26 : (Tidak) Bertemu

29.9K 4K 308
                                    

Revisi ✓

Selamatmembaca ❤️

•••

26 : (Tidak) Bertemu

Dokter Riqo masih setia berada di samping Flori, tangannya masih menggenggam erat tangan dingin nan pucat milik Flori.

Dokter Riqo terus menggumamkan doa untuk Flori. Dokter Riqo terus mengajak Flori berbicara namun sama sekali tidak mendapatkan respon, Flori hanya mendengarkan sesekali terkekeh karena ucapan Dokter Riqo.

Sekarang sudah hampir tengah malam namun Flori tak kunjung tidur. Niat Flori yang kekeh ingin pulang sudah hilang karena ceramah yang Dokter Riqo keluarkan. Sedangkan Bi Ani sudah tertidur di sofa, saking lelahnya menangis dan mengurus Flori.

Flori merasa kasihan dengan Bi Ani yang terlihat begitu lelah, pantas saja keluarganya menganggapnya parasit, karena itu kenyataan. Dirinya hanyalah sebuah aib dan beban keluarga.

Karena Flori tidak bisa tidur, Dokter Riqo lebih memilih menemaninya, walau jujur ... fisik dan batin Dokter Riqo hari ini sangat-sangat di uji. Dia lelah, sangat lelah.

Tapi rasa sayangnya terhadap Flori membuat rasa lelah itu hilang seketika. Tidak menyia-nyiakan waktu yang ada, karena dia tidak tahu kapan Flori akan pergi meninggalkan Dunia.

"Flori ... kamu tahu? Om nge-blokir nomor orang tua Om sendiri supaya Om bisa fokus kesembuhan kamu. Tapi kamu lebih memilih untuk menyerah," ucap Dokter Riqo dengan raut wajah yang terlihat sangat kecewa.

Flori hanya mendengarkan ucapan, celotehan, dan curhatan yang dikeluarkan dari mulut Dokter Riqo yang tak henti-henti berbicara.

"Om punya alasan kenapa Om jadi dokter ... dulu pas kecil Om pingin banget punya tongkat sihir supaya bisa nyembuhin orang sakit. Tapi pas Adik Om sakit ... Om jadi sangat ingin punya tongkat sihir, supaya Om bisa obatin Adik Om. Tapi Tuhan berkata lain, Tuhan tetap mengambil Adik Om, membawa Adik Om kedalam pelukannya." Terdengar helaan napas berat dari Dokter Riqo.

Sedangkan Flori masih setia menyimak ucapan Dokter Riqo.

"Tapi itu dulu, usia Om masih sekitar 13 tahun, dan Adik Om usianya sekitar 11 tahun. Om sangat sayang sama Adik Om. Sekarang Om benar-benar bisa menyembuhkan orang, dengan keahlian Om bukan tongkat sihir. Bahkan Om sendiri enggak nyangka kalau Om bisa sampai di titik ini." Sekarang senyum Dokter Riqo mengembang indah di wajahnya, senyum itu juga seolah menular ke Flori, sehingga Flori juga mengukir senyum.

"Setelah ketemu kamu ... Om berasa ketemu Adik Om lagi, bahkan kamu sudah Om anggap sebagai anak Om. Om suka dengan panggilan dari kamu 'Om Dokter Riqo yang tampan' itu cuma kamu yang manggil Om seperti itu. Om gila ya?" Terdengar kekehan miris dari bibir Dokter Riqo.

Flori masih menyimak mendengarkan ucapan Dokter Riqo. Hingga terdapat cairan Deming yang meluncur dari matanya, dengan cepat dia hapus cairan bening itu.

"Kamu sama seperti Adik Om. Dia kuat, dia tangguh, dia cantik, dia manis ... sama seperti kamu. Itulah alasan kenapa Om sangat bersih keras untuk membujuk mu sembuh melawan penyakit ini, tapi kamu memutuskan untuk menyerah ... dan Om tidak bisa berbuat apa-apa. Itu pilihan kamu." Tangan Dokter Riqo kembali mengelap air matanya yang meluncur.

"Sekarang Om kembali menginginkan tongkat sihir itu supaya bisa mengubah dan mengganti keputusanmu sesuai ekspetasi Om. Terdengar egois, tapi itu kenyatannya. Terkadang kenyataan yang membuat rasa kecewa paling besar. Memang bukan kenyataan yang salah ... tapi orang yang tidak bisa menerima kenyataan itu yang salah. Dan disinilah Om yang salah." Pandangan Dokter Riqo kosong.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang