Chapter 44

6.1K 800 115
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

Sudah hampir setengah jam Meza ditemani kesunyian. Usai permasalahan antara Maminya dengan kedua orang tua Aland, akhirnya kedua belah pihak memilih jalur perdamaian tanpa ada lagi dendam yang masih tersisa diantaranya. Meza merasa sangat berhutang budi pada keluarga Aland terutama pada Aland dan Tante Zara yang memiliki kerendahan hati sehingga memaafkan kekhilafan yang dilakukan oleh Mami. Segala keterkaitan Meza dan Aland akan segera usai setelah ini. Akhir yang amat tragis ketika mimpi yang dulu ia bangun bersama Aland kini hanya sekedar puing-puing harapan yang tidak terkabulkan.

Meza tersenyum kecut, rasanya dunia tidak ingin melihat Aland menjadi milik Meza.

"Meza," mendengar namanya disebut, membuat Meza mengalihkan fokusnya pada seseorang yang berdiri di sampingnya.

"Eh kenapa, Ta?"

Alta tersenyum seadanya, kemudian duduk di samping Meza yang masih kosong. Di tatapnya gadis rambut sebahu di sampingnya yang menatap lurus ke arah lapangan yang terik. Helaan napas terdengar, sepertinya ia tengah di landa masalah.

"Btw, janin lo itu--" hendak mengawali percakapan, namun di potong oleh Meza.

"Gue keguguran dan janin yang kemarin bukan janin Aland!" tegas Meza. Ia sudah tidak ingin lagi Aland terlibat dalam masalahnya, berharap Alta menjelaskan kepada sahabatnya, Sea. Sampai saat ini Sea salah paham dengan janin yang Meza kandung kemarin membuat Meza merasa sangat bersalah kepada Sea. Pasti sampai kini Sea merasakan sakit hati sebab yang Sea ketahui bahwa pacarnya sendiri menghamili orang lain.

"Gue udah tahu," ucapnya.

Alis Meza hampir saja menyatu, jika Alta tahu mengapa Sea masih salah paham? Apakah Alta tidak menjelaskan yang kepada Sea?

"Terus kenapa lo nggak kasih tahu Sea?"

Alta diam, membuat jiwa keingintahuan Meza semakin meledak-ledak. Kepalanya menunduk, aura aneh kini Meza rasakan.

"Rasanya di sayang sama Aland gimana sih, Za?" tanyanya dengan posisi kepala yang tidak berubah, sama sekali tidak menatap Meza.

Tentu saja Meza dibuat bingung oleh pertanyaan yang tidak masuk akal dari Alta. Apa pentingnya buat Alta?

"Hm?" entah terkejut atau apa, Meza hanya bisa merespon demikian. Membuat Alta mengangkat kepalanya kemudian menggeleng.

"Gimana ceritanya lo bisa kenal Aland?"

"Kenapa tanya gitu?"

Alta menghembuskan nafasnya, "Gue cuma mau tahu doang kok, kalo nggak mau cerita juga nggak apa-apa."

"Saat masa orientasi siswa," jawab Meza singkat.

Gadis yang berada di sampingnya itu masih terdiam menunggu kelanjutan cerita dari mulut Meza. Cerita tumpang yang belum menjawab seluruh pertanyaan di benak Alta. Untuk porsi mencintai, sepertinya Meza mencintai Aland melebihi dirinya sendiri. Pasti kehadiran Aland sudah meraja di hatinya.

"Kita dipasang-pasangkan oleh senior saat masa orientasi siswa. Awalnya kita masing-masing membenci karena sangat mengganggu namun lambat laun kita menjadi temen deket. Gue kira perasaan gue waktu itu cuma sebatas sahabat namun gue selalu sakit hati liat Aland jadian sama orang lain silih berganti hingga gue bener-bener capek dan gue tanya ke Aland sebenarnya hubungan kita berdua ini apa dan Aland menjawab bahwa kita berdua resmi pacaran. Suatu hal yang sangat membahagiakan sebab, apa yang gue harapkan akhirnya terkabulkan. Gue sayang Aland, dia lelaki pertama yang gue kenal sebagai lelaki bertanggung jawab, baik hati dan berusaha membuat orang lain bahagia. Gue nggak tahu kenapa bisa sesayang ini sama Aland. Satu hal yang perlu lo tahu, selama gue pacaran sama Aland gue di buat cemburu oleh Sea yang selalu berhasil menarik perhatian Aland. Gue pacar Aland, namun Sea yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan Aland. Itu adalah hal yang sangat tidak adil, bagi gue."

SYALAND! [END]Where stories live. Discover now