Menyembunyikan Kehamilan

855 97 2
                                    

Hinata POV

Aku memekik saat melihat hasilnya. Positif. Tamat sudah. Tamat sudah riwayat kami. Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan ? Aku tidak ingin dicap pengecut, aku tidak ingin dicap lelaki jahat, tetapi aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya mempertanggungjawabkan kehamilan Hitoka.

"Sho Kun, kita harus bagaimana ?" Aku menatap mata Hitoka yang berkaca-kaca. Aku seakan bisa melihat ketakutan yang teramat besar dalam sorot matanya. Aku menarik napas, lalu membelai perutnya. "Aku ingin memberi kesempatan anak kita hidup." Kataku. Benar, bagaimanapun, aku tak mungkin menggugurkan atau membuang seorang bayi tak berdosa yang bahkan sama sekali tidak mengetahui dosa orangtuanya. 

Tanganku masih menyentuh perut Hitoka. Aku merasakan getaran yang berbeda. Aku sudah menjadi seorang ayah. Ada jiwa dan raga lain di dalam perut Hitoka, dan ini semua merupakan hasil perbuatanku. 

Aku tahu, akulah yang mengusulkan untuk membeli testpack untuk mengetahui hasilnya, dan bahkan aku yang berusaha meyakinkan Hitoka untuk melakukan tes. Namun detik ini, aku sadar, bahwa dalam lubuk hati terdalam aku sama tidak siapnya dengan Hitoka. Aku belum siap menerima kenyataan ini. Aku belum siap bertanggung jawab. Aku belum siap kehilangan masa depanku. Aku.... aku belum siap menjadi seorang ayah.

"Aku akan bertanggungjawab." Hanya kalimat itu yang mampu kuucapkan, meskipun aku ragu apakah aku akan benar-benar melakukannya. "Tapi, kalau Mama tahu bagaimana ?" Hitoka benar-benar ingin menangis. Aku terdiam. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.  Kali ini tangis Hitoka benar-benar pecah. Aku membiarkan ia menangis di bahuku. Aku tidak bisa melakukan apa pun selain membelai rambut pirangnya dan terus menenangkannya, meskipun aku sendiri tidak tenang. 

"Sembunyikan dulu, Hitoka." Kataku akhirnya. Gadis pirang itu menatapku, menghapus air matanya. "Bagaimana aku menyembunyikannya ?" Tanyanya. "Gunakan jaket ke sekolah. Kalau kamu di rumah, pakai baju yang longgar. Keluar rumah juga pakai baju yang longgar atau atasan bermotif, agar perutmu tidak kelihatan." Usulku. Mungkin ini solusi terbaik. Untuk sementara waktu, Hitoka harus menyembunyikan kehamilan ini sehingga setidaknya aku memiliki waktu untuk memikirkan cara bertanggungjawab dan menyiapkan mental untuk mengakui semuanya.

"Hitoka." Aku membelai rambutnya, menatap wajahnya yang sendu. Aku menarik napas. "Maafkan aku," hanya dua kata itu yang terucap. Sesak dan sesal memenuhi rongga dadaku. Pikiranku kalut dalam kemelut badai penyesalan. Aku benar-benar membenci diriku sendiri yang telah melakukan semua ini pada Hitoka. Mengapa kau sangat jahat, Hinata Shoyo ?!

Hitoka terdiam. Tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Namun, tatapan matanya yang masih berair dan berkaca-kaca itu seakan mengatakan, "ini bukan salahmu". Bukan salahku bagaimana ? Jelas-jelas aku-lah yang menodainya dan menghancurkan masa depan kami.

"Kita pulang dulu bagaimana ? Orangtuaku pasti akan mencariku apabila pulang terlambat. Kita... kita bahas ini di chat saja, ya ?" Pintaku, berusaha bersikap sopan. Hitoka mengangguk patah-patah. "Udah, jangan nangis." Aku menghapus air matanya. "Nanti kalau kamu nangis Mama-mu malah curiga." Ujarku.

Yachi POV

Sho Kun mengantarku pulang sampai ke apartemenku. Sho Kun terus saja menghiburku dan mencoba menenangkanku sepanjang perjalanan, meskipun aku tahu betul dirinya sendiri sedang bimbang, terpuruk, dan menyesal. 

Benar, itulah Sho Kun. Dia selalu berusaha membahagiakan orang lain, berusaha untuk selalu terlihat baik-baik saja di depan semua orang, meskipun dirinya sendiri sedang tidak baik-baik saja. Aku tahu Sho Kun bukannya tidak mau bertanggung jawab, dia hanya tidak tahu caranya bertanggung jawab. Aku menghela napas. Sudahlah, mungkin Sho Kun butuh waktu untuk berpikir.

Aku merebahkan tubuku di atas sofa. Aku menatap langit-langit kamar dengan mataku yang masih sembap. Aku telah menjadi seorang ibu. Masa depanku akan sirna. Cepat atau lambat, Mama dan Papa pasti akan mengetahui kehamilanku. Aku membelai perutku. Aku tidak sendiri. Ada jiwa dan raga lain di dalam perutku saat ini.

Tanpa sadar, setitik cairan bening kembali jatuh membasahi pipiku. Aku membayangkan apa yang terjadi pada anakku setelah dia lahir nanti. Jika semua orang tahu dia lahir dari perbuatan kotor tak termaafkan aku dan Sho Kun, akankah semua orang membencinya ? Aku tak kuasa membayangkan bagaimana anakku dibenci dan dijauhi hanya karena dosa orangtunya, padahal dia bahkan sama sekali tak bersalah.

Aku mengusap perutku. "Nak," bisikku lirih. "Maafkan Papa dan Mama, ya." Ada sebersit rasa sakit yang meremas kuat jantungku saat aku mengucapkan kalimat tersebut. Aku tidak tahu mengapa aku mengucapkan kalimat tersebut. Aku sendiri bahkan merasa sesak kala mengucapkannya. Haruskah mahkluk di dalam perutku ini menerima takdir yang begitu kejam, lahir dari sebuah dosa ? Air mataku jatuh membasahi sprei. Setiap tetes air mataku yang jatuh mewakili setiap rasa sakit yang menyesakkan dadaku saat ini.

 Aku belum siap. Aku belum siap melihat kekecewaan Mama dan Papa. Aku belum siap mereka mengusirku dari rumah saat mereka mengetahui mereka akan punya cucu. Aku belum siap semua murid dan guru di Karasuno membicarakan keburukanku dan Sho Kun. Dan, aku belum siap melihat anakku dibenci oleh lingkungannya hanya karena asal usul kelahirannya. 

Ayolah, Hitoka Yachi. Jangan menangis terus. Aku akan mengikuti saran Sho Kun untuk mengenakan pakaian longgar baik di rumah mau pun saat keluar rumah, dan memakai jaket saat ke sekolah. Aku memandangi jaket tim kami. Aku memakainya, dan menatap bayanganku di cermin. Setidaknya jaket ini bisa menutupi perutku hingga satu bulan ke depan. 

TBC !

Ok, jadi ini authornya ngerjain Bab ini sehabis ngerjain ulangan (nggak penting bgt sih, hehehe). Jangan lupa vote dan comment !

Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now