Bagian 17

28.6K 4.1K 630
                                    

"Tiga, lo halu ya?" ucap Lala.

"Gue serius. Di malam perkemahan itu gue emang sempat naik ke lantai tiga!" Timmy baru menceritakan kejadian itu pada Lala dan Wiwi hari ini.

"Gimana kita bisa percaya kalau lo gak punya bukti," timpal Wiwi.

Mereka bertiga duduk bersama di depan kelas IPS. Kejadian pasca malam perkemahan itu sudah berlalu nyaris seminggu. Timmy baru bisa berkumpul dengan kedua teman barunya saat ini, karena Sean dan Diga sedang melaksanakan sholat Jum'at di Masjid terdekat bersama guru dan murid lainnya.

Timmy berpikir sejenak. "Senter gue ketinggalan di sana. Itu buktinya!"

"Denger ya, Tiga. Bisa jadi yang lo ceritain itu cuma halu. Lagian kan pintu teralisnya digembok. Gimana caranya lo bisa masuk coba," sahut Wiwi lagi.

"Bener tuh. Harusnya, sebelum lo masuk ke sana, lo mesti live streaming di Instagram, biar semua orang tau dan percaya. Atau minimal fotonya deh. Lo punya bukti foto ruangan di lantai tiga gak?" timpal Lala.

Timmy mendengkus pasrah. Berbicara dengan perempuan memang seribet ini. "Kalau kalian gak percaya, ayo kita ke lantai tiga!" Timmy berdiri dengan semangat.

Lala dan Wiwi hanya menatapnya saja.

"Ayo!" ucap Timmy lagi.

"Ogah ah, mager," balas Wiwi. Timmy cukup tercengang mendengarnya.

"Udahlah, Tiga. Ayo duduk lagi." Lala menarik tangan gadis itu agar kembali duduk di sampingnya. "Besok, kalau kita berdua gak mager lagi, kita bakal ikut lo ke lantai tiga kok. Kebetulan si Wiwi minggu besok mau beli kamera baru. Kita bisa ngevlog bareng."

Wiwi memukul pundak Lala cukup kuat. "Bilang aja terus ke semua orang kalau gue mau beli kamera baru. Ember banget mulut lo!"

Lala hanya bisa terkekeh. Ia kembali menoleh pada Timmy. "Jadi gitu, Tiga..." Lala terdiam sejenak, "Eh, tadi gue ngomong apasih?"

Timmy dan Wiwi bertingkah seolah tidak mendengar apapun. Pikunnya Lala ini memang suka kumat mendadak.

"Bodoamat lah. Oh ya! Diga mana? Kok lo gak ngajak dia sih?" tanya Lala.

"Lagi sholat Jum'at di Masjid."

Mendengar itu, Lala sontak berteriak heboh. Timmy menggeser tubuhnya sedikit lebih jauh darinya. "Yampun Diga ku! Udah ganteng, lucu, gemesin, rajin sholat pula! Halalin dede, bang hmmp-"

Wiwi berusaha membekap mulut Lala, agar tidak banyak mengeluarkan bacotan unfaedah lagi. Lala itu benar-benar pecinta Diga garis keras!

"Tiga, udah dulu ya. Kita berdua mau nyalin tugas Sosiologi dulu. Bye!" Wiwi langsung menyeret Lala untuk kembali masuk ke kelas. Timmy menatap kepergian mereka dengan nanar. Lagi-lagi dia sendirian.

Gadis itu berjalan menuju kantin. Dia akan membeli minuman langganannya. Suasana kantin kali ini tidak terlalu ramai. Timmy dengan mudah membeli minumannya tanpa repot mengantri. Selepas dari kantin, gadis itu berniat untuk pergi ke belakang sekolah.

Sekitar lima belas menit lagi, sholat Jum'at akan selesai. Timmy bisa menggunakan waktu itu untuk beristirahat sejenak di belakang sekolah.

Timmy teringat dengan kata-kata Wiwi malam itu. Selain lantai tiga, pohon besar di belakang sekolah juga termasuk salah satu tempat menyeramkan di SMA Purnama.

Semakin mengetahui info itu, semakin kuat pula rasa penasaran Timmy untuk tetap mengunjungi pohon besar itu berkali-kali. Terlebih dengan mimpi Timmy beberapa minggu yang lalu. Dia pernah melihat seorang lelaki yang berjalan masuk ke dalam kubah pohon itu.

Tiga [Sudah Terbit]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