Chapter 45

7.1K 856 176
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Gadis berambut pendek datang memasuki ruangan 21 dengan gontai. Seolah tidak di kejar waktu ia berjalan sesantai mungkin. Tanpa mencari bangku  satu per satu ia sudah tahu bahwa posisi duduk nya ada di kursi paling belakang.

Sea? - ucapnya dalam hati terkejut ketika seseorang yang ada di sebelah bangkunya adalah Sea.

Gadis itu tampak sibuk membolak-balikkan lembar buku padahal yang Alta lihat gadis itu tidak fokus dalam belajar. Alta sudah mengenal Sea sejak lama, bahkan ketika Sea diam pun Alta tahu jawabannya.

Tanpa berpikir panjang Alta segera duduk di mana bangkunya berada. Tidak memikirkan Sea sebab ia pun harus belajar.

Merasa ada seseorang yang tidak asing baginya lagi, Sea berhenti membaca buku paket ujian Bahasa Indonesia. Ia berpikir  sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk menoleh. Hanya menoleh saja apa salahnya? Ternyata Alta juga berada di kelas ini. Jika keadaannya masih baik-baik saja mungkin kelas ini akan menggema sebab jeritan dari Alta dan Sea yang amat bahagia mendapatkan kelas yang sama apalagi bangku yang bersandingan. Namun, kali ini rasanya lain dari biasanya. Mereka memilih saling diam  bahkan untuk bertatap mata pun enggan. Sea benci perasaan ini, sebenci apapun Sea pada Alta akan tetapi masih tinggal rasa sayang Sea kepada Alta sebagai sahabatnya.

"Baiklah anak-anak, keluarkan alat tulis kalian sementara yang lainnya harap kumpulkan di depan kelas!" instruksi dari Ibu guru memang tidak bisa di bantah.

Para siswa mengumpulkan semua tasnya di depan kelas. Begitupun dengan Sea yang beranjak dari duduknya, tetapi pandangan Sea teralih fokusnya pada Alta yang sibuk menggeledah isi tasnya. Ia terlihat kalang kabut, entah mencari apa.

"Ayo anak-anak, disiplin waktu!" teriak Ibu guru lagi semakin membuat gerakan Alta lebih cepat.

"Nyari apa?" tanya Sea tidak tahan lagi melihat Alta yang tampak keresahan.

Ia menangkap Sea yang ternyata menatapnya, "Pensil." Jawabnya singkat.

Sea pun mengeluarkan salah satu pensil yang telah runcing dari kotaknya. Kemudian, menyodorkan pada Alta.

"Nih, pakai punya gue!" ucapnya.

Alta menatap pensil yang Sea sodorkan padanya lumayan lama. Membuat Sea berdecak sebal akibat ulahnya.

"Ayo buruan ntar kena marah," kata Sea lagi.

Alta menerima pensil itu, "Makasih ya."

"Gue benci kata makasih dari sahabat!" protes Sea tidak terima ketika mulut Alta mengucap kata terima kasih pada Sea yang menurutnya tidak perlu.

"Tapi kan gue udah bukan sahabat lo," ujar Alta pula menimpali.

Sea menghempaskan nafasnya kesal, bola matanya berotasi. "Lo tetap sahabat gue!" ucap Sea terdengar mutlak.

"Itu yang di belakang, kok malah sidang isbat sih!" teriak Ibu guru pula.

Sea merasa terkejut pun kemudian beranjak menyusun tas nya di depan kelas. Alta pun demikian, meskipun perasaanya saat ini lebih hangat seperti biasanya. Seseorang yang hilang  dalam hatinya kini  seolah datang melengkapi jiwanya.

SYALAND! [END]Where stories live. Discover now