Bagian 54

15K 3.4K 1.2K
                                    

Hari ini, Timmy pulang menggunakan ojek online pesanan Vano. Timmy tak ambil pusing akan hal itu. Kedua orang tuanya pasti sangat sibuk hingga tak bisa menjemputnya. Tapi memangnya, Rea sibuk apa? Ah! Lagi-lagi Timmy tak mau ambil pusing. Dia hanya ingin pulang cepat. Itu saja.

Ketika tiba di rumahnya, mobil milik orangtuanya sudah terparkir di depan rumah. Nah kan. Mereka sama-sama sedang di rumah. Tapi, kenapa tak bisa menjemputnya?

Timmy lantas menenteng sepatunya ke dalam rumah. Sebelah tangannya juga memegang selembar kertas yang baru saja dibagikan oleh pembina Pramuka. Besok, dia akan mengadakan camping di luar sekolah. Lebih tepatnya di alam terbuka selama tiga hari. Ini yang Timmy tunggu! Sepertinya camping di alam terbuka lebih menyenangkan ketimbang kemah di lingkungan sekolah angkernya.

Mendadak? Oh, tentu saja tidak. Berita tentang camping di alam terbuka ini sudah diberitahu sebulan yang lalu. Timmy yang pada dasarnya terlalu santai, malah tak mengacuhkan info itu. Ia hanya berharap, kali ini kedua orangtuanya mengizinkannya.

Sejak memasuki rumah tadi, Timmy tak melihat keberadaan orang tuanya. Timmy dapat menebak, mereka pasti sedang ada di kamar! Ia berjalan mendekat ke ruang itu. Timmy menghentikan kegiatannya untuk memutar kenop pintu, karena ternyata pintu itu memang sedang dalam keadaan terbuka. Timmy mengintip di balik celah, saat mendengar suara ribut-ribut dari dalam.

"Kita bisa selesain dengan kepala dingin, Mas! Kenapa mesti ribut-ribut?!" kelakar Rea.

"Gimana aku bisa tenang, kalau istri aku SELINGKUH!" jawab Vano, tegas.

"Aku gak selingkuh! Gak usah nuduh yang macem-macem! Makanya dengerin penjelasan aku dulu!"

"Apa?! Kamu keluar rumah tanpa izin dari aku! Dan jangan lupa, jika tujuan kamu keluar rumah karena bertemu dengan..." Vano menghentikan ucapannya. Tangannya terkepal memukul udara. Sudah dibilang, ia tak sudi menyebut nama orang itu.

"Terus mau kamu apa?!" balas Rea, menantang. Jangan lupa bahwa kedua pasangan ini dulunya adalah mantan musuh teraneh sepanjang masa! Sudah lama mereka tidak cekcok seperti ini.

Napas Vano tampak memburu. Rahangnya mengeras. Dulu, mereka memang sering bertengkar seperti ini. Tapi kan itu sebelum menikah dan punya anak. Sekarang, jika mereka melakukannya kembali, kesannya malah ... apa ya?

"AKU SUAMI KAMU, RE!" Nah kan. Bahkan Vano tak lagi memanggil istrinya dengan sebutan 'Han'. Itu artinya Vano benar-benar marah.

"Fine! Untuk sekarang, kita masing-masing dulu!" tegas Rea, dan berjalan menuju lemari. Ia meraih koper besar, lantas mulai memasukkan pakaiannya ke dalam sana.

Vano menarik lengan istrinya dengan kasar. "Cerai? Jangan harap aku setuju!"

Timmy yang masih mengintip di balik celah pintu, kini beralih untuk pergi ke kamarnya dengan langkah gontai. Timmy memilih duduk di pojok kamarnya, di atas lantai. Ia menatap kertas di tangannya dengan nanar. Kenapa akhir-akhir ini kedua orangtuanya senang sekali bertengkar? Dan tadi, ia juga sempat mendengar kata cerai. Kepala Timmy rasanya sangat pusing sekarang.

***

"SELANGKAH SAJA KAMU KELUAR DARI RUMAH, AKU GAK AKAN-"

Keduanya kini sedang ada di pintu utama. Vano menghentikan ucapannya karena Rea tak menghiraukannya, dan malah melangkah mantap memasuki mobilnya.

"REA!" teriak Vano menggelegar, karena Rea malah menghidupkan mesin mobilnya dan pergi begitu saja.

Kaira dan Dinda bahkan keluar dari rumah saat mendengar suara teriakan Vano. Maklum, tetangga.

Tiga [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now