Bab 13 : Teka-teki

28.5K 2.7K 272
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Budayakan vote sebelum membaca, perbanyak komentar untuk mengapresiasi penulis ❤

*Happy reading*

***


Cinta bukan hanyalah susunan huruf yang mengartikan sebuah rasa, bukan hanya translate dari ragamnya kata-kata hati. Cinta adalah seni kehidupan, percampuran antara air mata dan kebahagiaan, suka dan duka, dan tentang siapa pemenangnya.

***

"Dih! Udah mulai menghipnotis Mama dan satu persatu orang di rumah ini. Hebat banget!" 

Cibiran Kak Erina menyelusup indera pendengaranku di tengah aku mengiris-iris bawang di talenan. Tak ada keinginan 'tuk menoleh kearah mereka sekalipun, hanya fokus pada pekerjaanku saat ini. 

"Cari muka untuk dapetin semua hati orang. Keren sekali perannya!" imbuh Kak Maya yang berdiri di sebelahnya. 

Aku beristighfar dalam hati, menenangkan perasaanku sendiri. Kuat, Kayla. You very strong!

"Bisa-bisanya pria sempurna seperti adikku Amir Malik Elfathan menyukai wanita dengan harga senilai murah ini. Kasihan Amir, kena sihirnya rupanya."

"Kuat banget peletnya!"

Sebuah kulit mangga mendarat mengenai gamis berwarna pink pastel yang kukenakan. Pergerakanku mengiris bawang terhenti sejenak, menoleh ke bagian pinggangku yang sudah kotor akibat ulah dua makhluk itu. 

"Eh! Aku kira sampah ... eh nggak salah sih! Bukannya situ memang sampah, ya?" Kak Erina tersenyum licik membuatku mengalihkan pandangan kearah lain dengan sedikit kesal. 

"Eh! Kelempar juga." Kali ini Kak Maya yang melemparkan kulit mangga di gamisku, kemudian tertawa senang, "Tapi nggak papa, sampah memang harus dibuang di tempat sampah 'kan, ya?"

Emosiku tiba-tiba saja naik begitu saja, mereka berdua sudah sangat kelewatan, "Cukup, ya, Kak! Cukup! Tegur dan nasehati dengan memberikan alasan kenapa aku begitu dibenci. Jangan dengan cara seperti ini! Ini keterlaluan."

"Berani-beraninya bicara ke kita pakai nada tinggi! HEH! SADAR DIRI KAMU ITU SIAPA?!" Jari telunjuk Kak Erina tertuju padaku dengan raut wajah tajam. 

Ya Allah ... Aku berusaha meredakan emosi serasa ingin menangis. Mereka membenciku, menghinaku dengan cacian yang cukup keterlaluan, bahkan berbuat tidak patut. Kemudian ketika mendengar suara pembelaanku, mereka langsung marah. Kenapa sangat lucu?

"Nggak salah sih ... dimana-mana wanita murahan memang begini," sela Kak Maya membuatku ingin berlari ke kamar dan menangis meluapkan rasa sakit hati ini. 

No, Kayla! Tunjukkan bahwa kamu kuat di hadapan mereka. Don't cry! You can't do it.

"Perlu kamu tahu, kehadiranmu itu sama sekali nggak diharapkan di keluarga ini! Terutama Mama." Hatiku tergores mendengar pernyataannya yang ini, "Hm, hanya kami yang tahu saat itu," lanjutnya. 

Berarti benar, keluarga ini tidak merestui pernikahanku dengan Mas Amir. Mungkinkah suamiku menentang keputusan Mama? Sakit ternyata, lebih baik aku tidak mendengar fakta ini sampai kapanpun dibanding ... Aakh! Ya Allah ...

Tiba-tiba aku dibuat terkejut saat Kak Maya sengaja menjatuhkan tubuhnya sendiri ke lantai sambil memekik kesakitan. Bahkan Kak Erina langsung membawa tubuhnya ke bawah pula untuk membantu Kak Maya. Permainan macam apa lagi ini?

Mutiara Dalam CangkangDonde viven las historias. Descúbrelo ahora