Chapter 32

7.7K 891 243
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari


-oOo-

Langkah tergesa-gesanya terhenti, Aland hendak pulang ke rumah untuk menemui Daddy dan menanyakan di mana Meza berada. Tetapi, rencananya tidak ia lanjutkan sebab melihat Daddy berjalan melewati tengah lapangan bersama gadis dengan langkah tunduk di belakang Daddy.

Bisa dipastikan bahwa gadis itu adalah Meza. Badannya terbalut jaket hitam lantas mengeratkan bagian perutnya. Tanpa pikir panjang, Aland segera menghampirinya.

Katakan bahwa Aland bodoh, tapi naluri Aland berkata bahwa tindakannya adalah benar mutlak. Jangan lupakan bahwa Aland adalah anak seorang Zio Agraham, tentu sifat keras kepalanya melebihi dosis takaran manusia layaknya.

"Dad!" seru Aland berhenti di hadapan Agra.

Mau tidak mau langkah Agra pun terhenti, memasukkan kedua tangan di saku celananya. Aland sendiri heran mengapa pergelangan tangan Daddy nya hanya berbalut plaster  tanpa perban, mungkin ini yang orang-orang bicarakan tentang Daddy. Bahwa Daddy seperti monster yang cepat pulih.

Agra mengalihkan pandangannya, membuat jambulnya sedikit bergerak turun.

"Daddy mau bawa Meza kemana?" tanya Aland.

Agra berdeham, "Aland tidak usah ikut campur, minggir Daddy mau lewat!" perintahnya.

Aland tidak menggeser tubuhnya, ia tetap kekeh pada pendiriannya. Sebelum kemauannya terkabul saat itu juga.

"Dad, please Aland mohon jangan libatkan Meza dalam masalah ini."

Agra mengepalkan tangan kanannya kemudian meninju dada Aland bagian kiri secara pelan, tidak kasar bahkan Aland tidak terhuyung sama sekali.

"Sudah Daddy katakan minggir, pelacur kecil ini perlu sedikit pelajaran."

"Dad, Aland minta cukup Alexa dan om Arka yang mendapat hukuman. Meza jangan!" bujuk Aland lagi. Ia harus menyelamatkan nyawa Meza.

"Aland minggir."

Terkejut bukan kepalang, ketika Aland menyatukan kedua telapak tangan dengan raut memohon di hadapan Agra. Sejak kapan Aland menjadi keras kepala? Pikir Agra.

"Daddy, satu kali ini Aland mohon kabulin permintaan Aland!" pintanya.

"ALAND MINGGIR DADDY BILANG!" teriakan itu cukup keras hingga membuat para siswa dan siswi yang mendengarnya sontak mengarahkan pandangan pada tengah lapangan.

Mereka hanya berani berdiam diri di tempat, untuk mendekat dan mengerubungi perlu nyali yang besar. Bagaimana tidak? Seorang Zio Agraham, pemilik sekolah yang tidak diragukan lagi kehebatannya.

Hanya saja yang membuat mereka bingung, adalah Aland yang berdiri di hadapan Agra seolah menghambat perjalanan. Ada apa di antara Agra dan Aland sebenarnya?

Seperti robot, Meli ikut menghentikan langkahnya ketika Sea berdiri di bibir lapangan. Memandang interaksi antara Aland dan Agra yang begitu mengejutkan, jangan lupakan bahwa gadis di belakang Agra yang hanya menundukkan kepala. Sinar matahari mungkin menyilaukan hingga ia takut wajah halusnya terpapar sinar mentari.

SYALAND! [END]Where stories live. Discover now