34 : FlashBack (Misteri R⁴) 02

32.3K 3.1K 352
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

34 : FlashBack (Misteri R⁴) 02

Pintu rumah terbuka dengan kasar, hingga menimbulkan suara yang terbilang cukup keras. Di sana terdapat Dokter Raka yang pada saat itu masih dalam masa kuliahnya, wajahnya nampak lelah juga panik menjadi satu.

Kakinya berlari menuju suara tangisan yang terdengar.

Itu suara adiknya, Rendi.

"Ayah! Buka mata Ayah! Hiks, Rendi takut Ayah ... Ayah kalau mau tidur dikamar sambil peluk Rendi, hiks. Ayah ...." Itulah suara yang didengar oleh Dokter Raka, suara yang berasal tak jauh dari tangga.

Kakinya berhenti melangkah kala matanya melihat ayahnya yang sudah tak berdaya di depan matanya, terdapat darah di lantai yang berasal dari kepala ayahnya.

Kakinya lemas ... baru saja dia kehilangan ibunya.

Dan sekarang?

Dia juga akan kehilangan ayahnya?

Sekarang?

Dokter Raka berjalan mengecek keadaan sang ayah, karena dia mahasiswa kedokteran jadi dia sedikit faham. Dia mengecek denyut nadi dan detak jantung ayahnya. Masih berdetak tapi ... denyutnya melemah.

Dokter Raka langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon ambulans, dia membiarkan adik bontotnya itu terus menangis, sekarang bukan waktunya untuk menenangkan adiknya, sekarang adalah waktunya dia mencari pertolongan pertama untuk ayahnya.

Dia belum lama kuliah, jadi dia tidak tahu betul tentang ini.

Saat sudah berhasil dia langsung memeluk sang adik, mencoba menenangkan sang adik sembari menunggu ambulans datang.

Dia tau adiknya memiliki kekurangan dalam mental, tapi dia tidak pernah malu memiliki adik seperti Rendi, menurutnya Rendi, Ridwan dan ayahnya lah sekarang tujuannya untuk bertahan hidup.

Tapi, sekarang ayahnya?

Dan ... kemana Ridwan?

"Kakak hiks, A-ayah Kak ... A-ayah kenapa enggak buka mata Kak? Rendi Takut, Kata bu guru kalau orang tidur itu pasti bangun, tapi kenapa Ayah enggak bangun Kak? Hiks, juga ada darah Kak ... Rendi takut ... Rendi gak mau Ayah pergi kaya Bunda ... Hiks," ucap Rendi yang masih berada di dalam pelukan Dokter Raka.

Dokter Raka juga tak ingin ayahnya pergi seperti ibunya. Jangan sampai itu terjadi! Air matanya terus berjatuhan, dan perkataan adiknya semakin membuat air mata itu terus keluar. Hatinya sakit ... bahkan sangat sakit.

Terdengar suara ambulans. Petugas ambulans membawa Rakdan kedalam mobil ambulans. Sebenarnya Dokter Raka ingin ikut bersama petugas, tapi ada beberapa hal yang harus dia urus. Tangannya masih memeluk Rendi.

"Kakak hiks, Ayah mau dibawa kemana? JANGAN BAWA AYAH PERGI! JANGAN BAWA AYAH PERGI! ITU AYAH RENDI! JANGAN BAWA AYAH PERGI! ITU AYAH RENDI! ITU AYAH RENDI! Itu ... Ayah Rendi ...." Rendi terus saja memberontak dalam pelukan Kakaknya.

Dia tidak ingin jauh dari Ayahnya!

Sedangkan Dokter Raka ... mencoba menahan Isak tangisnya. Hatinya sakit kala melihat adiknya seperti ini.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang