Bagian 20

30.4K 4K 1K
                                    

"Beneran, namanya Empat?" tanya Diga. Timmy mengangguk.

Hari Sabtu pagi, Timmy memutuskan untuk bermain ke rumah Diga, lebih tepatnya ke kamar lelaki itu. Tapi tenang saja, pintu kamar Diga memang sengaja dibuka lebar-lebar. Timmy juga menceritakan perihal kejadian semalam pada lelaki itu.

"Mana ada manusia yang namanya Empat, Tiga!" sangkal lelaki itu. Dan Timmy juga menceritakan perkelahian yang terjadi antara dirinya dengan singa jelek di perpustakaan kemarin.

"Ada. Dia buktinya."

"Nama panjangnya apa? Biar gue cari di Instagram. Kepo juga gue, sejelek apa tampang cowok bego itu." Diga mengambil ponselnya di atas nakas, lantas kembali duduk di ranjang bersama gadis itu.

"Empat Ramadhan," jawab Timmy. Diga sontak menatap gadis itu. Keningnya bertaut.

"Ngaco lo!" Diga menyentil kening gadis itu pelan. "Dia pasti punya nama depan yang normal. Apa nama aslinya?"

"Hmm, apa ya?" Timmy mengetuk kepalanya pelan, dia sedang berpikir. "Lupa," jawab gadis itu akhirnya. Tak lupa dengan kekehan kecil, khasnya. Diga mengembuskan napas pasrah. "Tapi, lo kenal sama dia kok," lanjutnya.

"Kenal gimana?"

"Dia pernah ikut tanding futsal juga sama kita."

Diga tampak berpikir. "Gue gak pernah dengar nama si Empat itu di grup futsal."

"Kali ini, lo pasti inget. Dia pernah bonyokin muka lo, sampai bentuknya jadi gini." Timmy menunjuk wajah Diga tanpa sungkan. Diga menepis tangan gadis itu.

"Mana ada orang yang berani bonyokin gue!" sungut Diga tak terima. Detik berikutnya, wajahnya mendadak serius. "Iya, sih. Gue inget, ada satu orang yang bonyokin gue di arena futsal waktu itu. Tapi, namanya Elga, bukan Empat."

"Nah, itu! Itu dia!" ucap Timmy heboh.

"Apaan?"

"Nama jelek yang lo sebutin tadi. Itu nama aslinya si Empat."

"Maksud lo Elga Ramadhan?"

"Yap!"

"Orang kayak Elga dikatain jelek. Lah, gimana sama gue?" Diga bermonolog kecil. Timmy mendekatkan wajahnya.

"Lo ngomong apa tadi?"

Diga mendorong wajah gadis itu. "Gapapa."
Lelaki itu berdehem pelan. "Lain kali, lo jangan berurusan lagi sama dia."

"Kenapa?"

Diga menarik napas dalam-dalam, lantas menggaruk tengkuknya. Dia bingung bagaimana cara menjelaskannya pada gadis lugu ini. "Dia cowok, Tiga."

"Lo kan juga cowok. Berarti gue gak boleh berurusan sama lo juga dong?"

"Dia sama gue beda!" sungut Diga.

"Beda? Emangnya lo bukan cowok?"

Diga berdecak kesal. "Gak semua cowok itu bahaya. Tapi, menurut sudut pandang gue sebagai cowok, Elga itu bukan cowok baik-baik. Lo gak boleh berurusan lagi sama dia. Apalagi kalau sampai suka!"

Mendengar kalimat terakhir itu, Timmy malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Dua, lo gak perlu khawatir soal si Empat. Gue gak bakal suka sama dia. Soalnya gue udah suka sama yang lain."

Diga terbelalak kaget. Tentu saja. Seorang Timmy baru saja mengatakan bahwa dia menyukai seseorang! Tunggu, apa gadis itu sedang jatuh cinta?

"Siapa?" tanya Diga. Bukannya menjawab, Timmy malah tertawa lagi.

Tiga [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now