Bab 23 : Welcome Turkey

34.4K 3.1K 1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Please, jangan siders ya teman-teman. Vote dan komentar kalian tuh cahaya bagi penulis. Itu bikin penulis makin bersemangat. Aku benar-benar mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian semua yang selalu mendukungku lewat vote dan komentar🤍

Sayang kaliaaan🤍

***

Janji qabulnya menggetarkan jiwa, suara lantunannya menjadikan sekujur tubuhku merinding terharu. Aku mencintai pria bermata elang itu, sangat mencintainya.

***

Aku berputar-putar di depan kaca rias seusai berdandan cantik, sesekali melihat dua koper milik kami yang akan menjadi teman liburan di Turki. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, bahagia rasanya. Pergerakan tanganku yang tengah merapikan jilbab langsung berhenti seketika, justru terpukau akan ketampanan pria yang juga ikut berdiri di sebelahku sembari menggulung lengan kemeja hitamnya. Apalagi bau parfumnya, astaga! 

"Nggak pakai jaket?" tanyanya membuatku terhenyak

Aku menggeleng, "Nggak mau pakai jaket, nggak enak soalnya."

"Jangan nurutin enak nggak enak. Di jet nanti dingin, ayo pakai sekarang!" titahnya.

"Udah aku masukin ke koper semuanya, males ngambilnya. Nanti aja kalo udah sampai."

"Biar aku yang cari." Aku langsung bergegas lari menarik koper biru yang sudah dibuka olehnya. Segitu perhatiannya pria ini sampai memaksa untuk mencarikan jaket agar aku tidak kedinginan nantinya. 

"Iya, iya, suamiku yang ganteng. Aku cari jaketnya kok."

"Bawa jaket berapa?"

"Satu," jawabku sambil menarik jaket berwarna cream dari koper.

"Satu?" Mas Amir sontak menautkan kedua alisnya.

Aku mengangguk, "He'em."

"Tadi bilang semua sekarang satu. Gimana maksudnya?" Ah, iya. Aku benar-benar tidak pandai berbohong. "Jangan samakan cuaca Indonesia dengan Turki, Kayla. Mana jaket yang aku belikan waktu itu?"

Aku memakai jaket di depannya, "Masih di lemari."

Tatapan sengit langsung tercetak di wajah Mas Amir hingga membuatku tertawa kecil. Gimana dong ... tubuhku kayak gorila kalau pakai jaket itu. Kan, malu. 

"Masukkan ke koper sekarang!" perintahnya justru membuatku merengek tidak mau.

"Aku kalau pakai itu badanku kayak gorila tau Mas ...." Aku mengerucutkan bibir.

"Harus jadi gorila biar tidak sakit." Dirinya berjalan menuju lemari disana, mencari jaket gorila itu sebelum akhirnya diserahkan padaku. Tuh, kan. Masih kayak gorila.

"Mas?"

"Hm?"

"Nggak papa."

"Ya sudah," jawabnya datar.

"Mas?" Panggilku lagi.

"Kenapa?"

"Nggak papa." 

Dia menggelengkan kepala pelan dan aku pun terkikik. Siapa juga yang nggak gemes liat suami overprotektif kayak gini? Kan, aku jadi tambah cinta.

Mutiara Dalam CangkangDonde viven las historias. Descúbrelo ahora