26. Lawan Yang Salah

Start from the beginning
                                    

"Diem jalang!" Teriak Gevandra. Cowok itu mengambil ponselnya, menatap Zara sengit "Adera Group?"

Zara mengernyit. Kenapa cowok itu membawa nama perusahaan papanya?

Gevandra mengangkat ponselnya disamping telinga "Halo pa. Papa udah berhenti bekerja sama dengan Adera Grup kan?"

"Iya. Anaknya udah buat Liora-nya aku terluka," Lanjut Gevandra setelah mendengar suara dari seberang telepon.

"Makasih pa," Gevandra mematikan sambungan teleponnya. "Lo salah cari lawan. Selamat jatuh miskin."

Zara menganga tak percaya. Tidak bisa, ini hanya masalah sepele "Jangan untuk perusahaan papa gue. Ini cuma masalah sepele. Cuma karena Liora, lo kenapa bawa perusahaan papa gue sih?"

"Dia sempurna," Gevandra mengambil sebuah pisau lipat di sakunya. Mengarahakan pisau itu kedepan wajah Zara.

"Lo mau apa?" Zara melangkah mundur.

"Gue mau, besok lo pindah sekolah," Gevandra terus berjalan maju, dan Zara semakin memundurkan langkahnya.

"Kalau besok gue masih lihat lo disekolah, lo mati. Gue akan bunuh lo!" Gevandra melempar pisaunya kearah Zara. Gadis itu langsung memejamkan matanya. Tapi pisau itu tidak mengenai tubuhnya, karena mendarat di pohon yang ada disamping Zara.

"Gue nggak main-main," Ujar Gevandra tajam "Turutin sebelum lo nyesel. Sebelum gue buat keluarga lo semakin hancur. Gue rasa, cukup dengan jatuh miskin udah buat keluarga lo hancurkan?"

Zara terdiam. Ancaman cowok itu tidak main-main. "Oke, gue pindah. Dan tolong jangan ganggu keluarga gue lagi."

Gevandra mengambil pisaunya. Mengusap pisau yang terlihat begitu mengkilat tersebut "Gue sebenarnya udah pengen banget bunuh orang. Gue udah kangen nyiksa orang pakai pisau ini. Dan kebetulan ada lo," Gevandra menatap Zara. Gadis itu sudah ketakutan "Tapi, gue udah nggak boleh membunuh lagi sama Liora. Karena kalau gue bunuh orang, dia bakalan pergi. Gue nggak mau dia pergi. Jadi lo selamat. Lo harus berterimakasih sama Liora. Walaupun lo udah nyakitin dia, tapi lo nggak gue bunuh."

Kata kata terpanjang pertama kali yang Zara dengar. Tapi malah berisi dengan kata-kata yang begitu menakutkan. Zara mencari lawan yang salah. Dia tau sekarang, Gevandra itu psikopat.

"Lo udah tau siapa gue kan? Jangan macem-macem, atau nyawa lo beneran melayang!" Ujar Gevandra dengan nada yang begitu membuat Zara ketakutan. Setelah itu Gevandra pergi meninggalkan Zara.

🍁

Gevandra berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Langkah kakinya panjang, begitu tergesa-gesa.

Membuka pintu rawat, tak lupa ia menutupnya kembali. Disana, Liora sedang bermain ponsel. Ia menghela nafas lega saat melihat gadisnya sudah sadar. Ia mendapat info ruang rawat Liora dari Cica dan Erlin.

"Sayang," Panggil Gevandra. Liora menoleh, tersenyum cerah kepada cowok itu. Cica dan Erlin baru saja pulang, itupun karena paksaan dari Liora. Sebenarnya kedua gadis itu masih ingin menemani Liora, tapi Liora merasa tidak enak. Lagian sekarang sudah petang.

Menghampiri Liora, Gevandra mencium dahi Liora lembut. "Udah enakan belum? Maaf ya aku baru datang."

Liora mengangguk "Nggak papa kok. Habis darimana emang? Kok lama banget?"

"Dari kantor," Bukan sepenuhnya ia berbohong. Memang setelah berurusan dengan Zara, Gevandra pergi kekantor. Bukan untuk bekerja, tapi memastikan bahwa ayahnya benar-benar berhenti bekerja sama dengan perusahaan ayahnya Zara.

"Udah makan?" Tanya Gevandra.

"Udah," Jawab Liora "Tapi laper lagi. Pengen makan cireng," Mata gadis itu berbinar penuh harap.

"Didaerah sini nggak ada cireng, sayang." Gevandra tidak bohong. Memang didaerah ini tidak ada penjual cireng.

"Pokoknya mau cireng," Liora mengerucutkan bibirnya lucu. Karena gemas, Gevandra langsung mengecup bibir itu.

"Monyong monyong minta dicium banget ya," Ujar Gevandra setelah mencium Liora. Pipi gadis itu memanas. Lalu Liora menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa malu, hm?" Gevandra ikut berbaring di samping Liora. Menghadap kearah gadis itu, dan memeluk perut Liora dengan erat.

"Ih jangan dipeluk!" Liora menggeliat. Menutup wajah Gevandra dengan telapak tangannya. "Jangan liatin aku terus!"

"Kanapa malu sih?" Gevandra menyingkirkan tangan Liora dari wajahnya.

Liora menyembunyikan wajahnya didada Gevandra "Mau makan cireng."

"Besok ya."

"Mau sekarang. Ini anak kamu yang mau," Setelah mengucapkan itu, Liora tertawa geli.

Gevandra mencubit hidung Liora gemas. Ia jadi senyum-senyum sendiri, membayangkan jika diperut Liora memang ada anaknya. Pasti lucu menuruti Liora yang mengidam.

"Apa sih senyum-senyum!" Ujar Liora galak. Mencubit perut Gevandra, menyadarkan cowok itu dari lamunannya.

"Awh sakit yang!" Gevandra mengusap bekas cubitan Liora.

"Beliin cireng sekarang. Kalau enggak, aku ngambek," Liora membalikkan tubuhnya memunggungi Gevandra "Beneran ngambek pokoknya."

Gevandra menghela nafasnya, kemudian bangun dari tidurnya "Siap laksanakan ibu negara."

🍁

Possessive Psychopath (TERBIT)Where stories live. Discover now