Chapter 28

10.7K 880 180
                                    

Vote dan Komentar ya!
Follow noventyratnasari

-oOo-

"Kalo emang belum mendingan, ke rumah sakit aja yuk? Aku anterin."

Suara wanita di ponsel Aland yang menempel pada daun telinganya,ia berdecak sebal. Padahal di sini Aland lah yang lelah membujuknya untuk pergi periksa ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan gadisnya, bagi Aland tidak berangkat dua hari itu sama saja dua abad.

Aland merindukan Sea, tidak biasanya Sea absen sekolah sampai dua hari. Mengingat Sea sangat giat berangkat sekolah, berbeda dengan Aland yang dulu sering sekali membolos.

'Aku udah periksa ke dokter, cuma gejala tifus. Kamu nggak usah khawatir, Aland.'

Mata Aland bergulir, beberapa teman kelasnya sudah beranjak pergi menuju ke lapangan. Sebab, hari ini adalah perlajaran penjas. Pelajaran yang menjadi sebuah ajang mempamerkan kekuatan otot lengannya di depan para siswi Sma Mahapa.

"Yaudah, kamu istirahat yang banyak, makan empat sehat Aland sempurna. Aku mau olahraga dulu, see you Seayang!"

Aland menutup sambungan telponnya, meninggalkan Sea yang di seberang sana merasa mual dengan perkataan Aland. Tapi, tidak menampik bahwa perkataan Aland mampu menyihir suasana menjadi sedikit berwarna.

Aland bergegas menuju lapangan, telat satu menit saja guru dengan kumis tebal itu akan menghukum keliling lapangan. Kalau keliling kota bersama Sea menikmati suasana senja sih Aland mau saja.

"Selamat pagi, anak-anak!" seru Pak Zulkidin.

"Pagiii, Pak!" jawab anak murid kelas 12 Ipa 2 dengan serentak dan suara yang lantang.

"Siapa yang tidak berangkat hari ini?" Pak Zulkidin melihat daftar absen di tangannya.

"Ulvi Sea Negara, Pak!" ucap beberapa siswa menjawab.

Seperti tengah mengingat sesuatu, mata Pak Zulkidin ke arah langit. Kemudian beberapa saat kemudian ia mengangguk paham, "Oalah pacar saya itu to?" tanyanya.

Aland yang sibuk membenarkan celananya, pun melotot mendengar pengakuan tidak lazim dari Pak Zulkidin. Bahkan beberapa teman kelasnya malah tertawa mendengar gurauan Pak Zulkidin, bagi Aland tidak lucu.

Aland hendak berjalan maju untuk menghampiri Pak Zulkidin, tangannya sangat gatal untuk menarik kerahnya dan melayangkan pukulan mautnya di rahangnya atau hidungnya yang seperti jambu air.

Rizal menahannya, memasang tangan di depan dada Aland yang memutar bola matanya.

"Pak, itu pacar saya!" celetuk Aland.

Pak Zulkidin mendengar bahkan sangat mendengarnya, namun beliau tidak menghiraukan sama sekali. Perasaan menggebu-gebu seperti Aland pantasnya diabaikan agar rasa kesalnya semakin menjadi.

Alta menoleh ke arah Aland, terlihat secara nyata bagaimana Aland membanggakan Sea yang merupakan pacarnya. Meli melirik, megikuti arah mata Alta tertuju. Seperti yang ia duga, Aland.

"Baiklah, silahkan lakukan pemanasan. Setelah selesai kalian bebas olahraga apa saja, asalkan tidak ada yang santai!" Pak Zulkidin pergi.

Beberapa orang bersorak ria sebab tidak diawasi, namun beberapa bagian orang merasa kesal karena sudah beberapa kali pertemuan selalu saja diabaikan dan tidak diberi contoh melakukan gerakan olahraga yang baik dan benar.

Semuanya melakukan pemanasan dengan benar. Sebab, masing-masing dari mereka tahu efek yang akan dialami ketika tidak melakukan pemanasan dengan benar. Semua olahraga harus diawali dengan pemanasan.

SYALAND! [END]Where stories live. Discover now