Bagian 24

26.3K 3.8K 1K
                                    

Restoran bernama Z, kini tampak sepi. Tidak ada pengunjung lain selain enam orang dewasa ini. Siapa lagi jika bukan Rea, sahabat-sahabatnya beserta suami mereka. Restoran Z ini sengaja dikosongkan satu malam, untuk mereka.

"Ini semua gratis kan, Van?" tanya Kaira, sembari menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Gratis. Kalian bisa makan sepuasnya," balas Vano.

Ya! Vano lah pemilik Restoran Z ini. Restoran ini juga merupakan cabang ke sekian dari usaha kulinernya.

Selagi anak-anak mereka menghabiskan waktu di party si kembar, mereka juga tentu tidak mau kalah.

"Ah, baik banget lo, Van. Gak enakan gue jadinya. Besok-besok, sekalian bawa kita-kita terbang ke Korea ya."

"Gak tau diri lo, Kai," sungut Anna. Sementara yang lainnya hanya tertawa.

"Acara anak lo selesai jam berapa, Kai?" Rea berbicara, sembari meraih tisu yang disodorkan oleh Vano, tanpa diminta.

"Sampai pagi mungkin."

"Gila lo, Kai!"

"Santuy aja kali, Re. Namanya juga anak muda." Kaira melirik jam tangannya, lantas kembali bersuara, "Paling juga selesai sampai jam dua belas. Entar kalau udah selesai, si Dinda bakal ngechat gue kok."

Beberapa menit selanjutnya, mereka semakin larut dalam obrolannya masing-masing. Vano, Leo dan Abdi sibuk membicarakan soal bisnis. Anna dan Rea sibuk pula membicarakan drama Korea yang sering mereka tonton. Sementara Kaira, wanita itu mendengkus kesal. Dia tidak berminat gabung dengan sahabat-sahabatnya, karena dia kurang suka menonton film. Dia lebih suka menonton berita. Ya, berita seputar Bias-nya, tentunya.

"Woi, Ibu-ibu, Bapak-bapak!" Kaira berteriak heboh. Kelima pasang mata itu kini menatapnya. Obrolan mereka terhenti seketika.

Kaira tertawa sebentar, "Nah gitu dong! Jarang-jarang kita triple date gini. Apa kek, ngapain kek. Jangan malah sibuk-sibuk sendiri dong! Berasa jomblo gue tuh."

"Kenapa sih, yank?" sahut Abdi, suaminya.

"Gapapa, yank. Eh, bagi hotspot dong yank. Mau pantengin info terbaru pacar soalnya," cengir Kaira. Abdi hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya itu. Ya, begitulah resiko punya istri cantik.

"Ngomong-ngomong soal pacar. Gue jadi inget masa SMA deh. Kai, udah berapa banyak mantan lo di SMA Purnama?" sahut Anna. Mereka mulai bernostalgia pada masa muda beberapa tahun yang lalu.

"Bentar Ann, gue itung dulu." Mulut Kaira tampak berkomat-kamit. Jarinya juga ikut bergerak, menghitung.

"Iya, Ann. Gue inget! Si Kaira malah jadi playgirl semenjak ditinggal sama Kak Agam," kekeh Rea.

Kaira kini menurunkan jarinya, mulut yang tadinya sibuk berkomat-kamit pun ikut berhenti. "Wah, parah lo, Re! Malah bawa-bawa nama Kak Agam. Plesbek beneran nih gue!" Kaira beralih menatap suaminya. "Yank, jangan cemburu ya. Kuy kita bahas Kak Agam," sahutnya semangat empat-lima.

"Kak Agam sekarang tinggal di mana sih? Seingat gue, dia pindah sekolah pas kelas sebelas. Oh iya, Re, lo tau akun Instagram nya gak?" tanya Anna.

"Waktu itu sih punya. Tapi udah gue blokir, pas lagi berantem sama Kaira."

"Yah! Gue juga lupa sama nama akunnya."

"Kak Agam siapa sih yank? Anggota OSIS itu bukan?" sahut Abdi.

"Seratus, yank! Siapa sih yang gak kenal sama Kak Agam di angkatan kita. Sialan! Wajahnya Kak Agam malah kebayang-bayang di otak gue nih. Parah-parah! Gue jadi kepo, setampan apa mantan gebetan gue itu sekarang." Kaira kini malah senyum-senyum sendiri. Abdi hanya berdecih pelan. "Jangan cemburu dong, yank. Kamu tetap nomor satu di hatiku kok." Wanita itu menarik tangan suaminya, lantas menempelkan di dadanya. Yang lain hanya tertawa melihat tingkah orang tua si kembar itu.

Tiga [Sudah Terbit]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα