Romansa Musim Panas

556 72 14
                                    

"Kamu serius tidak ingin pergi ke pantai ?" Tanya Hinata untuk ketiga kalinya setelah melihat daftar 10 hal yang ingin dilakukan Yachi bersama Hinata selama musim panas. "Bukankah musim panas identik dengan pantai ?" Lagi-lagi Yachi menggeleng.

"Justru itu. Di musim panas, orang-orang pasti akan pergi ke pantai. Aku tidak suka tempat yang terlalu ramai. Lebih baik kita habiskan musim panas kita berdua." Yachi tersenyum. Si janin di dalam perut menendang dinding perut ibunya. "Eh, iya, maksudku bertiga. Iya, ya, Nak, nanti kamu ikut liburan musim panas bersama Mama Papa." Yachi tertawa kecil, membelai perutnya.

Ada 10 hal yang ingin dilakukan Yachi bersama Hinata selama musim panas, yakni :

1. Pergi ke akuarium

2. Bersepeda sore keliling Miyagi

3. Makan di kafe es krim seperti saat kencan pertama

4. Menonton film-film Netflix di malam hari

5. Membuat kue bersama

6. Bermain aneka board games bersama

7. Bermain voli bersama di halaman rumah

8. Piknik di halaman rumah

9. Ke galeri seni

10. Membuat Scrapbook

"Besok enaknya mau yang mana dulu, nih ?" Tanya Hinata. "Emmm... besok, ya ? Tadi aku lihat di TV, kemungkinan besok akan ada hujan deras, jadi mungkin kita habiskan kegiatan yang di rumah dulu saja." Ujar Yachi. Hinata mengangguk mantap. 

"Ibu !" Panggil Hinata. "Iya, kenapa, Nak ?" Nn.Hinata menghampiri putranya. "Ibu, boleh pinjam buku resep aneka kue milik ibu, tidak ?" Bisik Hinata. "Untuk apa ?" Nn.Hinata mengernyit bingung. Hinata melempar isyarat melalui ekor mata, melirik Yachi. Nn.Hinata langsung tersenyum. 

"Pasti mau masak bareng. Iya, 'kan..." Hinata hanya nyengir kuda. Nn.Hinata meninggalkan putranya sejenak, kemudian kembali dengan membawa sebuah buku resep. "Ini, Nak. Kamu cari bahannya yang mudah didapat saja, ya." Hinata menerima buku tersebut.



Di kamar, Hinata dan Yachi berbaring tengkurap di atas ranjang mereka. "Eh, eh, SHO KUN, ANAK KITA SEPERTINYA TERJEPIT, GIMANA INI ?!" Hinata menghela napas melihat Yachi yang panik.

"Hitoka, bayi di dalam perutmu menendang-nendang karena kamu berubah posisi itu bukan berarti dia protes karena merasa terjepit. Namun perubahan posisimu itu memang meningkatkan suplai darah ke dalam rahim sehingga anak kita juga semakin aktif bergerak." Ujar Hinata, bergaya seperti dokter kandungan yang sudah berpengalaman.

Yachi menatap suaminya keheranan. "Sejak kita menikah, aku mencari tahu banyak seputar risiko kehamilan remaja, risiko seks di luar nikah, dan aktivitas janin. Aku punya banyak waktu untuk melakukannya karena...." Hinata berhenti. Kepalanya tertunduk, matanya pun suram.

"Karena.... kita sudah tidak perlu mengerjakan tugas untuk sekolah lagi... dan kita tidak perlu pusing memikirkan.... pertandingan." Hinata berbisik lirih. Yachi mengelus bahu suaminya, memeluknya erat. Yachi merasa serbasalah. Setiap kali dirinya terpuruk, Hinata selalu menularkan energi positif untuk membuatnya kembali tersenyum dan bersemangat. Namun saat Hinata terpuruk, dia tak bisa membantu banyak.

"Kau sendiri yang bilang, 'kan, kita bisa jalani ini ?" Yachi berbisik, mencoba merangkai kalimat. "Pasti ada hikmah dibalik semua ini." Yachi menggenggam erat tangan Hinata. "Sudahlah, lupakan saja. Eum, ayo kita cari resep kue untuk besok." Ujar Yachi, mengalihkan topik pembicaraan karena tidak ingin berlama-lama melihat Hinata terlarut dalam kesedihan.

Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now