Chapter 10

11.2K 1.1K 181
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

"Sayang, aku pulang!" seru Agra membuka pintu kamar. Melihat sang istri tengah melihat-lihat jadwal pemotretan untuk majalah terbarunya.

Seperti biasa, ia segera berdiri kemudian membantu suami melepas pakaiannya. Dengan senyum yang selalu Agra lihat sepanjang hari. Senyum yang menjadi candunya, senyum yang selama ini setia menemani. Agra menyukai senyum itu, senyum itu ibarat sumber kehidupan Agra.

"Apa pekerjaan mu terlalu banyak? Ini sudah hampir pukul sepuluh malam."

Agra terkekeh dan mengangguk, mengusap kepala istrinya dengan sayang.

"Aku akan membuka cabang perusahaan di luar Jawa dan Wiliam menyarankan di Bali. Bagaimana menurutmu?" tanya Agra.

"Wiliam masih menjadi sekertaris mu?" Zara kembali bertanya.

"Iya lah, mau sampai kapanpun dia sekertaris terhebat sepanjang masa. Oh iya, bagaimana menurutmu jika aku membuka cabang di Bali?"

Zara hanya mengangguk dua kali, "ide bagus karna banyak turis juga yang berkunjung ke Bali."

Agra mencium bibir Zara sekilas, "kamu memang istri terhebat."

Jika aku yang terhebat, lantas kenapa kamu mencari yang lain? - kata Zara dalam hati.

"Oh iya rencananya lusa aku akan pergi ke sana untuk survei lahan yang cocok, tidak bisa asal-asalan karna aku rasa jika sasaran tepat bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Lumayan, bisa membanggakan mendiang ayah jika perusahaannya sukses besar." Celotehnya, membuat Zara teringat akan almarhum Ayah Mahendra yang dahulu membimbing Agra dari awal hingga sukses sekarang.

Jika saja beliau tidak di serang penyakit jantung maka ia akan melihat anaknya menjadi hebat, Agra yang memimpin perusahaannya. Oki, adik pertama Agra yang menjadi dokter gigi serta Al yang merupakan adik terakhir Agra masih kuliah di Universitas Indonesia mengambil jurusan Administrasi bisnis, entahlah anak itu tidak memikirkan menikah dan lebih memilih melanjutkan S2. Berbeda dengan Lisa, adik Zara satu-satunya yang sudah memiliki suami yang berprofesi menjadi pemilik toko roti.

Sedangkan Ibu Hanin, ibu kandung Agra masih sehat walaupun tidak bisa berpergian jauh-jauh karna tulangnya yang mulai keropos. Hingga, Almarhumah Ibu Nuri yang selalu terkenang di hati Zara. Ibu terhebat yang pernah ada, Ibu yang tidak pernah kasar dan selalu menyayangi anak-anaknya. Zara merindukan sosok itu, sosok yang telah melahirkannya untuk melihat isi dunia. Di mana ketika ia di peluk oleh Ibu. Ingatannya terus mengalir hingga saat ia memeluk tubuh tak bernyawa milik Ibu, tubuh yang di idap penyakit sialan itu. Penyakit yang mustahil untuk bertahan, kanker hati.

"Lusa?" tanya Zara sepotong kata.

"Iya, aku akan segera pulang secepatnya dua hari. Tergantung bagaimana keadaan nanti, jangan khawatir aku akan meneleponmu ketika sedang senggang."

Zara melebarkan senyumnya, mengusap pipi kiri Agra dengan penuh kasih sayang. Memberikan kehangatan bagi Agra yang selalu menyukai segala bentuk sentuhan dari Zara.

"Baiklah, ganti pakaianmu lalu tidur! Sudah malam, kamu perlu istirahat." Titah Zara, bak remote control bagi Agra. Pria itu menuruti perkataan istrinya.

SYALAND! [END]Where stories live. Discover now