Bagian 16

30.3K 4.1K 1.1K
                                    

Timmy terbangun di pukul 2 dini hari. Semua orang di tendanya sudah terlelap. Timmy kembali menutup matanya, namun tidak bisa. Gadis itu merubah posisinya menjadi duduk.

Bagaimana mungkin dia bisa melanjutkan tidurnya dengan tenang jika sedang menahan buang air kecil seperti ini?

Tanpa pikir panjang, Timmy merogoh ranselnya lantas mengambil sebuah senter dari sana. Gadis itu segera keluar dari tendanya.

Lima belas menit berlalu, Timmy telah keluar dari toilet. Jarak toilet ke lapangan sekolah memang tidak terlalu jauh. Namun karena minimnya pencahayaan, langkah Timmy jadi melambat, dan hati-hati. Jangan sampai dia terjatuh di tengah malam seperti ini. Ia bahkan mengarahkan cahaya senternya ke bawah.

Ketika Timmy mendongak, matanya sontak terbelalak. Ia menghentikan langkahnya secara mendadak. Bagaimana tidak? Di depannya kini, terpampang sebuah penampakan serba hitam. Refleks, Timmy mengarahkan senternya ke depan. Namun, bayangan hitam itu melesat pergi saat terkena cahaya.

Tidak! Penampakan itu sepertinya bukan bayangan hantu. Timmy dapat melihat kaki orang itu masih menapak pada lantai. Itu artinya, orang tadi adalah manusia. Dengan berbalut pakaian serba hitam, Timmy jadi curiga, apakah orang itu adalah maling?

Timmy melangkah cepat. Orang berpakaian serba hitam itu kini berjalan di sekitar koridor.

Penasaran, Timmy pun mengikutinya. Suasana sekolah tampak benar-benar sepi. Semua orang terlelap di tendanya masing-masing. Hanya Timmy dan si maling itu saja yang masih terjaga hingga saat ini.

Setibanya di koridor, Timmy kehilangan jejak. Gadis itu menatap sekitarnya lamat-lamat. Jangan-jangan, orang itu malah memasuki kelas untuk melancarkan aksinya. Apa orang itu akan mencuri perabotan kelas? Ah, yang benar saja!

Tepat di ujung koridor, Timmy melihat orang itu berbelok menuju tangga lantai dua. Dengan cepat, Timmy kembali menyusulnya.

Timmy kini telah berada di lantai dua. Sekali lagi, dia kehilangan jejak orang itu. Sialan!

Merasa kesal karena dipermainkan, Timmy berniat untuk kembali ke tendanya saja. Persetan dengan orang berpakaian serba hitam itu! Siapa tahu dia memang bukan manusia atau maling, melainkan hantu. Bisa jadi kan? Lagipula ini tengah malam. Ya ... Timmy memang sesantai itu.

Timmy memantapkan langkahnya untuk menuruni tangga. Namun, saat baru beberapa langkah, sebuah suara benda jatuh mengalihkan perhatiannya. Timmy kembali menaiki tangga, dan benar saja. Terdapat sebuah pot bunga yang sudah hancur tepat di hadapan tangga menuju lantai tiga.

Aneh. Letak pot bunga itu biasanya di atas lantai. Tapi, kenapa sekarang pot bunga itu malah hancur? Sepertinya seseorang sengaja mengempaskannya.

Timmy mendongak, dan tepat di ujung tangga lantai tiga, orang berpakaian serba hitam itu ada di sana! Orang itu berjalan masuk ke lantai tiga, tapi tunggu!

Tunggu dulu!

Kenapa orang itu bisa memasuki lantai tiga dengan mudah? Padahal jelas-jelas ada pintu teralis besi sebagai penghalangnya.

Lagipula, tadi Lala bilang bahwa pintu teralis itu digembok.

Apa-apaan ini?

Timmy tidak suka dibuat penasaran!

Dengan modal nekat, dan rasa penasaran yang menggebu, Timmy akhirnya menaiki tangga itu. Ia berhenti tepat di hadapan pintu teralis besi. Di sana terdapat sebuah gembok. Timmy mendekatkan cahaya senternya pada gembok itu. Ternyata tidak terkunci! Pantas saja. Timmy langsung memutar handle-nya. Teralis besi itu terbuka sempurna. Timmy kini telah berada di lantai tiga seutuhnya.

Tiga [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang