Aku Berubah

886 104 2
                                    

Yachi POV

Dua bulan berlalu semenjak Sho Kun dan aku melakukan perbuatan terlarang itu. Dan.... Sepertinya aku hamil.

Bagaimana tidak ? Sudah dua bulan aku tidak menstruasi. Aku ingin sekali membeli testpack, namun... Membayangkan hasilnya saja tak sanggup. Bagaimana jika hasilnya positif ?! Oh tidak.... Ibu pasti akan marah..... Aku pasti akan dikubur hidup-hidup oleh Ibu jika aku hamil ! Aku akan dikeluarkan dari Karasuno, dan semua orang akan membicarakan apa yang telah kulakukan !

Ok, tenang Yachi, tenang. Cobalah bersikap optimis seperti mataharimu itu. Mungkin saja, aku menstruasi namun aku lupa. Ah, tidak mungkin ! Aku pasti sadar jika aku menstruasi !

Kabar buruknya, aku merasa tubuhku sering tidak enak badan akhir-akhir ini. Aku merasa lebih cepat lelah, sulit berkonsentrasi, dan kehilangan selera makan.

"Hitoka Chan." Shimizu senpai menepuk bahuku. "Eh, Shimizu senpai..." Kataku terbata. "Kulihat akhir-akhir ini kamu lebih lemah daripada biasanya dan sulit fokus. Kamu sedang ada masalah ?" Kacau. Shimizu senpai bahkan menyadarinya. Kami mengobrol di saat tim kami sedang berlatih tiga lawan tiga.

"Eum... Tidak apa-apa, kok, hehehe." Kataku terbata. "Yang benar ? Kamu bisa cerita saja ke aku jika ada masalah." Lagi-lagi aku menggeleng. Jangan sampai Shimizu Senpai mencurigaiku dan akhirnya tahu apa yang terjadi.  

"Hitoka Chan, ubah angkanya." Seketika aku tersadar bahwa Tim Kageyama, Sho Kun, dan Sugawara senpai baru saja mencetak angka. Aku langsung membalikkan kertas angka. "Huk !" Aku menutupi mulutku. 

Untuk kesekian kalinya dalam tiga hari terakhir ini perutku mual, seakan dijungkirbalikkan sehingga aku ingin mengeluarkan seluruh isi perutku. Bersamaan dengan itu kepalaku juga terasa sakit.  "Hitoka Chan, kau mau kemana ?" Aku tidak memedulikan Shimizu senpai. Perutku terasa mual, mual sekali. Aku sudah tak tahan. Aku langsung berlari ke toilet.

"Hoeeekkkkk...." Aku muntah di kloset. Napasku terengah-engah, sebelum akhirnya aku muntah lagi. Sudah sejak dua hari lalu aku muntah-muntah terus. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku selalu saja muntah-muntah, sakit kepala, sering ketiduran di kelas, dan tidak bernafsu makan. Ditambah lagi fakta sudah dua bulan aku tidak menstruasi dan sepertinya tubuhku menggemuk, mungkinkah aku.... ah, tidak Hitoka ! Jangan sampai itu terjadi !

Seusai latihan, seperti biasa aku dan Sho Kun pulang bersama. Inikah saat yang tepat untuk membicarakan semuanya dengan Sho Kun ? Apakah... Dia mau bertanggung jawab ??? Aku menghela napas. Jika tidak sekarang, maka kapan lagi.

"Sho Kun." Pemuda bersurai sewarna langit senja itu ber-hm dan menoleh. "Emm... Ano.... Aku... Aku...." Duh, mengapa sulit sekali mengatakan yang sesungguhnya ?

"Kenapa ?" Tanyanya. "Emm... Sebenarnya aku...." Jantungku berdetak tak keruan. Bagaimanapun juga, aku harus menyampaikan nya juga. "Aku... Sudah dua bulan ini tidak menstruasi, dan aku... sering muntah-muntah." Persis seperti dugaanku, Sho Kun seketika lupa caranya bernapas dan bagai menjelma menjadi patung suci selama beberapa detik.

"HAH ?! YANG BENAR SAJA ?! SUDAH DUA BULAN ?! EH... EH... ARTINYA KAMU... KAMU..." Aku menutup mulut pacarku. Ok, Sho Kun tetaplah Sho Kun yang heboh. "Pssssttt.... Santai saja bisa nggak ? Untung jalanan sepi." Bisikku. Sho Kun terkekeh canggung.

Hinata POV

Rasanya seperti ada benda berat yang memukul keras dadaku saat Hitoka mengucapkan kalimat tersebut. Benar, kalimat barusan meruntuhkan semua skenario-skenario yang selama ini kukarang-karang sendiri agar tetap optimis. Sekarang, satu-satunya harapan yang tersisa adalah...

"Testpack." Kataku. Aku harus bertanggung jawab. Ini salahku. Aku harus siap apapun hasil dari testpack yang kubeli nantinya. "T-tapi... Aku belum siap lihat hasilnya..." Gadis berambut pirang itu tertunduk.

"Cepat atau lambat, kita pasti akan tahu yang sebenarnya. Semakin kita menunda, semakin berisiko nantinya. Lebih cepat kita mengetahuinya, lebih cepat pula kita bisa menyembunyikan nya." Kataku yakin. Benar, jika Hitoka memang hamil, akan kulakukan segala cara untuk menyembunyikannya.

"Kita ke apotek sekarang ?" Tanyaku. Hitoka mengangguk patah patah. Aku melemaskan otot-otot tanganku. Baiklah, Hinata Shoyo, apapun yang terjadi, kamu harus bersikap gentleman.

Aku membuka pintu kaca apotek dan melangkah masuk. Hitoka menunggu di luar, karena jika Hitoka yang membeli testpack nanti pasti dicurigai. "Permisi, Bibi, di sini ada testpack tidak ?" Tanyaku dengan hati-hati. "Wah, mau punya adik ya nih..." Aku hanya tertawa kecil. Gadis penjaga kasir itu mengambilkan testpack. Aku pun membayarnya.

Aku mengantarkan Hitoka ke toilet umum dekat minimarket. Hitoka menatapku sebelum masuk toilet. Aku tahu arti tatapan itu. "Kamu harus siap, apa pun yang terjadi." Aku tersenyum, mencoba meyakinkannya meskipun aku sendiri tak yakin. Dalam hati, aku benar-benar berharap hasilnya nanti negatif. 

Yachi POV

Aku di toilet. Detik inilah yang paling menentukan apakah semuanya akan berakhir bahagia atau tidak. Mataku terpejam. Gemetar, tanganku mengangkat testpack. Aku menggigit bagian bawah bibir. Tidak, siap atau tidak, aku harus tahu. Aku harus tahu apakah aku hamil atau tidak.

Perlahan, kubuka kelopak mataku. Jantungku diremas kuat dan seluruh darahku mengalir deras ke bawah seketika. Langit seakan runtuh menimpaku.

Tamat sudah. Hasilnya positif.

TBC !
Nah, maaf ya kalau untuk part yang ini terlalu pendek, karena author lagi sibuk bgt, hehehe.

Jgn lupa vote dan comment :D



Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now