Satu Hari yang Menghancurkan Masa Depan

1.4K 136 17
                                    


"Hitoka, minggu depan kita ujian akhir semester, 'kan ?" Tanya Hinata sembari meletakkan botol minum kuningnya. "Iya, mau belajar bersamakah ?" Yachi balik bertanya, tepat sasaran. "Wah, kamu bisa membaca pikiranku saja." Hinata terkekeh. "Jadi begini, selama ini kita sangat jarang berkencan atau sekadar menghabiskan waktu berdua, bukan ?" Yachi mengangguk. "Emmm... bagaimana jika kita belajar berdua sebelum ujian ? Jadi tidak hanya romantis, tapi juga merupakan kegiatan positif gitu, hehehe." Hinata terkekeh. Yachi tersenyum lebar. "Tentu saja !" Yachi sangat bersemangat. Sejak lama, ia ingin sekali bisa menghabiskan waktu berdua dengan Hinata, namun belum bisa meskipun sudah empat bulan lamanya menyandang status sebagai pacarnya.

"Jadi, pukul berapa ? Di rumahmu atau di rumahku ?" Tanya Hinata. "Hari Minggu ? Aku bisa pukul berapa pun. Kamu mau di rumahku atau di rumahku ?" Yachi malah balik bertanya. "Ya terserah calon istriku tercinta, dong." Goda Hinata, membuat pipi Yachi memerah. "Baiklah, di rumahku saja kalau begitu." Ujar Yachi malu-malu.

Baik Yachi maupun anggota tim Karasuno yang lain sama sekali tidak mengetahui, bahwa sosok Hinata telah berubah. Hinata bukanlah lagi Hinata yang polos, lugu, dan naif. Semenjak ponselnya dibanjiri notifikasi konten dewasa karena ketidaksengajaannya memberikan izin pada sebuah situs untuk mengirimkannya notifikasi, Hinata kerap kali melihat-lihat film porno. Meski awalnya dirinya merasa terganggu dan jijik dengan iklan-iklan dan notifikasi tersebut, namun lama kelamaan Hinata penasaran juga, dan pada akhirnya ia berani membuka konten tersebut secara diam-diam dan lama-lama kecanduan. 

Kecanduannya terhadap pornografi juga mengubah pandangan Hinata terhadap kekasihnya, Yachi. Hinata tidak lagi ingin sebatas memeluk, membelai rambut, atau mencubit pipi Yachi. Namun sekarang, Hinata kerap kali diam-diam memerhatikan lekuk tubuh pacarnya itu dan berangan-angan bisa menyentuhnya.

Hari Minggu tiba. Sesuai kesepakatan, pada siang hari, Hinata pergi ke apartemen Yachi untuk belajar bersama. "Orangtuamu tidak di rumah ?" Tanya Hinata sembari melepaskan sepatunya. "Mereka sedang ada acara di luar kota hingga besok malam." Hinata hanya ber-oh pelan. "Kamu tidak takut ditinggal sendiri ?" Hinata bertanya lagi. "Tidak masalah, kok." Yachi tersenyum. 

"Kamu mau belajar dimana ?" Awalnya Hinata sama sekali tidak memiliki niat buruk, namun pertanyaan Yachi justru menimbulkan sebersit pikiran jahat dalam benak Hinata. "Di kamarmu ? Mungkin enak bisa sambil tiduran." Hinata mencoba membuat nada bicaranya sepolos mungkin agar Yachi tak curiga. "Baiklah. Pasti sejuk juga nanti bisa menyalakan AC." Hinata bersorak penuh kemenangan dalam hati karena Yachi memberinya lampu hijau.

Hinata bersila di atas karpet. "Mau belajar apa dulu ?" Yachi mengeluarkan buku-buku pelajaran dari meja belajarnya. "Matematika dulu. Besok jadwal pertama matematika." Ujar Hinata. "Ajari aku yang ini, dong, aku sama sekali belum paham. Hehehe." Hinata menunjuk salah satu soal dibukunya. "Oh, yang itu ? Jadi caranya begini...." Yachi mulai menjelaskan rumus matematika dengan corat-coret di buku matematikanya, namun Hinata sama sekali tidak mendengarkan. Hinata sedari tadi tidak bisa berhenti menatap bibir mungil pacarnya yang ingin ia lumat segera. Hinata sedang menanti momen yang tepat untuk menyerang Yachi.

