Chapter 4

15.1K 1.3K 167
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Aland berjalan masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan motornya dengan sempurna di garasi. Ia melihat mobil milik daddy sudah ada di rumah, apakah panutannya itu sudah pulang? Tumben sekali daddy pulang secepat ini, biasanya beliau pulang hampir petang atau bahkan beberapa menit sebelum makan malam. Aland melihat jam di pergelangan tangannya, pukul 17.05.

Semua pertanyaannya terjawab saat ia menginjakkan kaki di ruang televisi. Melihat daddy dan bunda tengah duduk bersama sambil menonton sinetron.

"Aland, sepatunya lepas dulu!" perintah Zara melihat Aland merebahkan diri di sofa dengan sepatu yang masih melekat di kakinya.

"Nanti, Bun."

"Jam segini baru pulang? Ada tugas?" tanya Zara.

"Tadi nganterin pacar dulu, Bun." Jawabnya santai, sembari terus memainkan ponselnya.

"Pacar yang ke berapa?"

Aland menghembuskan nafasnya berat, mengalihkan tatapannya ke arah Zara. "Bun, Aland jujur nih ya. Aland itu cuman ada satu pacar, persepsi Bunda tentang Aland playboy itu salah. Aland berhenti playboy karna Aland nurut nasihat Bunda."

Zara hampir tertawa mendengar anaknya seolah tengah curhat padanya. Apakah Zara berlebihan selama ini? Menganggap anaknya selalu bermain wanita. Tapi, Zara hanya tidak ingin anaknya salah jalan.

"Mantap! Siapa namanya?" tanya Agra.

Raut Aland berubah seketika menanggapi Agra. Wajah itu selalu berseri ketika menatap daddy nya. Kadang Zara cemburu dengan Aland yang terlihat sangat menyayangi daddy nya.

"Gracia Meza Monica, Dad."

"Boleh dong bawa ke rumah sekali-kali?" Agra menaikturunkan alisnya menggoda.

"Aland belom terlalu mikir jauh, Dad. Emang dulu Daddy bawa Bunda ke rumah juga ya?"

Agra dan Zara saling pandang kemudian terdiam cukup lama. Aland mengerti kecanggungan ini. Ketika Aland bertanya mengenai masalah asmara daddy dan bunda saat sekolah pasti mereka saling pandang lalu diam. Apa yang terjadi sebenarnya dengan masa lalu mereka?

"Ya harus dong, Aland. Daddy dan bunda juga ingin tahu seberapa cantik gadis itu yang beruntung mendapatkanmu."

"Nanti deh, Dad. Aland coba ngomongin ini ke Meza," tuturnya.

"Kalau dia belum siap jangan di paksa, bunda tahu rasanya takut di tolak oleh orang tua dari seorang pacar. Bilang saja sama dia bahwa bunda dan daddy menerima dia selama Aland bahagia dengan pilihannya." Zara selalu saja bisa membuat keraguan Aland menjadi musnah seketika.

Aland jadi salah tingkah. Ia mengambil satu potong kue di atas meja menggunakan tangan kiri. Akibatnya, ia mendapatkan lemparan sebuah bantal yang tepat mengenai perutnya. Bundanya selalu pandai melempar.

"Kalau ambil makanan pakai tangan kananmu selagi ada!" ancam Zara dengan lirikan mata yang mematikan.

Aland hanya menunjukkan cengirnya. Zara menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang semakin beranjak dewasa.

SYALAND! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang