Di Ambang Maut

663 78 16
                                    

Yachi POV

Musim gugur telah tiba. Daun-daun hijau berganti warna menjadi coklat dan kuning terang, berguguran tertiup hembusan angin. Hari ini adalah jadwalku menginap di rumahku bersama Oka-san dan Oto-san. Dan yang terpenting, perutku semakin membesar. Usia kehamilanku sudah memasuki minggu ke-32.

"Hitoka-Chan, jangan lupa banyak minum dan istirahat." Entah ini merupakan kali keberapa Oka-san berkata demikian. Aku yang sudah bosan hanya menjawab "haik". Sejak aku dan Sho Kun menjalankan kencan musim panas yang romantis, Oto-san dan Oka-san perlahan mulai luluh dan dapat melihat bahwa Sho Kun adalah pemuda yang bertanggung jawab. Hubungan kedua keluarga kami berangsur membaik, membuatku yakin bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja seperti yang pernah Sho Kun katakan saat kehamilanku terungkap. 

"Sedang membaca apa, Hitoka-Chan ?" Oka-san menghampiriku. "Membaca artikel tentang.... risiko kehamilan remaja." Aku menahan napas saat membaca artikel tersebut. Bayi keguguran... anemia.... tekanan darah tinggi.... depresi bagi ibu muda.... bayi lahir prematur... sampai yang paling buruk, kehamilan di usia remaja 4x lipat lebih berpotensi kematian saat melahirkan.

Mataku terbelalak saat membaca semuanya. "OKA-SAN ! JIKA NANTI AKU MENINGGAL BAGAIMANA ?! BAGAIMANA DENGAN BAYIKU ?! BAGAIMANA DENGAN...." Oka-san seketika memelukku. Serangan panikku kambuh lagi. Aku masih pucat dan berkeringat dingin, tak bisa membayangkan bagaimana aku mati saat melahirkan dan Sho Kun harus membesarkan putriku sendiri.

"Hitoka-Chan, tenanglah.... tenanglah.... jangan...." belum selesai kalimat Oka-san, tiba-tiba aku terjatuh. Perutku terasa berat dan mengencang tiba-tiba. "AKH !" Aku menjerit. Kupegangi perutku. Sakit. Rasanya.... aku tidak bisa menjelaskannya.

"Hitoka Chan !" Oka-san tampak panik. Aku terus menjerit. Sakit. Sakit sekali. Rasanya seperti nyeri saat sebelum menstruasi, namun 1000 kali lipat lebih sakit. Rahimku terasa luar biasa sakit. Aku semakin menjerit. Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi ? Menurut  jadwal, masih lima minggu lagi aku akan melakukan proses persalinan, namun kenapa rasa sakit ini terjadi ?

Belum  hilang rasa sakit yang kian lama kian menyakitiku itu, aku menyadari darah segar mengucur deras dari mulut rahimku. Oka-san benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Oka-san langsung meraih ponselnya dan menelepon seseorang. Sementara aku.... aku sudah tak sanggup lagi mengetahui apa pun. Yang aku tahu adalah, aku hanya ingin putriku segera keluar dari perutku agar rasa sakit ini hilang.... setiap detik, terasa semakin sakit, sakit sekali....




Author POV

Hinata sedang mencuci salah satu mobil pelanggan sambil bernyanyi riang. Usia kandungan istrinya sudah memasuki minggu ke-32, artinya hanya perlu menunggu sebulan lagi agar bisa menggendong putri kecilnya. Yachi berkali-kali menangis karena takut melahirkan, akan tetapi Hinata yakin, Yachi pasti bisa menjalaninya. Hinata sudah membaca berbagai risiko kehamilan remaja, seperti bayi lahir prematur dan risiko kematian lebih tinggi, akan tetapi Hinata optimis semuanya akan berjalan lancar.


"Hinata-Kun ! Ada yang menelepon !" Bos di tempat cuci mobil menyahut,  menyodorkan ponsel Hinata yang berdering. Nama penelepon tertera di layar ponsel : ibu mertuaku. "Eh ? Kenapa Madoka-san meneleponku ? Hitoka pasti merindukanku." Hinata cekikikan sendiri, sebelum akhirnya mengangkat telepon.

"SHO KUN ! CEPATLAH, SEGERA KE UGD RUMAH SAKIT TEMPAT HITOKA CEK KANDUNGAN !"

Napas Hinata tercekat mendengar nada suara Madoka yang terdengar panik. "A... ada apa ? Hitoka kenapa ?!" Hinata mulai cemas. Ada yang tidak beres. Ini masih minggu ke-32 kehamilan Hitoka, ada apa ?

Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now