Bab 26 : Ketetapan-Nya

28.9K 2.7K 1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamualaikum para pembacaku, cungg yang seneng banget hari ini update 😍

Terima kasih banyak buat kalian semua yang selalu meramaikan cerita iniiii, yang selalu komen banyak-banyak, rajin kasih vote, share serta rekomendasiin ke temen-temen atau kenalan-kenalan kalian yang suka baca Wattpad ❤❤❤

Vote 1,50k dan komen 800+ gas update

*HAPPY READING*

***


Ujian ataupun anugerah adalah ketetapan-Nya. Sang pemilik takdir mencintai para hamba yang ikhlas ketika musibah datang, bersyukur ketika anugerah diberikan. 

***


Empat bulan kemudian..

Waktu demi waktu terus berjalan hingga tak terasa kini usia kandunganku sudah menginjak empat bulan. Masa-masa awal atau trimester pertama adalah masa-masa terberat dari kehamilanku ini, aku sering mual dan pusing, semua makanan yang masuk ke dalam mulutku berakhir keluar lagi. Mulai mengingat pula bagaimana khawatirnya suamiku saat itu, sampai rela berhari-hari meninggalkan pekerjaanya hanya untuk menjagaku yang sering sakit. 

Mustahil sehari saja aku tidak minum susu hamil beserta vitamin yang harus aku konsumsi setiap harinya, sebab lelaki itu tidak akan membiarkanku minum tanpa di depannya. 

Setiap kali aku mengeluh sakit, begitu sigap dirinya menelpon dokter kandungan kepercayaannya, mengelus perut buncitku serta mengajak bicara bayi dalam kandunganku agar tidak nakal katanya. Gemes banget!

Setiap malam sudah menjadi rutinitasnya, selalu mencium kening dan perutku, bahkan melatunkan ayat-ayat Al-Quran agar aku mudah tidur. 

Apalagi Mama, dia benar-benar membuatku layaknya ratu di rumah ini. Apapun yang aku inginkan harus terturuti, melarangku beraktivitas apapun juga meskipun hanya pekerjaan ringan. Bahkan dia memanggil Dokter kandungan secara rutin setiap bulan untuk memeriksa kandunganku. Wanita yang sedang mengandung layaknya emas di keluarga ini. 

"Nggak mau! Aku maunya mangga dari pohon tetangga sebelah! Harus Mas Amir yang manjat terus petik tuh buah!"

Rasanya aku ingin tertawa saat mengingat masa-masa mengidamku yang super menyusahkan pria tampan itu. Aku menangis menginginkan buah mangga tetapi syaratnya harus Mas Amir yang manjat pohon tersebut kemudian memetiknya langsung dari tangannya. Lalu apa yang terjadi? Mas Amir sedikitpun tidak mengeluarkan suara keluhan, dirinya justru mengelus kepalaku seraya berkata, "Tunggu sebentar ya." Dirinya keluar kamar untuk menuruti keinginan nakalku. 

Ya Allah, tidak ada lagi kata-kata syukur yang bisa kupanjatkan akan semua takdir kebahagiaan yang engkau berikan. Suami terbaik, karunia-Mu berwujud malaikat mungil di dalam rahimku, serta kebaikan-kebaikan-Mu yang tak bisa terhitung lagi. 

Terima kasih, wahai Rabb-ku ... 

Di depan kaca rias aku berkali-kali berpindah posisi melihat tubuhku dari depan hingga belakang, perut buncitku semakin nampak, bahkan badanku sedikit berisi dari sebelumnya. Aku mengenakan dress cantik berwarna hijau army yang senada dengan hijabnya. Aku bersiap diri sebelum menemui para tamu undangan yang kemungkinan sudah berkumpul di bawah. 

"Cantiknya istriku."

Sosok menawan yang sudah berpenampilan rapi dengan jasnya itu berjalan mendekat, pantulan wajahnya bisa kulihat dari kaca di depan. Oh, sungguh. Lagi-lagi bau parfumnya menghipnotisku untuk menikmatinya. 

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang