Dua Pilihan

701 87 10
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumah Hinata, hanya ada keheningan di mobil. Keheningan yang sesekali terpecahkan oleh isak tangis pelan Ibu Hinata, yang setiap isakannya seakan menggores-gores hati Shoyo hingga lubuk terdalam. Yachi terus saja tertunduk. Matanya sembab, tangannya tiada henti mengelus perutnya. Hinata tidak tahu harus berbuat apa. Tadi di UKS, dirinya keras kepala tak ingin dikeluarkan dari Karasuno meskipun dirinya tahu inilah risiko semua perbuatannya.

"Saya mohon ! Anda boleh menghukum saya membersihkan toilet sekolah, anda boleh mendenda saya, tapi tolong jangan keluarkan saya dari Karasuno !" Mata Hinata merah berair, sesenggukan. Hinata meremas kuat ujung kaosnya. "Hinata Shoyo, kamu harus dikeluarkan karena telah mencemari nama baik Karasuno dan harus bertanggung jawab pada Yachi-san..." kalimat kepala sekolah terpotong.

"Tidak ! Saya mohon ! Saya masih ingin bermain di klub voli !" Yachi membekap mulutnya sendiri melihat Hinata begitu keras memohon pada Kepala Sekolah untuk tidak dikeluarkan. Yachi tahu Hinata bukannya tak bertanggung jawab. Namun, Yachi paham betul bagaimana perasaan Hinata yang harus meninggalkan voli yang sudah menjadi separuh dari hidupnya.

Hinata menatap pemandangan di luar mobil melalui kaca jendela mobil. Hinata menatap mobil jenazah yang terparkir di sebuah rumah yang tampak cukup ramai oleh orang-orang dengan wajah berduka. Seorang pria menangis histeris saat jenazah istrinya dikeluarkan dari ambulans.

"INI SEMUA SALAH DOKTERNYA ! KALAU SAJA TIDAK CEROBOH OPERASI, MUNGKIN ISTRI SAYA BISA MELAHIRKAN ANAK SAYA DENGAN SELAMAT !" Beberapa orang terlihat mencoba menenangkan pria itu. 

Hinata bergumam rendah menyaksikan peristiwa tersebut, hatinya terenyuh.  Seorang pria yang istrinya meninggal karena melahirkan. Hinata menatap Yachi. Hinata semakin mempererat genggaman tangannya pada Yachi, seolah tak ingin melepaskan Yachi hingga kapan pun. 

"Berita dari dunia hiburan, pasangan selebriti Ichiro Kazuhita dan Midori Kazuhita resmi bercerai hari ini karena sering saling cek-cok satu sama lain. Mungkin karena adanya ketidaksiapan mental akibat keduanya memilih untuk menikah di usia muda..." berita dari radio lagi-lagi seakan menyindir Hinata. Hinata dan Yachi saling menatap, seolah tahu bahwa isi pikiran mereka sama.

"Kita bisa melaluinya." Bisik Hinata. "Aku yakin, kita pasti bisa. Aku akan mengusahakan yang terbaik." Hinata memaksakan senyum. Yachi tersenyum getir. Hinata memang selalu optimis, bahkan di saat dirinya sedang berada di titik terlemah. 

Mobil terparkir di halaman rumah Hinata. "Natsu sudah tidur, 'kan, Yah ?" Hinata mencoba mencairkan suasana yang begitu canggung. "Ya." Jawab Ayah Hinata singkat dan dingin. Hinata membantu Yachi menuruni mobil dan menggandengnya memasuki rumah.

"Shoyo, Hitoka, duduk." Suara Ayah Hinata terdengar serius. Hinata dan Yachi dengan ragu dan takut akhirnya duduk di depan Ayah Hinata. Terdengar suara isakan tangis Ibu Hinata dari kamarnya, semakin menggores-gores batin Hinata.  Hinata sudah tahu apa yang akan dikatakan ayahnya pada dirinya. Siap atau tidak siap, dia harus menerimanya.

"Kalian tahu, apa yang kalian lakukan itu salah ?" Hinata dan Yachi tertunduk, tak kuasa menjawab. "Kalian tahu ?!" Ulang Ayah Hinata, kali ini dengan nada lebih tinggi. "Kami tahu..." Bisik Hinata lemah, masih menunduk dan ingin sekali cepat-cepat lari dari sini. "Shoyo, lihat Ayah. Lihat Ayah." Hinata dengan takut-takut menaikkan kepala dan menatap ayahnya yang balas menatap tajam ke arahnya.

"Shoyo." Kata Ayah Hinata penuh penekanan. "Mengapa kamu lakukan ini pada Hitoka ? Mengapa ?!" Hinata memalingkan wajah dan meringis saat Ayahnya membentak dengan nada tinggi dan menggebrak meja, membuat dinding rumah sedikit bergetar. "Sho... Shoyo.... Shoyo sering lihat hal seperti itu di internet.... lalu lama kelamaan...." suara Hinata gemetar, begitu pula kakinya. "Lama-kelamaan.... Sho juga... ingin melakukannya dengan Hitoka..." Hinata mati-matian menahan isak tangis. Ayah Hinata kembali menggebrak meja. Matanya memerah berkaca-kaca, napasnya menderu.

Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now