Bagian 6

33.6K 4.4K 503
                                    

Hari ini, Timmy pulang lebih lambat karena kegiatan ekskul mulai dilaksanakan. Ia tidak bisa masuk ekskul futsal seperti Diga. Pembina ekskul melarang keras, karena ekskul futsal diperuntukkan khusus laki-laki saja.

Sementara Sean, lelaki itu memilih masuk English Club. Kumpulan orang-orang yang berotak cerdas. Apalah daya Timmy yang berpengetahuan minim. Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kepintaran, hanya saja, di English Club ini sama halnya seperti belajar. Berkaitan dengan pelajaran dan mungkin akan diberikan soal juga untuk mengasah pengetahuan. Timmy angkat tangan, menyerah!

Tidak ada ekskul yang tepat untuk seorang Timmy, si gadis yang suka berlari. Sebagai gantinya, gadis itu memilih untuk masuk ekskul Pramuka. Persetan dengan kulit hitam mengkilap. Timmy mana peduli. Intinya dia sudah menjadi anggota ekskul. Itu saja.

Ekskul Pramuka telah selesai. Gadis itu berjalan di sepanjang koridor hendak menemui Diga di lapangan.

Dari jarak jauh, Timmy dapat melihat dengan jelas bahwa anggota tim futsal masih sibuk latihan. Diga pasti pulang lebih lama.

Timmy beralih menuju parkiran, berniat menunggu Diga dan Sean di sana. Namun, ia teringat satu hal. Dia belum sholat Ashar!

Timmy ragu, hendak langsung pulang saja, atau kembali masuk ke sekolah untuk melaksanakan sholat di Mushola?

Gadis itu bergeming. Otaknya sedang berpikir.

"Timmy?" Seseorang memanggilnya. Timmy langsung berbalik badan. Itu Sean!

Tapi, lelaki itu tidak sendiri. Dia bersama ... Dinda.

"Nungguin Diga?" tanyanya.

"Eh, Satu ... Tadinya sih mau nungguin Dua. Tapi gak jadi deh. Tiga pulang bareng Satu aja," jawab Timmy. Meskipun mereka mempunyai kendaraan masing-masing, tetap saja Timmy tidak terbiasa jika berkendara sendirian.

"Enggak! Sean pulang bareng gue!" Dinda berucap dengan nada sedikit membentak. Gadis itu menatap Timmy tajam. Mereka saling bertatapan beberapa saat sebelum akhirnya, Sean kembali bersuara.

"Gue udah janji mau nemenin Dinda beli kamera. Lo mau ikut juga?"

Timmy ingin mengangguk, namun saat melihat tatapan mengancam dari Dinda, gadis itu dengan cepat menggeleng.

"Satu pulang sama Dinda aja. Tiga nungguin Dua aja kalau gitu," ucap Timmy akhirnya.

"Yakin?" tanya Sean, memastikan.

Timmy mengangguk, sembari tersenyum. Tangan Sean bergerak mengacak rambut gadis itu sebentar, lantas kembali melangkah.

Untuk kali ini, Timmy akan mengalah. Lagipula Dinda lebih membutuhkan Sean. Meskipun Sean adalah sepupunya, Timmy tidak bisa terus-menerus membuntuti lelaki itu.

Melihat kepergian Sean dan Dinda, senyum Timmy memudar. Tidak ada pilihan lain! Dia harus kembali masuk ke sekolah untuk melaksanakan sholat Ashar!

***

Diga duduk di tepi lapangan. Seragam bagian belakangnya kini telah basah karena keringat. Lelaki itu menatap sekeliling. Sekolah tampak sepi. Apa hanya anggota ekskulnya saja yang belum pulang?

Ia meneguk air mineral yang entah milik siapa, hingga kandas. Tangannya bergerak membuka setiap tautan buah bajunya, hingga seragam sekolahnya terbelah sempurna. Tenang. Diga memakai baju dalam berwarna hitam. Dia hanya kepanasan karena baru selesai latihan futsal saja.

Lelaki itu menyambar ranselnya, lantas melangkah menuju parkiran.

Kosong.

Tidak ada motor sport milik Sean dan sepeda listrik milik Timmy. Apa mereka sudah pulang?

Tiga [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now