Bagian 57

16.1K 3.4K 1.6K
                                    

Timmy, Elgi dan bocah laki-laki lainnya selesai bermain saat adzan Maghrib berkumandang. Penampilan mereka tampak kumal. Terlebih Timmy. Gadis itu langsung membersihkan diri di toilet. Untungnya, Timmy sempat membawa baju tidur berlengan panjang. Hijab yang ia kenakan tadi, kini sudah basah oleh keringat. Timmy akhirnya meminjam hijab milik Eva.

Timmy, Eva dan Elgi bersiap-siap hendak sholat berjamaah di ruang tamu. Elga yang baru keluar dari kamar, malah melenggang pergi begitu saja. Saat Timmy hendak memanggil lelaki itu, Eva menahannya. Alhasil, Elga kini sudah berada di luar rumah.

"Mendiang Ayahnya Elga dulu meninggal ketika sujud saat sholat. Semenjak itu, dia tak pernah mau melaksanakan sholat lima waktu. Ibu sudah capek mengingatkan anak itu," ucap Eva.

Timmy bungkam. Satu hal yang baru ia sadari. Ternyata Elga bukanlah putra dari Harrel.

"Ayo kita mulai sholatnya," lanjut Eva. Timmy dan Elgi juga sudah berbaris di shaf masing-masing.

***

Kegiatan malam Timmy kali ini tampak berkesan. Selesai menjalankan ibadah sholat Maghrib tadi, Eva dan Elgi mengajaknya untuk mengaji bersama. Ketika di rumah, Timmy sangat jarang membuka Al-Qur'an. Ia hanya melaksanakan sholat lima waktu, itu saja. Timmy juga mendengarkan Eva yang menceritakan kisah-kisah sahabat nabi pada mereka. Timmy menyesal, kenapa dia tak pernah mengetahui sejarah Islam dari dulu?

Hingga adzan Isya berkumandang, mereka akhirnya menjalankan sholat berjamaah kembali, tanpa Elga. Selepas itu, mereka lantas menyantap makan malam. Kali ini, Elga juga ikut bersama mereka.

Mereka duduk beralaskan karpet tipis di atas lantai. Tak ada meja makan di sini. Tak ada sendok ataupun garpu. Mereka makan menggunakan tangan. Dan menunya pun sangat sederhana. Semua yang tersedia di sini, jelas jauh berbeda dengan kehidupan asli Timmy di rumahnya, saat bersama Vano dan Rea. Namun Timmy berusaha untuk membiasakan diri.

Selesai makan, saat Eva dan Elgi sibuk di dapur, Timmy merogoh ranselnya. Saat ini, tubuhnya terasa letih luar biasa. Beberapa bagian tubuhnya juga terasa sakit. Namun setelah menggeledah ranselnya, benda itu tak ia temukan. Botol obatnya ... hilang. Timmy mengembuskan napas pasrah. Ia bersandar pada dinding kayu. Sepertinya, dia harus pulang ke kota secepatnya. Manik matanya menangkap sosok Elga yang sedang duduk di pelataran rumah.

Timmy beralih untuk melangkah keluar, menyusul Elga. Lelaki itu sibuk menatap langit malam. Ketika Timmy menatap ke atas, ia terpaku. Timmy dapat melihat bulan purnama dengan jelas. Bibirnya mengulas senyum terpukau. Timmy benar-benar senang menginap di sini!

Ia lantas beralih untuk duduk di tangga kedua, sementara Elga, lebih dulu duduk di anak tangga pertama. Elga sempat tersentak kaget saat gadis itu tiba-tiba muncul. Namun ia hanya bungkam, tanpa mengumpat.

Keduanya sama-sama bungkam, sibuk menatap keindahan langit malam. Terlebih Timmy. Ia tak pernah melihat langit malam yang indah seperti ini di kota.

Elga menatap ke bawah, lebih tepatnya ke arah Timmy. Tentu dia heran. Kenapa gadis itu hanya diam saja sedari tadi? Setelah berulang kali berpikir, akhirnya Elga mengembuskan napasnya lebih dulu, dan mulai bersuara, "Lo udah tau siapa gue yang sebenarnya." Mendengar suara itu, Timmy sontak mendongak, menatapnya. Elga berdehem pelan. "Lo pasti ... mau hina gue."

"Kenapa gue harus hina lo?" jawab Timmy, tanpa pikir panjang.

"Karena-"

Ucapan Elga terpotong begitu saja oleh Timmy, "Gue suka tinggal di sini. Ngomong-ngomong, masakan Ibu enak juga ya." Timmy tidak berbohong. Di sini, ia mendapatkan sebuah ketenangan. Timmy bisa mewujudkan mimpinya. Tempat ini, adalah surga dunia bagi Timmy. Makanan enak, tempat tinggal yang sejuk secara alami, langit-langit malam yang indah, permainan tradisional, serta ... teman bermain yang tulus. Timmy senang bermain dengan bocah-bocah itu. Terlebih dengan Elgi, si bocah perempuan yang tak pernah menghujatnya seperti yang gadis-gadis kota lakukan padanya. Atau mungkin, karena Elgi masih anak-anak? Tapi Timmy tak peduli.

Tiga [Sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora