Bagian 43

18.2K 3.4K 1.5K
                                    

Timmy sudah mengganti seragam sekolahnya dengan seragam futsal khas SMA Purnama. Suatu kebanggaan baginya bisa mengenakan seragam futsal sekolah, plus ikut serta menjadi perwakilan sekolahnya untuk bertanding. Impiannya sudah terwujud. Dan sekarang, dia ingin memenangkan pertandingan ini demi temannya, Diga. Dan juga agar terlepas dari misteri teka-teki si Tanda Seru itu.

Elga menyuruhnya keluar kelas di menit ke-15 sebelum bel istirahat tadi. Dan Timmy benar-benar melakukannya. Ia tak perlu memakai wig. Karena identitasnya sebagai perempuan sudah diketahui oleh yang lainnya.

Sebelum bertanding, Timmy dan anggota lainnya melaksanakan pemanasan lebih dulu. Ternyata, guru pembimbing ekskul futsal, Pak Arka, ikut hadir hari ini. Beliau sempat terkejut saat melihat Timmy. Bagaimana mungkin ada anak perempuan yang ikut serta dalam ekskulnya? Elga berusaha meyakinkan gurunya bahwa semua akan baik-baik saja. Meskipun pada akhirnya Pak Arka setuju, namun tetap saja Elga mendapat peringatan keras darinya karena bersikap seenaknya memilih orang lain yang jelas-jelas bukan termasuk anggota tim ekskul.

Setelah melakukan pemanasan, Timmy beralih menatap jendela besar yang mengarah ke parkiran. Biasanya, Timmy pergi ke tempat ini bersama Diga. Namun sekarang, dia sedang bersama orang asing. Ya meskipun orang-orang ini adalah murid SMA Purnama juga, namun tetap saja, Timmy tidak mengenal mereka. Kecuali guru olahraganya dan Elga.

Pak Arka mengatakan bahwa 10 menit lagi, pertandingan akan dimulai. Timmy mulai bergabung dengan timnya. Entah kenapa, Timmy merasa berbeda. Jantungnya berdetak dengan cepat. Hal itu membuat dadanya terasa sedikit sesak. Timmy berusaha untuk berpositif thinking, mungkin itu efek karena dia grogi.

***

Diga mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Segala alasan ia gunakan untuk bisa keluar dari gerbang SMA Purnama. Ini kali pertama ia membolos, demi orang lain. Seseorang yang nantinya akan menjadi calon pacarnya. Mungkin.

Setibanya di turnamen futsal, Diga memarkirkan motornya, dan berlari memasuki tempat itu. Tepat di pintu masuk, dia berhenti dan menatap ke sekeliling. Tatapannya terhenti kala seseorang yang dicarinya, sedang menatapnya pula. Orang itu tampak terkejut. Diga sama sekali tak mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Dia ingin, gadis itu menemuinya!

Dan ya, Timmy tampak meminta izin pada guru olahraganya. Pak Arka jelas membantah. Pertandingan akan dimulai dan Timmy malah seenaknya mengatakan bahwa dia hendak permisi. Mereka tampak berdebat, sebelum akhirnya Timmy bisa keluar menemui Diga.

Baik Timmy maupun Diga sama-sama bungkam. Diga tampak mengatur napasnya yang sedikit memburu karena sehabis berlari dari parkiran tadi.

"Jadi ini alasannya?" Diga mulai berbicara. "Ini alasan, kenapa akhir-akhir ini lo deket sama si bajingan itu?!"

"Dua, lo jangan salah paham. Ini semua-"

Diga dengan cepat memotong ucapan Timmy. "Oke! Sekarang gue minta jawaban dari pertanyaan yang kemarin."

"Yang ... yang mana?" tanya Timmy setelah terdiam selama beberapa detik. Jujur, disaat mendesak seperti ini, Timmy memang sering lupa dengan apapun. Jadi, tolong ingatkan dia ya.

Diga menepuk jidatnya, frustasi. Sudah berapa kali dia mengucapkan kata-kata itu pada gadis ini? "Lo cukup jawab ya atau enggak!"

"Oke."

Diga mengembuskan napasnya lebih dulu. Ini benar-benar menegangkan. "Apa lo mau, jadi pacar gue?"

"WOI!"

Elga bersuara lantang, dan lelaki itu kini berjalan ke arah mereka. Diga yang melihat itu, dengan cepat meraih kedua tangan Timmy, hingga gadis itu kembali menatapnya. "Lo.cukup.jawab.ya.atau.enggak!" ucapnya penuh penekanan.

Tiga [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now