Ketika Semuanya Terungkap

827 83 14
                                    

BRAK !

Pintu gym Karasuno didobrak keras.  Takeda sensei tampak gelisah dan panik memasuki gym. "Perhatian semuanya, tolong berhenti latihan dulu." Setiap pasang mata tertuju pada Takeda sensei, bola yang tadi di-receive Asahi dibiarkan jatuh di petak lapangan begitu saja.

"Seijoh meminta kita latih tanding dengan mereka pekan depan." Gumaman rendah merebak di udara begitu mendengar pesan yang disampaikan Takeda. Kageyama menggertakkan gigi dan mengepalkan tangan kuat-kuat. "Seijoh... Aku akan menggulingkan Oikawa-san kali ini...." Kageyama menggeram, penuh dendam dan semangat berapi-api.

"Sang Raja bersemangat sekali ingin menjatuhkan kapten tim Seijoh, ya. Padahal meneruskan statusnya sebagai kapten Kitagawa Daiichi saja gagal total." Jangan tanyakan bagaimana perasaan Kageyama mendengar ucapan pedas dari mulut pemuda pirang berkacamata setinggi 188 cm itu. 

"HAH ?! KITA AKAN LATIH TANDING DENGAN SEIJOH ?! PEKAN DEPAN ?!" Si Matahari Karasuno yang sedang menyembunyikan statusnya sebagai ayah mendadak heboh. "Kalau mau latih tanding dengan Seijoh, berarti jadwal latihan kita semakin padat, dong ? Kasihan betul duo setter-middle blocker gila itu. Waktu belajarnya jadi berkurang sehingga tidak bisa memperbaiki nilai ujian mereka." Tsukishima terkekeh. "Heh, kau bilang apa ?!" Hinata tak terima.

"Sudahlah Tsukishima Kei, jangan menyinggung nilai ujian mereka terus. Ini kita sedang membahas latih tanding dengan Seijoh." Ujar Sugawara, lembut. "Pekan depan, tepatnya hari apa ?" Ennoshita angkat bicara. "Hari Selasa." Hinata menghitung hari. Sekarang hari Rabu, artinya... oke, dirinya tidak perlu terlalu cemas. Maksudnya, Hinata tidak perlu mencemaskan hal lain selain.... anaknya di perut Yachi.

Benar, sedari tadi setiap kali waktu istirahat, Hinata berkali-kali memandangi Yachi. Dalam diam, tanpa suara, mereka berkomunikasi melalui tatapan mata yang penuh arti.  Seperti ada ikatan batin yang kuat dalam getaran cinta mereka, sehingga melalui tatapan mata saja mereka bisa berkomunikasi.

Sho Kun... Sampai kapan ? Sampai kapan harus di semubunyikan ? Bagaimana jika ketahuan ?

Tenanglah, Hitoka... Tenang... aku sedang memikirkan solusi terbaik. Tugasmu hanyalah sembunyikan. Sisanya, biar aku yang pikirkan, tenang....

Yachi tahu, Hinata berusaha menenangkan dirinya padahal Hinata sendiri cemas. Hinata selalu saja berkata, "Sembunyikan, sembunyikan, sembunyikan dulu". Tapi, mau sampai kapan ? Mau sampai kapan mereka menyembunyikan semua ini ? Jika tidak mau terlalu lama disembunyikan, maka mereka harus mengaku. Namun, mereka juga belum siap melihat kekecewaan orangtua dan teman-teman mereka. 

Hanya ada dua pilihan, yakni 'sembunyikan' atau 'mengaku'.  Keduanya bukan ide bagus, dan hasilnya sama saja karena mau disembunyikan pun, cepat atau lambat pasti perut Yachi akan membesar dan tidak bisa disembunyikan lagi.

Yachi termenung. Tidak seperti biasanya, dirinya tidak antusias mengamati Hinata yang meng-spike dan melompat di lapangan. Matanya menerawang kosong, pikirannya melayang pada kedua pilihan berat yakni sembunyikan atau mengaku.

"Hitoka-Chan, skornya." Shimizu menegur. "Eh, haik !" Seketika saja Yachi terbuyarkan dari lamunannya. Dia membalikkan kertas angka yang menunjukkan skor kedua tim. Yachi menatap ayah dari bayi di dalam perutnya yang seperti biasa menggunakan jurus lompatan andalannya. Yachi tidak tahu ini hanya perasaannya saja atau memang fakta bahwa, meskipun Hinata masih ceria dan bersemangat latihan voli seperti biasanya, namun Hinata berubah. Entah apa yang berubah, tapi jelas Hinata berubah tak seperti dulu lagi semenjak mengetahui kehamilan Yachi.

"Yachi San, sepertinya kau perlu mengganti jaket tim, bukan ?" Yachi tidak mengerti maksud pertanyaan Shimizu. "Eh ? Apa maksud Shimizu senpai ??" Yachi kebingungan. "Maaf, bukan bermaksud menyakitimu, tapi... sepertinya perutmu membesar. Maksudku, mungkin untuk menutupinya, aku bisa meminjamkanmu jaket lamaku yang lebih longgar..." Yachi terdiam. 

Young Love {COMPLETE}Where stories live. Discover now