35 : FlashBack (Kepergian R²) 03

29K 3.2K 619
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

35 : FlashBack (Kepergian R²) 03

Tiiiiiiiiiiiiiit.
Garis yang mengutamakan detak jantung kini tidak lagi ada irama yang terdengar, garis lurus terpampang jelas. Dokter Raka yang melihat itu dari luar ruangan tiba-tiba kakinya melemas, hatinya hancur.

Perlahan tubuhnya jatuh ke lantai. Dia menjambak rambutnya sendiri. Rasa sedih dan frustasi menjadi satu.

Ayahnya telah pergi?

Menyusul ibunya?

"A–ayah ...." lirih Dokter Raka. Sekarang apa yang harus dia perbuat. Apa Ridwan harus mempertanggung jawabkan kepergian ayahnya?

Apa dia harus berbohong saja? Berkata kalau ayahnya itu jatuh dari tangga?

Para polisi sedang mengecek rumahnya, entah siapa yang memanggil polisi itu, mungkin ... dari pihak rumah sakit?

Pintu ruangan terbuka, Dokter Raka langsung berdiri kemudian masuk begitu saja tanpa memperdulikan Dokter dan Suster yang menegurnya. Kakinya mendadak terasa berat.

Kini matanya menatap wajah tenang sang ayah, semenjak kepergian ibunya dia tidak pernah melihat wajah damai ayahnya seperti ini.

Dengan langkah berat Dokter Raka menghampiri ayahnya yang terbaring tak berdaya. Tangannya menggenggam erat tangan dingin ayahnya. Matanya terpejam kala merasakan sebuah hantaman tepat di dadnya. Air matanya jatuh begitu saja.

"Ayah ...." gumam Dokter Raka masih dengan mata yang terpejam. Bagaimana hidupnya setelah ini?

Apa semua akan baik-baik saja?

Tiba-tiba seorang Dokter yang tadi menangani ayahnya itu menepuk pundaknya. Refleks Dokter Raka berbalik, kemudian menatap lekat Dokter itu.

"Saya sudah sering melihat orang yang sedang merasa kehilangan. Sebelum Ayahmu pergi dia menitipkan pesan kepadaku. Dia berkata 'Tolong katakan kepada anak-anakku, suruh mereka menjaga diri dengan baik. Tolong sayangi Rendi, jangan pernah berhenti memberinya kasih sayang seorang Ayah, seorang Ibu, dan seorang Kakak. Jangan pernah ada rasa benci diantara kalian. Tolong sampaikan kepada putra pertamaku, jangan sampai telat makan, kejar impianmu sebagai Dokter. Dan ... Tolong sampaikan kepada putra keduaku berhenti melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan,' seperti itu katanya," ucap Dokter tersebut.

Dokter Raka sekuat mungkin menahan suara tangisannya dengan membekap mulutnya. Dokter tersebut kembali menepuk pundak Dokter Raka, tapi dalam artian memberi semangat.

"Tenanglah, lakukan apa yang Ayahmu katakan. Dia terlihat sangat menyayangi anak-anaknya," ucap Dokter itu lagi. Setelah itu pergi dari meninggalkan ruangan tersebut.

"Ayah .... mengapa secepat ini?" ucapnya lirih.

•••

Kedua nisan yang berdampingan adalah kedua nisan sepasang suami istri. Itu adalah nisan Rakdan dan istrinya. Perlahan semua orang yang menyaksikan pemakaman Rakdan hilang, mereka semua pulang satu-persatu.

Rendi menangis di dalam pelukan Dokter Raka. Ridwan berjongkok di depan nisan ayahnya.

"Ayah ... maafkan aku, aku anakmu yang paling buruk," ucap Ridwan, air matanya jatuh begitu saja. Dia sangat menyesali perbuatannya.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang