Keputusan

595 83 21
                                    

Setelah mendengar penjelasan orangtua Hinata melalui telepon, akhirnya Madoka dan suaminya sepakat untuk ikut serta dalam pertemuan dengan pasangan suami istri Hashimoto. Madoka dan suaminya datang ke rumah Hinata pada Sabtu pagi.

"Mama...." Bisik Yachi lirih saat melihat kehadiran ibunya. Setengah mati Madoka menahan diri untuk tidak memeluk putrinya. Setengah mati Madoka menahan air matanya. Madoka telah bersumpah pada dirinya untuk tidak pernah lagi mengenali putrinya yang telah melakukan perbuatan menjijikkan tak termaafkan. Namun, nurani seorang ibu kembali tumbuh dalam dirinya saat melihat putri semata wayangnya yang telah lama tak dilihatnya. Semua dinding pertahanan yang dibangunnya selama ini runtuh seketika.

"Hitoka-Chan..." mata Madoka berkaca-kaca. Dipeluknya sang putri erat-erat. Dirinya tak dapat menyangkal, selama ini dia begitu merindukan putrinya. Amat sangat merindukan putrinya.  Yachi tidak bisa menahan tangis. Air matanya tumpah membasahi bahu ibunya, begitu pula sebaliknya.

"Mama, Hitoka... Hitoka kangen Mama..." Yachi mulai terisak. "Mama juga, Nak." Madoka menghapus air matanya. 

Sementara Yachi dan ibunya melepas rindu melalui pelukan dan air mata, ayah Yachi menatap Hinata, tajam. "Kau." Desisnya, tajam. "Sudah dapat pekerjaan ?" Tanyanya dengan nada sinis. "Eh... eum, su... sudah, Om." Suara Hinata bergetar. "Kerja apa ?" Tubuh mungil Hinata rasanya semakin menyusut setiap kali ditatap bapak mertuanya itu. "Eh.... eum.... Sho.... Shoyo.... Shoyo sudah bekerja di tempat cuci mobil." Hinata tersenyum kaku. 

"Baguslah. Kalau bisa carilah pekerjaan lain juga. Gaji di tempat cuci mobil tak seberapa." Kalimat tajam mertuanya begitu menusuk batin Hinata, namun Hinata sebisa mungkin bersikap tak peduli.

"Ah, Tuan dan Nyonya Yachi-san." Ayah Hinata datang ke ruang tengah, menjabat tangan Ayah Yachi dan membungkuk dalam. "Selamat siang. Senang bertemu dengan anda." Keduanya berbasa-basi dan mengobrol dengan sikap formal. 

"Mama, Mama masih marah sama Hitoka, kah ?" Tanya Yachi, lirih. Madoka terdiam, menatap kedua mata putrinya. Dibelainya surai pirang putrinya dengan sayang. "Mama masih kecewa padamu."  Madoka menegaskan. "Ma... maafin Hitoka, Ma." Air mata Yachi kembali tumpah, membuat Madoka merasa tak tega dan menyesali ucapannya.

"Hitoka." Bisik Madoka. "Sudah, jangan menangis." Bagaimanapun, melihat putrinya menangis membuat Madoka ikut terluka. "Maafin Hitoka, Ma ! Hitoka memang bodoh, Hitoka memang...." Hinata buru-buru menahan lengan istrinya. 

"Seharusnya aku yang meminta maaf pada ibumu, Hitoka." Ujar Hinata, membuat Yachi terdiam. "Aku yang memulai semua ini." Kata Hinata. "Tante, maafkan saya. Gara-gara saya, Hitoka harus hidup sebagai istri dan seorang ibu sekarang. Saya.... saya akan mengusahakan yang terbaik untuk menafkahi Hitoka. Saya akan bertanggung jawab." Hinata membungkuk dalam-dalam.

Madoka tak menjawab. Ditatapnya sang menantu dengan sorot sinis. "Ja... jangan marahi Sho Kun, Ma." Bisik Yachi, lemah. "Dia.... dia benar tentang sikap tanggung jawab. Sho Kun sudah dapat pekerjaan, dan Sho Kun selalu ada untuk Hitoka." Jelas Yachi, tak ingin melihat Hinata ditampar lagi untuk keseribu kalinya."Baguslah." Kata Madoka dengan tegas, sebelum berlalu dan duduk di sofa ruang tengah.

"Jadi begini, Yachi-San. Tuan dan Nyonya Hashimoto akan datang mungkin sepuluh menit lagi. Mereka sedang dalam perjalanan ke sini." Tutur Ayah Hinata. "Mereka akan datang untuk mendiskusikan apakah bayinya akan diadopsi, bukan ?" Tanya Madoka. "Benar." Jawab Ibu Hinata.

Sementara orangtua mereka sibuk berbincang-bincang serius, Hinata dan Yachi duduk di dekat mereka, tidak bersuara sedikit pun. "Saya tidak setuju apabila bayinya harus diserahkan. Bagaimanapun bayi itu cucu kita berempat. Jika bayi itu diserahkan, maka percuma saja Shoyo dan Hitoka dikeluarkan dari sekolah. Mereka tidak akan ada kerjaan, dan kesulitan melanjutkan pendidikan karena reputasi mereka sudah rusak." Ujar Ayah Yachi.

Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now