12 : Gadis Dielapan

33.4K 4.9K 125
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

12 : Gadis Dielapan

H-23 :)

Flori menghela nafas, waktunya sudah tak lama lagi.

Dia sedang duduk di pinggir halte yang letaknya tak jauh dari sekolah. Dia ingin sekolah seperti dulu, tapi takdir tak mengizinkannya.

Itu sekolah tempat kakaknya bersekolah. Untuk apa dia berada di situ? Entahlah ....

Dia hanya merindukan sang kakak ....

Ingin melihat senyum sang kakak ....

Ingin melihat bahwa kakaknya benar benar bahagia tanpa kehadirannya.

Karena waktunya tak akan lama.

Di sebelahnya terdapat Bi Ani yang juga senantiasa ada untuk anak dari majikannya itu yang sudah dia anggap sebagai anak sendiri.

Salahkah dia menganggap anak majikannya seperti anaknya sendiri? Toh orang tuanya juga tak memperdulikannya. Benarkah?

"Bi, kakak masih lama ya jam pulang nya?" tanya Flori kepada Bi Ani yang juga menatap sekolahan masih sepi yang berarti masih dalam jam pelajaran.

"Kayaknya enggak bakal lama lagi deh Non ... biasanya juga gini hari udah keluar, gurunya ngaret kali Non," jawab Bi Ani. Flori hanya menanggapi dengan anggukan.

Bolehkah dia jujur bahwa sekarang dia haus? Cuaca saat ini sedang panas.

"Non haus? Bibi ke warung sebrang dulu ya Non?" ucap Bi Ani. Untung saja Bi Ani peka. Lagi-lagi Flori hanya menanggapi dengan sebuah anggukan.

"Non jangan kemana mana ya? Di sini aja tunggu Bibi, oke?" ucap Bi Ani dengan tangan yang membentuk tanda oke 👌.

Flori sedikit tertawa lalu mengangguk dan tangannya juga membentuk tanda oke. Setelah itu Bi Abi menyebrang untuk membeli air di warung yang berada di sebrang sana sangat dekat dengan sekolahan kakaknya.

"Hai Dek," sapa seorang perumpuan dengan gaya yang bisa dibilang cupu?

Bagaimana tidak cupu, kepang dua, kaca matanya yang bulat besar, wajah tanpa riasan, baju kebesaran. Perempuan itu terlihat sedikit lebih muda dari kakaknya. Perempuan itu tersenyum, dengan senang hati Flori membelas senyuman itu.

"Hai juga Kak, sini duduk," ucap Flori seraya menepuk sebelahnya yang kosong. Perempuan tersebut duduk di samping Flori menatap jalanan yang kini mulai ramai.

"Nama kamu siapa Dek?" tanya Perempuan tersebut mencoba akrab dengan Flori dengan menatap wajah pucat Flori.

"Flori Kak, kalo nama Kakak?" tanya Flori seraya menatap perempuan tersebut yang juga menatapnya.

Senyum di kedua orang tidak luntur.

Untuk apa tuhan mempertemukan mereka?

Pasti ada sesuatu di balik ini semua bukan?

PASTI!

"Nama kakak Fanyla, eumh... lebih lengkapnya Fanyla Radiella. Pangil aja eumh ... Iyel?" jawab Perempuan tersebut yang bernama FANYLA RADIELLA.

"Oh aku lengkapnya ... Flori Altrian Bastara, panggil aja Flori kak. Tapi kenapa panggilannya Ieyl? Kenapa enggak Fany? Atau Nyla?" ucap Flori.

"Iyel itu panggilan aku dari keluarga aku ... pertama aku ngeliat kamu, kayaknya Tuhan punya rencana untuk kita. Makannya aku kasih nama spesial aku ke kamu. Temen-temen aku enggak ada tuh yang manggil Fany ataupun Nyla. Karena aku enggak punya teman," ucap Iyel seraya tersenyum.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang