangkat derajat hamba yang dicintai-Nya dengan apa itu? Dengan sebuah ujian. Ujian adalah bukti keimanan sesungguhnya seorang mukmin. Banyak manusia yang membanggakan diri tentang kesholehannya, mengatakan bahwa dirinya sosok manusia yang sempurna imannya, padahal ketika Allah memberikan satu ujian saja... Langsung mengeluh tiada henti, memaksa Allah untuk cepat menghentikan masalahnya." 

Aku tidak mengerti di detik mana hatiku luruh, pada kalimat mana yang membuat perasaanku benar-benar tidak sanggup. Tiba-tiba saja satu tetes air mata terjatuh dari pelupuk mata, kuusap dengan cepat sebelum ada orang lain yang mengetahui.

"Ribuan bahkan milyaran manusia, dari nabi Adam manusia pertama sampai pada manusia terakhir nanti di hari akhir, semuanya mendapatkan jatah ujiannya masing-masing. Karena pada dasarnya kita diciptakan di dunia ini bukan untuk senang-senang, bukan untuk foya-foya kesana kemari sampai lupa apa sebenarnya tujuan hidup itu. Tujuan kita hidup itu adalah beribadah kepada... Allah. Dalam surat Az- Zariyat ayat 56 yang berbunyi, "وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ"
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Lalu apakah yang dimaksud beribadah itu hanya menjalankan seluruh perintah Allah saja dari sholat, puasa, zakat dan lain-lain? Sedangkan cobaan untuk mengetes keimanan manusia tidak ada? Apakah begitu?"

Banyaknya para ibu-ibu yang mengikuti pengajian di aula ini seketika menjawab 'Tidak'. Aku duduk bersebelahan dengan Shofia, dia yang sengaja mengajakku. Mungkin dia ingin membuat hatiku tenang, beberapa kali dia menatapku sekilas seolah prihatin. 

"Jawabannya tentu saja tidak. Banyak orang yang Alim, Sholeh atau Sholehah, semua hal yang berbau ibadah dijalani, dari sholat sunnah, sedekah, puasa dan lain-lain. Tapi dia belum tentu imannya kuat, belum tentu ketika dia diberikan sebuah ujian dia menerima, belum tentu dia ridho dengan ketentuan Allah. Maka dari itu Allah ingin mengetahui seberapa kuat keimanan para hamba-Nya melalui sebuah ujian, Allah ingin tahu dimana letak kesanggupan hamba-Nya. Dia akan menghadapi atau justru mengeluh."

Rasanya tertampar, sangat tertampar. Aku adalah manusia yang dengan gampangnya mengeluh tanpa mau mengerti apa rencana baik Allah terhadap takdirku. 

Mutiara Dalam CangkangWhere stories live. Discover now