"Jadi begitu.... mengerti, Sho Kun ?" Yachi menatap Hinata yang hanya tersenyum aneh ke arahnya. "Kamu mengerti ?" Yachi mengulangi. "Honey..." Hinata menyentuh pipi Yachi. "Ke... kenapa...?" Suara Yachi bergetar. Ia memiliki firasat buruk. Perasaannya tidak enak. Ya Tuhan, mengapa ia bisa lupa begitu saja nasihat ibunya untuk tidak mengizinkan laki laki masuk kamarnya ?! Sebesar itukah rasa cintanya pada Hinata sehingga dia melupakan ucapan ibunya tersebut ?!

"Honey, kamu... kamu cantik sekali..." puji Hinata. Perlahan, Hinata mendekatkan wajahnya pada wajah Yachi, lalu dengan hati-hati melumat bibir mungil Yachi. Mata Yachi membulat. "Hmppphhh..." Yachi ingin berteriak bahwa Hinata tidak boleh melakukan ini, namun saat bibirnya dan bibir Hinata bertemu, entah mengapa rasanya nikmat sekali.

Hinata menyentuh punggung Yachi, dan tanpa melepaskan ciuman, dipindahkannya tubuh Yachi ke atas ranjang. Hinata menghentikan ciumannya sejenak. "Sho... Sho Kun... kau mau...." Yachi terbata. Ia tak menyangka sosok Hinata yang lugu dan polos bisa bertingkah seperti ini. "Hitoka..." Hinata menatap mata Yachi, dalam. "Aku mohon, sekali ini saja. Aku janji akan bertanggung jawab apabil sesuatu terjadi padamu. Lagipula, jika hanya sekali, katanya tidak akan hamil." Hinata menyelipkan anak rambut Yachi ke belakang telinga. 

Deg ! Jantung Yachi berdebar keras. Tak pernah ia sangka rupanya Hinata sebenarnya seperti ini.  "Eh..." Yachi tidak tahu harus berkata apa. Dirinya begitu takut kehilangan Hinata. Yachi tak ingin apabila ia menolak, maka Hinata akan meninggalkannya. "Boleh, ya ?" Hinata memelas. Yachi hanya menggeram. Dia sendiri bahkan tak tahu apakah ia menjawab ya atau tidak, namun Hinata yang sudah dibutakan nafsu setan itu mengartikannya sebagai ya. Hinata dengan nafsu kembali melumat bibir Yachi, menyatukan jiwa dan raganya dengan Yachi.


Hari itu, kamar Yachi menjadi saksi bisu, dua insan yang polos dan lugu telah berubah.  Hari ketika dua hati yang saling mencintai dengan tulus akhirnya mengorbankan masa depan mereka hanya karena terbutakan oleh nafsu sesaat. Dan sejak hari itulah, Hinata dan Yachi benar-benar berubah menjadi seseorang yang baru, dan takkan pernah bisa kembali menjadi diri mereka yang sebelumnya. 


Fuuuuuhhh akhirnya selesai juga part ini. Jadi di sini aku nggak gambarin seks secara detail, karena ini memang justru tujuannya untuk sex education bukan untuk 'mencemari pikiran', ya, hehehe. Aku cuma mau kasih pesan aja buat teman-teman pembaca semua, agar lebih berhati-hati dalam mengakses internet, karena bisa saja konten pornografi yang beredar di internet meracuni kita dan membuat kita kecanduan seperti yang terjadi pada Hinata.

Buat teman-teman yang cowok, jangan mau enak aja. Ibu kalian juga dari kaum wanita. Masa kalian tega menodai salah satu kaum ibu kalian yang sudah melahirkan kalian dan membesarkan kalian dengan penuh kasih sayang hanya demi nafsu semata ?

Nah buat yang cewek, dari cerita ini author mau berpesan nih, hehehe. Kalau badan kalian diraba-raba sama cowok, kalian harus berani berkata TIDAK. Seberapa sayang pun kalian sama cowok yang grepe grepe kalian, ingatlah, cowok itu belum tentu menjadi jodoh kalian di masa depan. Sekalinya melakukan perbuatan terlarang, bahkan kalaupun tidak hamil, harga diri seorang wanita yang sudah disentuh lelaki itu akan terjatuh. 

Nah makanya buat teman-teman semua, kita sebagai remaja jangan mau terbutakan nafsu untuk kenikmatan sesaat yang mengorbankan semua masa depan dan cita-cita kita. Masa remaja adalah masa untuk menikmati kebahagiaan yang positif, mencari jati diri, dan meraih mimpi, bukan untuk terjebak rayuan setan.




Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now